Tag Archive for: Andrea Hirata

Ragam Pengertian Musik dari Para Tokoh Novel Brianna dan Bottomwise

Sobat Bentang, gimana ya rasanya kalau hidup ini engga ada musik?. Betapa hampanya aktivitas kita kalau ngga ada musik. Apalagi keragaman musik mulai dari musik tradisional, musik dangdut sampai yang cadas musik rock memberi warna tersendiri dalam perjalanan hidup setiap orang. Kita tak bisa memungkiri pengertian musik dalam perjalanan hidup seseorang. 

Pengertian musik yang ngga hanya sekedar hiburan

Pengertian musik adalah bahasa universal yang dapat dipahami dan dirasakan oleh banyak orang. Tak hanya dapat dinikmati oleh penyanyi, guru musik atau musisi. Musik dapat dinikmati oleh siapa saja. Namun, tokoh-tokoh dalam novel Brianna dan Bottomwise karya Andrea Hirata menikmati dan memaknai musik dengan pengertian musik  yang beragam. 

 

Beragam tokoh dalam novel Brianna dan Bottomwise memiliki latar belakang, kisah hidup dan kenangan tersendiri dengan musik. Pemahaman perihal musik, luas dikisahkan dalam novel  terbaru karya Andrea Hirata ini. Tema musik dalam novel Brianna dan Bottomwise adalah untuk semua orang. Setiap tokoh dalam novel ber-cover merah ini memberikan kisah dan makna tersendiri perihal apa itu musik.

Musik adalah hal yang membuatmu terinspirasi 

Sebelum menjadi detektif swasta yang bertugas mencari gitar Vintage Sunburst 1960, Brianna hanyalah pembuat waffle di Waffle House. Gitar musisi idolanya hilang sehingga ia nekat melamar sebagai detektif swasta, menemani Bottomwise dalam misi pencarian gitar milik musisi rock ternama. Tak pernah ada pengalaman sebagai detektif sebelumnya. 

 

Bagi Bottomwise, Brianna juga tak dapat diandalkan. Namun, karena musisi idolanya kehilangan gitar yang identik dengan idolanya itulah Brianna nekat menguji kemampuan dirinya dalam pencarian gitar yang ternyata rumit. Musisi idola dan karyanya adalah inspirasi hidup bagi Brianna.

Musik adalah obat bagi jiwa yang sakit dan pikir yang lupa 

Pak Mu hanyalah seorang pesuruh dari band sirkus keliling yang terkenal pelupa. Walaupun pelupa, ia sigap jika disuruh menggulung kabel, membereskan alat musik, hingga membuat kopi untuk para anggota band sirkus. Namun, Pak Mu merasa sangat bahagia apabila berada di tengah alat-alat musik. Ia bahkan merasa kecewa dengan sikap sang gitaris anggota band sirkus yang sembarangan memperlakukan alat musiknya.

 

Hingga akhirnya Pak Mu yang mengidap penyakit demensia itu berani memainkan kembali sebuah gitar yang mampu mengingatkan sosok Ibu dan Ayahnya milik anggota band sirkus. Musik mampu memulihkan jiwa dan membangkitkan kenangan karena pikir yang lupa. Musik juga memiliki manfaat medis dan psikis bagi kinerja saraf dan jiwa melalui terapi musik. Oleh sebab itu, wajar saja ya Pak Mu yang demensia bisa langsung mengingat keluarganya hanya karena alat musik.

 

Baca Juga: Perjalanan Musik dalam Novel Brianna dan Bottomwise

Musik adalah hal yang dapat memberimu harapan 

Kondisi ekonomi keluarga Alma tak karuan. Ibunya sudah bekerja keras berjualan nasi. keluarganya terlilir hutang sana-sini akibat ulah Ayahnya yang gemar berjudi. Alma memiliki bakat musik yang luar biasa yang membuat seluruh orang di sekolahnya ternganga. Ia tak memiliki gitar untuk mengasah bakatnya. Untuk bisa bermain dan berlatih gitar milik tetangganya, Alma harus mencuci tiga buah sepeda motor untuk dapat bermain gitar selama 30 menit. 

 

Karena musik lah hidup Alma yang selama ini senantiasa mengalah dan terkenal dengan anak yang diam jadi memiliki harapan. Musik lah yang membuat jantungnya berdegup, membuat Ia yakin bahwa Ia bukanlah manusia yang senantiasa harus mengalah. Ia tak ingin kalah dalam menikmati musik walaupun Ayahnya (dengan dalih membayar hutang) telah merampas cinta pertamanya, gitar pemberian Ibu.

 

Membicarakan musik ternyata tak hanya sekedar alat musik dan lagu. Ada beragam kisah yang membuat setiap orang “hidup” karena musik. Novel ini syarat akan kisah inspiratif dari beragam tokoh yang memiliki latar belakang yang beragam. Mulai dari tokoh yang tak punya bakat musik dalam keluarganya tapi kekeuh ingin punya orkes Melayu, seorang musisi rock band ternama yang kehilangan gitar kesayangannya, hingga musisi yang dilupakan zaman karena penyakit demensia. 

 

Semua kisah ini dapat Sobat Bentang nikmati dalam novel Brianna dan Bottomwise. Novel ini menyajikan perjalanan bermusik yang seru karena melibatkan dua detektif perempuan. Novel ini unik karena mengawinkan kisah detektif, pencurian alat musik, dan perjalanan bermusik sebagai musisi. Pastikan membeli buku asli ya agar awet. Info produk bisa dicek langsung di Shopee Bentang Official Shop, ya!

Memahami Arti Self-love dari Kisah Gitar yang Hilang

Sobat Bentang, ketika kita sedang kehilangan suatu barang atau orang terdekat, kita cenderung menyalahkan diri sendiri bukan? Saat-saat kehilangan merupakan fase di mana kondisi mental kita diuji untuk lebih mencintai diri sendiri atau saat ini dikenal dengan istilah Self-love. Istilah self-love sering kita temui dalam bentuk self love quotes ataupun dalam perbincangan antar teman. Namun, arti self love seringkali tak dimaknai secara utuh dan disalahartikan misalnya untuk mencari kesenangan hingga boros sebagai dalih untuk melarikan diri dari masalah.

Arti Self Love dari Perjalanan Gitar yang Hilang

Sebelum memahami bagaimana cara self love, kita harus memahami terlebih dahulu apa itu arti self love.  Saat sedang kehilangan barang, hewan peliharaan atau orang yang berharga kita perlu memahami arti self love secara utuh untuk menyadari kondisi mental yang sedang tidak baik-baik saja. Respon psikologis seseorang saat sedang kehilangan menurut penelitian Caregivers antara lain, senantiasa merasa takut, merasa tidak punya harapan hingga sering menyalahkan diri sendiri. John Musiciante misalnya, ia kalut tak karuan saat Gitar Kesayangannya hilang dicuri. Ia senantiasa murung, bingung bahkan rela vakum saat karir bermusiknya sedang di atas. 

 

Kisah hilangnya gitar Vintage Sunburst milik John Musiciante dalam novel Brianna dan Bottomwise, karya Andrea Hinata memberi banyak pesan perihal self love. Gitar pemberian ibu John Musiciante dalam novel Brianna dan Bottomwise ini mengajarkan kita arti self love yang sesungguhnya. Bagaimana bisa gitar yang sering dianggap rongsok itu dapat mengajarkan kita bahwa setiap diri kita layak dan berhak untuk dicintai. Berikut penjelasannya:

Self-love artinya adalah proses mencintai perjalanan hidup

Sebegitu biasanya gitar itu di mata para pencuri, para amatir yang bangga akan kejahatan yang telah mereka lakukan. Di sisi lain, begitu hampa dan karut marutnya hidup John Musiciante sejak gitar kesayangnya hilang dari sisinya. Pun juga yang dirasakan oleh Ameru, yang tak berhenti menangis pasca gitar pemberian kakaknya itu dicuri.

 

Layaknya diri, gitar Vintage Sunburst 60 memiliki nilai yang tiada tara di tangan orang yang tepat. Gitar yang sering dianggap rongsok tiada guna itu berharga bagi siapa yang memang tepat memainkannya. Tak ada  satu pun kekurangan dari gitar itu di mata orang yang sangat mencintainya. Tak kan ada kata negatif terlontar kepada gitar yang paling dicari di seluruh dunia tersebut, “Ah gitar buluk!”, “Gitar palsu!”. Gitar Vintage Sunburst 60 tak jauh makna adalah kita, yang layak dihargai dan disayangi oleh orang yang tepat. 

Mencintai diri sendiri adalah upaya tidak membandingkan diri 

Tak pernah ingin John Musiciante melepas gitar itu, atau bahkan membeli gitar lain. Ia hanya akan bermain musik dengan gitar yang sudah ia pahami segala kekurangan dan kelebihannya itu. Baginya, gitar berwarna merah gradasi hitam itu adalah identitas diri dan musikalitasnya. Pun dengan diri sendiri, identitas diri adalah kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Kualitas gitar Sunburst tak dapat dibandingkan dengan gitar lain, begitu pula diri. Mencintai diri sendiri adalah upaya memahami diri untuk tak senantiasa membandingkan diri dengan orang lain.

 

Baca Juga: 3 Quotes Self-love dari Buku Memberi Ruang

Self-love Berbeda dengan Selfish 

Bukan tanpa sebab John Musiciante sampai menyewa dua detektif perempuan, Brianna dan Bottomwise untuk mencari gitarnya. Kedua detektif itu juga menggemari segala karya John sebagai seorang musisi. Brianna bertekad dan nekat melamar menjadi detektif untuk membantu Bottomwise dalam misi mencari gitar John yang hilang. Ia juga turut gelisah, gelisah dengan keberadaan gitar dari musisi yang digemarinya.

 

Namun, gitar yang bagi banyak orang dianggap biasa saja layaknya gitar pada umumnya itu adalah bagian dari diri John juga Ameru. Gitar itu adalah upaya keduanya dalam proses mencintai diri melalui musik. Ada makna dan hadirnya orang dekat dibalik gitar itu. Bagi Ameru, dibalik kerennya gitar seharga 520 dolar itu, ada sosok kakaknya yang bekerja jauh nun beda benua. Bagi John, dibalik gitar yang telah berpuluh tahun menemani karir bermusiknya itu, ada sosok Ibu yang telah bekerja keras untuknya. 

Self love adalah upaya menghargai segala emosi, kondisi diri dan orang terdekat. Self love berbeda dengan selfish, selfish adalah kondisi  diri dikendalikan oleh emosi negatif bahkan bisa mencelakakan diri dan orang sekitarnya.

 

Fase kehilangan adalah fase yang tak mudah untuk dilalui. Saat fase inilah Sobat Bentang perlu lagi dan lagi memahami secara utuh arti self love yang sesungguhnya. Agar tak merasa sendiri, Sobat Bentang bisa membersamai John Musiciante dalam Novel Brianna dan Bottomwise dalam upayanya mencari gitar kesayangannya yang hilang. John bahkan berani memberi uang 90 milliar bagi siapapun yang menemukan dan mengembalikan gitar itu padanya. Bagaimana kah nasib gitar yang sudah berkali-kali pindah tangan dan berlayar antar benua tersebut? Sila ikut perjalanan kisahnya dalam novel Brianna dan Bottomwise, info detail novel Brianna dan Bottomwise bisa diakses di Shopee Bentang Official Shop.

Cara Mencari Jati Diri Versi Novel Brianna dan Bottomwise

Jati diri adalah dua kata yang dalam dimaknai oleh banyak orang. Dalam setiap perjalanannya, mencari jati diri senantiasa penuh dengan cerita yang memadukan emosi baik suka, cita dan duka. Novel terbaru karya Andrea Hirata, Brianna dan Bottomwise apik mengemas perjalanan beragam tokoh dalam mencari jati diri. Walaupun dalam bidang yang sama yakni musik, setiap tokoh dalam novel yang baru rilis Juli 2022 lalu ini kaya akan kisah perjalanan yang seru dengan selipan humor ringan ala Pak Cik.

Proses pencarian jati diri yang dialami oleh John Musiciante, Arsyad dan Alma memiliki perjalanan yang unik. Tiga tokoh ini memiliki latar belakang keluarga, tempat, waktu, dan usia yang berbeda. Bagaimana cara mencari jati diri dalam bermusik bagi ketiga tokoh ini dikisahkan secara seru dan layak sebagai bahan bacaan yang penuh refleksi. Berikut beberapa cara mencari jati diri dalam novel Brianna dan Bottomwise:

Mencari Jati Diri Melalui Kenangan Bersama Orang Tersayang

John Musiciante merupakan seorang lead guitarist salah satu grup rock paling berpengaruh di dunia. Gitar Vintage Sunburst 1960, itu sangat berarti dan personal bagi dirinya. Bukan karena terdapat tanda tangan seorang legenda rock yang pernah Ia temui saat muda. Bukan juga karena telah menemani dirinya bermusik selama 30 tahun, gitar itu adalah pemberian ibunya. “…Saat memainkannya, aku merasa bercakap-cakap dengan ibuku” (hlm.3). Melalui gitar yang bagi banyak orang hanya dianggap sebagai sebuah barang inilah, John berproses mencari jati dirinya. Ia menikmati perjalanan bermusiknya dengan gitar yang Ia yakini  hanya satu dan selamanya akan dimiliki. 

Bagian dari Proses Mencari Jati Diri, Berbicara dengan Diri Sendiri

Bagi banyak orang, berbicara dengan diri sendiri merupakan perilaku yang aneh. Namun bagi Sadman alias Arsyad, berbicara dengan dirinya sendiri merupakan salah satu cara yang istimewa bagi dirinya dalam membela diri selain diam. 

Ia membela diri dari segala anggapan banyak orang yang menganggap mimpinya adalah hal mustahil. Telah banyak orang yang menganggap dirinya “Telinga Kuali”, celaan bagi seseorang yang tak memiliki bakat bermusik sedikit pun. Menjadi musisi orkes Melayu adalah inginnya. Walau Ibu Musdalifah, guru Keseniannya menganggap suaranya adalah kekacauan. Sadman teguh dengan prinsipnya.

Mencari Jati Diri Melalui Observasi

Pencarian jati diri tokoh Alma mengandalkan observasi. Hanya gitar lah yang membuatnya hidup, membuatnya makin penasaran dan membuatnya berjalan pelan ketika ia melewati rumah tetangganya yang gonjrang-gonjreng bermain gitar di teras rumah.

Dengan modal observasi, Alma yang pendiam memberanikan diri mengiringi suara nyanyian temannya di depan kelas dan membuat seluruh sekolah takjub. Alma bukanlah pemain gitar, melalui proses observasi gitar itulah, Ia merasa lebih hidup. Baginya, musik adalah jiwa. Ia akan kembali menjadi seorang pemalu dan memilih untuk mengalah atau menarik diri jika tak ada hal seputar musik yang mengusiknya.

Setiap tokoh dalam novel Brianna dan Bottomwise memiliki cara sendiri dalam mencari jati diri. Perjalanan bermusik yang dialami ketiga tokoh dalam novel terbaru karya Andrea Hirata ini merupakan serangkaian kisah yang menarik dan seru untuk dinikmati. Kalau Sobat Bentang sendiri, apakah sudah menemui cara dalam perjalanan hidup mencari jati diri?. Kisah perjalanan tiap tokoh dalam novel ini bisa menjadi sarana refleksi yang ringan untuk direnungi.

 Novel pertama yang ditulis dalam bahasa Inggris oleh Andrea Hirata ini juga tersedia dalam edisi bahasa Indonesia. Melalui kisah yang seru dengan tema yang unik, novel ini bisa menjadi rekomendasi novel sehari baca, selesai. Bagi yang sudah rindu dengan karya Andrea Hirata dan ingin menambah koleksinya dengan buku asli terbitan Bentang Pustaka, bisa langsung cek di sini, ya!

Perjalanan Musik dalam Novel Brianna dan Bottomwise

 

Musik Menjadi Kebutuhan

Apakah musik sesungguhnya? Musik adalah sinar paling terang kefanaan, sebab ketika musik berbunyi, kemanusiaan menjadi terang-benderang. Dunia tanpa musik, macam hutan tak berhewan, macam sungai tak ber-ikan, macam awan tak berangin. (hal. 268). Musik telah menjadi kebutuhan bagi banyak orang. Di Indonesia, identitas musik dikenal sejak abad ke-3 sebelum Masehi dengan menggunakan alat tradisional sebagai pengiringnya.

Novel Brianna dan Bottomwise (Juli, 2022) mengisahkan dua detektif swasta yang menangani kasus hilangnya gitar legendaris John Musiciante. John ialah musisi yang mampu mencipta komposisi rock progresif dari membaca novel, puisi, memandang lukisan, dan patah hati. Disebutkan juga jika dirinya tak kurang dari satu lelaki Renaissance paling berbakat di muka bumi.

“Aku tak bisa lagi main musik. Mendengar musik saja, hatiku sakit. Kehilangan gitar itu membuatku merasa kehilangan ibuku, untuk kedua kalinya.” (hal. 47). Melihat kondisi John Musiciante, membuat Brianna dan Bottomwise berjanji akan terus mencari gitar itu hingga menemukannya.

Penjelajahan pun dimulai mengendarai mobil El Camino kesayangan Bottomwise. Keluar dari negara bagian California, Brianna dan Bottomwise menuju Las Vegas, Nevada. Dilanjutkan lagi menembus jantung Amerika, singgah di Utah, Wyoming, Iowa, South Dakota, terus ke utara menuju Minnesota, menempuh jarak beratus-ratus kilometer. (hal. 49).

Kehadiran yang dinanti-nantikan

Pembaca mafhum novel ini memulai kisahnya dengan latar Amerika. Selanjutnya, penulis mengkolaborasikan kasus crime of opportunity dengan menghadirkan Brianna dan Bottomwise sebagai detektif sekaligus mengangkat keduanya sebagai judul buku ini. Sebagai pembaca, judul automatis melekat dalam ingatan serta memiliki kesan tersendiri di hati pembaca. Sehingga tak ayal jika kehadirannya tentu dinanti-nantikan.

Bersiap akan ditemani Brianna dan Bottomwise sepanjang membaca novel bersampul merah ini, saya bersiap menyimak detail kasus sambil menebak-nebak peristiwa apa yang akan terjadi. Namun rupanya, jejak mereka hilang sejak The Terong Brothers, Hamzah dan Baharudin menggantikan posisinya. Bersamaan dengan itu, gitar vintage berpindah setting ke Indonesia.

Migrasi gitar ini justru membawa hawa sejuk sebab keleluasaan Andrea Hirata menceritakan Indonesia terasa real, khususnya perihal Orkes Melayu. Ada Melayu Semenanjung, hadrah, rebana, qasidah, hingga hentakan-hentakan staccato funk rock ala Frusciante mengalun dalam novel. Melalui Orkes Melayu Kami Mau Lagi, penulis lugas memainkan peran. Sadman menyokong hidupnya sendiri, hidup kedua orang tuanya, dan menabung sedikit demi sedikit untuk satu tujuan: membeli alat-alat musik, agar dapat mendirikan orkes. (hal. 42).

Musisi yang dilupakan zaman

Keterlibatan Alma, Ameru, bahkan Pak Mu dalam memperjuangkan musik tak kalah seru. Masing-masing memiliki peran dominan melebihi Brianna dan Bottomwise. Alih-alih menceritakan strategi pencarian gitar, Alma justru ditampakkan dengan kesulitan mendapatkan pinjaman gitar demi memenuhi hasrat bermusik. Gadis kecil itu harus mencuci sepeda motor tetangganya sebagai syarat meminjam gitar. Begitu pun Pak Mu yang tak lagi dipercaya untuk sekadar memainkan gitar sebab mengidap demensia dini. Meski mahir, kesulitan bicara dan kelainan ingatan membuat Pak Mu dilupakan zaman.

Menuju halaman 238, saya mendapati Brianna dan Bottomwise kembali meski dengan perseteruan yang cukup menegangkan hingga nyaris terjadi perpecahan. Sebagai pembaca mungkin sedikit-banyak berharap jika novel ini menyajikan strategi pemecahan kasus yang cerdas dan taktis sebagaimana novel-novel detektif. Namun saya merasa fokus utama memang tertuju kepeda gitar milik John Musiciante berikut perjalanan musik dan singgahnya bersama banyak orang.

Buktinya: Bagaimanakah selanjutnya nasib prodigy Alma dan Ameru, Pak Mu, Mr. Orkes Man, dan orkes Melayu Semenanjung terakhir di dunia? (hal. 315). Pertanyaan penutup ini cukup menjelaskan apa yang akan disuguhkan Andrea Hirata di buku kedua dwilogi Brianna dan Bottomwise. Maka tak heran jika Orkes Melayu lebih eksis sejak gitar Vintage Sunburst 1960 berada di tangan mereka.

Cita rasa membaca karya Andrea Hirata

Di samping hal itu, novel ini mengandung banyak lelucon, misalnya: warung kopi bernama Maryati Kawin Lagi (hal. 45), celetukan “Ai, kalau Sadman saja bisa bikin orkes, kita bisa bikin apa pun!” (hal. 57). Pernyataan ini cukup satire mengejek Sadman yang dianggap payah dalam bermusik. “Apa kataku, Boi! Dunia tidaklah selalu tempat yang kejam bagi musisi tak berbakat!” (hal. 152).

Selama membaca novel ini, kita dengan mudah dibuat menangis sekaligus tertawa dalam waktu bersamaan. Happyness is Back, Pengorbanan Dua Ibu, hingga Job Sisa, Buku Rekor Dunia, dan Listrik Negara sengaja mencampuradukkan perasaan pembaca. Humor ringan ditambah kisah haru seseorang selalu menjadi cita rasa tersendiri dalam karya-karya Andrea Hirata.

Judul buku                          : Brianna dan Bottomwise

Penulis                                 : Andrea Hirata

Penerbit                              : Bentang Pustaka

Tahun terbit                       : Juli 2022

ISBN                                      : 978-602-291-942-1

Jumlah halaman               : xvii + 361

 

Artikel ini telah terbit di Rubrik Pabukon, Pikiran Rakyat, Sabtu, 27 Agustus 2022 (Oleh: Mutia Senja)

Novel Brianna dan Bottomwise Siap Menyapa Pembaca Juli ini!

Kabar menyenangkan datang dari penulis buku best seller Andrea Hirata. Dalam postingannya yang menginformasikan buku terbarunya segera terbit, membuat para pembaca setianya tidak sabar menunggu. Namun, kerinduan membaca karya terbaru Andrea Hirata akan segera terbayarkan. Penerbit Bentang Pustaka, melalui sosial medianya juga mengumumkan akan segera terbit buku terbaru Andrea Hirata berjudul Brianna dan Bottomwise.

Tentang Novel Brianna dan Bottomwise

Brianna dan Bottomwise bercerita tentang John Musiciante yang kehilangan gitarnya karena ulah kriminal amatir. Bagi musisi legendaris seperti dirinya, gitar itu punya nilai sentimentil yang tak bisa digantikan dengan uang sebesar apa pun. Pada saat itulah, Bottomwise, detektif kenamaan yang cerdik dan karismatik, terlibat ke dalam pusaran arus pencarian gitar legendaris yang penuh kejutan.

Sementara itu, Sadman si musisi “telinga kuali” akhirnya berhasil mengumpulkan uang dari berjualan tauco untuk mewujudkan impian hidupnya: menghidupkan band dan turut memeriahkan dinamika orkes melayu di kampung asalnya. Ia tidak sendirian. Banyak musisi lainnya, tua-muda, jujur-korup, yang juga ingin mengukuhkan keberadaan mereka lewat musik. Dan, gitar legendaris itu diam-diam turut menjadi saksi perjuangan orang-orang itu. “Temanya sangat unik, Andrea bisa mengawinkan kisah detektif, pencurian, dan orkes Melayu.” kata Imam Risdiyanto selaku Manajer Markom Bentang Pustaka. Buku setebal kurang lebih 380 halaman ini bisa dipesan mulai akhir Juli 2022 di seluruh toko buku online dan offline. “Kami melihat antusiasme pembaca yang sangat tinggi, sehingga selama masa pre-order nanti akan ada banyak penawaran menarik. Pastikan kamu ikut pre-order-nya, ya.” tambah Imam.

Pernyataan Andrea Hirata Tentang Buku Terbarunya

Dihubungi melalui email, Andrea Hirata memberikan pernyataan menarik tentang penulisan novel terbarunya. “Pengalamanku tinggal di Amerika dan berkelana selama berbulan-bulan dalam rangka book tour The Rainbow Troops (Laskar Pelangi) dari kota-kota, mulai dari ujung pantai barat hingga ke ujung pantai timur, membantuku melakukan riset untuk menulis Brianna and Bottomwise,” kata Andrea. “Beberapa bagian tulisanku semula terbaca seperti musikologi, sebagian macam diskografi, sebagian berupa profil-profil musisi, sebagian laksana  jeritan hati seorang penggemar norak terhadap seorang artis, sebagian  tak ubahnya artikel majalah-majalah musik, sebagian sensasional dan karena itu ia dangkal, sebagian bak dokumentasi kiprah band funk rock serta karier memilukan para musisi tradisional orkes Melayu di kampungku, yang hampir punah,” tambah Andrea Hirata.

Kuharap, dengan membaca novel ini, Alma pun menginspirasimu, Kawan, dengan cara dia telah mengilhamiku. Dalam Brianna dan Bottomwise, ada pula kisah tentang orang-orang yang menemukan kesulitan besar yang tak mereka bayangkan sebelumnya, lalu hampir menyerah, namun akhirnya secara aneh menemukan cara untuk  percaya lagi pada diri mereka sendiri,” harap Andrea.

Pentingnya Menjaga Kebersihan Toilet

Kebersihan toilet adalah salah satu hal yang penting untuk kita terapkan sehari-hari. Toilet menjadi tempat paling privasi dan sekaligus tempat pembuangan kotoran kita, sehingga kebersihannya perlu dijaga. Jika kita sudah terbiasa membiarkan toilet dalam keadaan bersih, anak-anak juga akan menerapkannya. Menjaga kebersihan toilet tidak hanya untuk diterapkan di rumah, tetapi juga di luar rumah.

 

Toilet Umum

Ketika kita mengajak anak pergi ke luar rumah dan menemukan bahwa toilet umum yang akan digunakan ternyata kotor, tentu kita menjadi merasa tidak nyaman. Banyaknya bakteri dan kuman seolah terlihat jelas di depan mata. Anak yang sudah terbiasa dengan toilet bersih juga ikut merasa tidak nyaman dan bahkan bisa menolak untuk menggunakan fasilitas tersebut. Pada situasi seperti ini, kita bisa mengedukasi anak betapa pentingnya toilet yang bersih.

Toilet yang bersih tidak hanya menggambarkan diri kita yang bersih dan sehat, tetapi juga lingkungan yang sehat serta kebiasaan yang baik. Ketika anak terpaksa harus menggunakan toilet umum yang kotor, kita harus menyiapkan hal-hal yang bisa membuat mereka nyaman. Misalnya, tisu basah, tisu kering, dan juga menyiram toilet yang kotor hingga tampak lebih bersih. Sambil membersihkan toilet sebelum digunakan, kita bisa mengajarkan mereka bagaimana menjaga kebersihan toilet umum.

Kita bisa mengatakan bahwa setiap kali kita ke luar rumah, kita harus menyiapkan tisu basah dan tisu kering, serta membawa hand sanitizer. Sebelum kita menggunakan WC, kita harus membersihkan permukaannya terlebih dahulu dengan menyiram air lalu dilap dengan tisu. Kemudian barulah kita bisa menggunakan toilet tersebut.

 

Dampak Toilet yang Kotor

Selain mengajarkan bagaimana cara menjaga kebersihan toilet, kita juga perlu memberi tahu anak dampak dari toilet yang kotor. Mungkin anak-anak masih tidak paham apa yang akan mereka hadapi jika toilet dibiarkan kotor. Namun, tujuan memberi tahu hal ini bukan untuk menakut-nakuti anak dan membuat mereka harus dengan terpaksa menjaga kebersihan toilet itu. Anak memang perlu diberi tahu sehingga ia bisa menganalisis sendiri mengapa toilet perlu dijaga kebersihannya.

Dampak toilet yang kotor berhubungan dengan isu kesehatan. Toilet yang kotor bisa menyebabkan berbagai penyakit, seperti demam tifoid, disentri, hepatitis A, dan kolera. Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang menunjukkan gejala-gejala seperti diare, mual, muntah, nafsu makan menurun, dan ruam. Penyakit ini bisa menular melalui air yang terkontaminasi feses penderita.

Disentri terjadi akibat infeksi bakteri Shigella atau parasit Entamoeba histolytica pada usus. Gejalanya adalah demam, mual, muntah, dan BAB berdarah. Cara penularannya sama dengan demam tifoid namun bisa dicegah dengan cara selalu mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet. Hepatitis A tertular dari makanan dan minuman yang terkontaminasi. Jika kita ke toilet yang kotor dan tidak membersihkan tangan, kita bisa terkena penyakit ini. Penyakit kolera adalah infeksi yang menyebabkan seseorang mengalami diare yang tertular melalui air yang terkontaminasi. Tanpa penanganan, kolera dapat mengakibatkan dehidrasi parah.

 

Pentingnya menjaga kebersihan toilet tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Mengajarkan anak harus dimulai sejak dini sehingga kebiasaan mereka juga terbentuk sejak awal. Buku serial anak karya Wahyu Aditya ini tidak hanya menghadirkan tokoh-tokoh menggemaskan seperti Cican dan Cini, tetapi juga menghadirkan pesan-pesan yang baik dan mudah terima oleh anak-anak. Buku Cican Bisa ke Toilet Sendiri menceritakan tentang kemandirian Cican yang bisa pergi ke toilet sendiri. Dalam buku ini juga menjelaskan langkah-langkah yang bisa dilakukan anak saat buang air di toilet. Buku ini akan hadir kembali pada bulan Mei 2021.

 

Enda Sinta Apriliana

 

Sumber:

https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/dampak-toilet-kotor/

rekomendasi novel masa pandemi

Cita-Cita Mengalahkan Segalanya

Manusia, mana mungkin dapat berteman dengan kengerian. Mana mungkin tidak menghadapi ketakutan. Dan mana mungkin luput dari hidup dianggap beban. Apalagi beban pendidikan. Namun fakta tak berucap demikian. Membela—karena pintar bukan peniiaian lewat satu sisi. Bukan kenamaan yang terlihat lewat sekelebat. Sisi lain perlu dikaji.

***

Kisah ini tentang manusia dan lingkaran ilmu pasti, bernama matematika. Hantu di ruang kelas pendidikan yang menawarkan kengerian bagi beberapa orang tak suka. Formula-formula yang menakutkan bisa jadi muncul lebih dari satu kali dalam hitungan saban minggu. Ini tampaknya  cukup menggambarkan kisah-kisah dalam buku Guru Aini ini. Kisah-kisah lintas generasi dengan menyuguhkan seputar ilmu matematika lewat cerita menggelitik.

Ciri khas yang selalu disuguhkan oleh Andrea Hirata adalah kisah-kisah jenaka dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kisah sederhana dan penyampaian fakta-fakta menyentuh pada setiap kehidupan apalagi para murid yang masih duduk di bangku sekolah. Belum lagi diksi-diksi yang cukup menarik menjadikan pembaca seolah mendapat hiburan (cukup berkomedi).

Kisah di novel ini dimulai dari anak yang bercita-cita mulia menjadi guru matematika. Terinspirasi dari guru matematikanya saat SMA. Maka, ia pun melanjutkan studinya di program guru matematika. Tidak hanya itu, alasannya menjadi guru matematika salah satunya adalah melihat kelangkaan guru matematika di Indonesia.

Desi Istiqomah, istiqomah sesuai dengan idealismenya. Sejak cita-cita itu muncul dan kuliah di sebuah perguruan tinggi, maka nantinya ia harus bersedia ditempatkan dimanapun bahkan pelosok negeri yang menjadi prioritas akibat kelangkaan guru matematika.

Setelah lulus dari perguruan tinggi beserta ilmunya yang tidak dapat diragukan lagi. Tibalah dimana Desi harus menerima kenyataan ditempatkan di sebuah daerah bahkan namanya saja tidak dapat ditemui di dalam peta. Namun semua itu tidak  menyurutkan langkahnya akan cita-cita menjadi guru matematika. Penggambaran perjalanan Desi cukup berhasil membuat pembaca yakin bahwa sulit meraih daerah paling pelosok itu.

Tidak berhenti di situ, tantangan hidupnya seolah telah terdaftar rapi setelah ia sampai dan mengajar salah satu sekolah di Kampung Ketumbi. Misinya adalah menemukan siswa jenius matematika. Nantinya ia akan mengajari, mendidik bahkan mengikutkannya dalam sebuah lomba. Pada akhirnya, Ibu Desi menemukan siswa dalam misinya walaupun tak memberikan akhir kebahagiaan. Debut Awaludin, siswa jenius matematika. Diikuti Rombongan sembilan yang bertolak belakang membuang matematika.

Pada kisah ini pula, Bu Desi seolah diuji nurani keguruannya. Debut menolak untuk dididiknya. Menolak untuk menjadi kian lebih pintar. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan. Itu semua berhasil memuncakkan kekecewaan Bu Desi. Setelah kejadian yang tidak mengenakkan ini, bukan malah surut idealismenya. Tapi semakin mantap untuk kian mencari, lebih-lebih atas keyakinan dirinya ini.

Dalam kurun waktu yang lama itu, ia malah menjadi guru yang sangat disegani karena kegalakannya dan yang paling diingat murid-murid di Kampung Ketumbi. Di saat kegalakannya kepada murid semakin banyak dikenal, bukan menemui siswa jenius matematika. Tapi didatangi bencana intelektualitas yang lebih menguji lagi hidupnya sebagai guru.

Nuraini datang dengan beban terberat: tidak menyukai matematika. Namun Aini seolah otomatis melangkah demi Ayahnya yang sakit keras. Dengan menjadi dokter untuk menyembuhkan ayahnya maka  ia harus pintar matematika dengan belajar langsung kepada pakarnya. Pilihan berat jatuh kepada Bu Desi yang bahkan saat pertama masuk ke sekolah, Aini doakan tolak bala’ agar tidak mengajar matematika dikelasnya. Dan itulah Aini menganalogikan dirinya saat itu.

Ketidaksukaan Aini kepada matematika telah dengan sempurna dikalahkan oleh cita-cita. Langkahnya secara yakin mengarahkan dirinya kepada Bu Desi. Walau harus dengan tertatih belajar. Dan selama itu masih sering muncul keputusasaan. Bahkan ketika berbagai cara telah Bu Desi jejali untuk menjauhkan Aini dari kegelapan akan matematika. Akankah Aini mampu keluar dari kegelapan itu? Dan untuk para pembaca, novel Pak Cik Andrea Hirata senantiasa menanti kalian.

 

 

Fatmawati, anggota ekskul KIR-literasi “Sabha Pena” dan kru Majalah Pendidikan “Al-Mashalih” MAN Bondowoso

*Pernah dipublikasikan di koran Bharata edisi 26 Juli 2020

rekomendasi novel masa pandemi

Memijarkan Semangat Melalui Rekomendasi Novel Masa Pandemi

Masa pandemi bikin kamu males baca rekomendasi novel? Di musim wabah ini, yang demikian menguras energi, terutama pikiran kita akan keselamatan diri dan keluarga, jangan sampai kita terjebak paranoid massal. Salah satu penawarnya, terutama bagi saya, ya membaca karya sastra. Lantunan kata indah, pulasan kalimat memukai, dalam balutan fiksi, sejenak membawa benak kita pada realitas lain. Pada bayangan lain yang umumnya bercerita keindahan kenyataan, sekaligus di sisi lain menyetuh hati.

Rekomendasi Novel Masa Pandemi Untukmu

Itu pula yang coba ditawarkan novelis asal Belitung, Andrea Hirata, dalam novel ke-10 nya. Dalam 300 lembar lebih halaman buku ini, berfokus pada dua orang: Nuraini binti Syafrudin atau Aini (seorang murid SMA) beserta guru matematika-nya, Desi Istiqomah.

Aini dilakonkan sebagai anak paling bebal dalam pelajaran matematika. Sejak SD, sakit perutnya kambuh jika ada pelajaran tersebut. Kebiasaan yang entah kenapa bisa diturunkan dari ibunya Aini, Dinah, dulu sewaktu masih sekolah. ”Kalau ada pemilihan putri paling tak becus matematika tingkat Provinsi Sumatera Selatan, lekas kudaftarkan kau, Dinah!” kata gurunya tersebut.

Akan tetapi, kisah berubah ketika ayah Aini jatuh sakit dan ia tak naik kelas karena absen 7 bulan untuk menjaga ayahnya. Sang tabib bilang kepada Aini kalau penyakit ayahnya ini hanya bisa disembuhkan pengobatan modern. Sejak itu, Aini ingin menjadi dokter.

Masalahnya, agar jadi dokter, tentu harus menaklukkan matematika agar bisa kuliah di fakultas kedokteran. Untuk itu, sekalipun berhadapan dengan guru super killer, ia harus berhadapan Bu Desi, guru terbaik matematika di Pulau Belantik tersebut.

Guru Aini: Guru Matematika yang Idealis

rekomendasi novel masa pandemiSeorang guru matematika yang terkenal idealis. “Tanpa idealisme, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan,” kata Bu Guru, selalu, di muka kelas. Selain galak, terkenal esentrik karena hobi baca Novel berbahasa Latin serta punya nazar relatif aneh.

Guru Desi tidak akan pernah mengganti sepatu pemberian ayahnya yang sudah dipakai sejak pertama kali pergi ke tempat terpencil itu, sampai ia menemukan murid yang pintar matematika. Di sinilah cerita guru eksentrik dan murid bebal terjalin menarik.

Akankah Aini berhasil menaklukkan matematika, sekaligus membuatnya masuk Fakultas Kedokteran demi cinta pada ayahnya? Seluruh jawab pertanyaan ini digambarkan Andrea dengan gaya khas tulisannya-nya selama ini: Runtun menggambarkan, penuh kejutan dari sisi plot, diselipi humor cerdas, sesekali ilmiah, dan seluruhnya khas Melayu.

Andrea seolah “sadar” untuk kembali pada kisah andalannya yakni perjuangan merebut mimpi dari segala lemah keterbatasan. Setelah pada novel ke-9, Orang-Orang Biasa, memunculkan kisah konspirasi pembobolan bank oleh amatir yang lucunya bisa berhasil –dan terkait kisah Aini di novel sekarang. Sebuah genre baru, yang sekalipun gayanya tetap khas Melayu, namun bukan masuk kategori “Andrea banget”. Penasaran bagaimana kisah dari Guru Aini? Dapatkan di sini. Kamu juga bisa dapatkan Guru Aini di Mizanstore.com.

Guru Aini mengobarkan semangat berpijar agar semua kita berani bergerak melampaui keterbatasan. Semuanya mungkin selama tekad tercanangkan dan dijaga betul. Sebuah novel yang menarik dibaca pada periode penuh tantangan dan gejolak pada spirit kita.

Muhammad Sufyan Abdurrahman, Dosen Digital PR FKB Telkom University

*Pernah dipublikasikan di Tribun Jabar 29 Maret 2020

10 Buku Bentang Pustaka yang Paling Banyak Dicari di Mizan Online Book Fair

 

Sahabat Bentang, pekan belanja buku di Mizan Online Book Fair (MOBF) sebentar lagi selesai. Hayooo … sudah belanja berapa buku? Atau, jangan-jangan masih ingin tambah lagi. Tapi kebingungan mau pilih judul yang mana. Wajar sih, soalnya semua buku di MOBF ini memang bagus-bagus dan berkualitas. Tenang saja, untuk membantu kalian memantapkan hati dan memenuhi keranjang belanja, kami akan memberikan rekomendasi sepuluh judul buku Bentang Pustaka yang paling banyak dibeli dan ulasan singkatnya.

 

  1. Lockdown 309 Tahun

Emha Ainun Nadjib merupakan penulis yang sangat produktif dan peka terhadap perubahan zaman serta fenomena apa pun. Lockdown 309 Tahun adalah buku terbaru Mbah Nun di Bentang Pustaka yang mendedah seputar apa dan bagaimana yang harus dilakukan oleh umat manusia dalam menghadapi pandemi yang telah menguasai dunia, COVID-19 atau virus corona. Banyak pembaca Bentang Pustaka yang mengaku hatinya jadi tenang dan pasrah setelah membaca buku ini.

 

  1. Animal Farm

Meski sudah terbit selama empat tahun di Bentang Pustaka, Animal Farm rutin menempati posisi buku terlaris dalam kategori sastra. Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis George Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet. Buku ini mengisahkan pemberontakan hewan yang dipimpin oleh dua babi cerdas terhadap manusia.

 

  1. Guru Aini

Matematika dan memprihatinkannya pendidikan di Indonesia di daerah pelosok dikemas dengan apik di novel teranyar Andrea Hirata. Bagi kalian pencinta serial Laskar Pelangi, novel ini tak boleh dilewatkan. Karena kita akan diajak menghela napas berkali-kali menyaksikan tekad Bu Desi, sang guru Matematika di pelosok Ketumbi. Dia berjanji  tidak akan berganti sepatu sampai dia menemukan murid yang pandai Matematika.

 

  1. Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja

Mengajari anak membaca memang menjadi PR yang menantang bagi para orang tua. Ada banyak kebingungan mengenai metode belajar seperti apa yang paling tepat dan tentunya menyenangkan bagi anak. Vidya Dwina Paramita, pakar Montessori ternama di Indonesia sekaligus penulis best seller di Bentang Pustaka, membagikan pengalaman mengajarnya dalam mendidik anak usia dini selama 12 tahun terakhir.

 

  1. Ngaji Fikih

Jangan bayangkan bahwa buku ini akan mengajarkan ilmu fikih yang kaku dan berat. Dalam buku ini, Nadirsyah Hosen menuturkan indahnya keilmuan fikih yang dipelajari langsung dari sang bapak, Prof. K.H. Ibrahim Hosen, L.M.L. Buku ini layaknya sebuah persembahan ilmu dari Abah dan anak dalam mewarnai khazanah kajian fikih di Indonesia. Tak hanya membahas hukum-hukum agama yang sering diperdebatkan banyak pihak, tetapi juga memberikan solusi atas problematika masyarakat Islam zaman now.

 

  1. The Danish Way of Parenting

Sejak terbit, buku ini termasuk dalam daftar “buku parenting yang paling banyak dicari” oleh para orang tua. Filosofi orang Denmark dalam membesarkan anak terbukti memberikan hasil yang cukup efektif: anak-anak yang tangguh, emosi terkendali, dan bahagia. Warisan inilah yang membuat Denmark selalu menempati urutan pertama indeks kebahagiaan seluruh dunia. Jika anak bahagia, orang tua otomatis akan ikut bahagia juga, kan?

 

  1. Arah Musim

Jika ada di antara sahabat Bentang Pustaka yang sedang mengalami quarterly crisis, buku ini cocok untuk kalian. Kurniawan Gunadi, penulis yang sebelumnya lahir dan besar di jalur indie, kini berkolaborasi dengan Bentang Pustaka untuk menerbitkan kumpulan tulisan yang berkisah tentang keluarga, hakikat hidup, dan kebaikan sekitar yang tak putus-putus. Baca buku ini dijamin hati yang semula resah menjadi tenteram, seperti kutipan ini, Dia ingin mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang sering kita tolak kehadirannya. Sesuatu yang barangkali menjadi doa-doa kita selama ini.

 

  1. Travelove

Traveling dan jatuh cinta memang kombinasi yang mendebarkan. Bertemu dengan orang baru saja sudah menyenangkan, apalagi kalau sampai jatuh hati. Ditulis oleh para travel writer ternama di Indonesia, yaitu Andrei Budiman, Ariyanto, Claudia Kaunang, Lalu Abdul Fatah, Rei Nina, Rini Raharjanti, Sari Musdar, dan Trinity. Tak ketinggalan, CEO Bentang Pustaka, Salman Faridi, turut menjadi kontributor dalam buku ini.

 

  1. Dear Tomorrow

She is the girl that EVERYONE wants to be. She has everything that you want so you tend to envy her. She does all the things that you can’t do so you grow to hate herBut in the end, it’s almost impossible to hate her, and through this book … you’ll know why.

Buku perdana Maudy Ayunda ini termasuk yang paling banyak diperbincangkan oleh para pemburu buku di Mizan Online Book Fair. Dengan kemasan buku ekslusif—hard cover, full color—Maudears tentu tak melewatkan kesempatan untuk memborong buku ini dengan harga khusus.

 

  1. Jatuh Hati pada Montessori

Metode Montessori yang ditemukan sejak seabad lalu kini semakin luas dipraktikkan. Metode ini terbukti berhasil mendampingi proses tumbuh kembang anak dengan pola asuh yang membuatnya tumbuh bahagia, cerdas, mandiri, dan berpendirian teguh. Anak-anak juga akan bisa berlaku disiplin tanpa tumbuh dengan rasa amarah.

 

 

Nah, itu tadi sepuluh buku terlaris Bentang Pustaka yang bisa kalian borong sebagai amunisi untuk hati dan pikiran. Mizan Online Book Fair ini masih berlangsung sampai 31 Mei 2020. Yuuuk buruan beli, jangan sampai kalian terlewat momen ini.

 

 Baca buku bagus buat hati riang gembira

Senang rasanya bagai meminum air

Semua buku pilihan ada di Bentang Pustaka

Harga istimewa hanya di Mizan Online Book Fair

idealisme guru aini

Makna Idealisme di Novel Guru Aini

Di era pragmatisme sekarang ini, kita kerap bertanya-tanya, masih adakah tempat bagi idealisme dalam hidup ini? Idealisme biasa dimiliki oleh kaum muda. Perhatikan mereka yang baru lulus. Mereka menggenggam cita-cita setinggi langit. Dalam batin, mereka bertekad mengabdikan seluruh ilmunya bagi kemaslahatan orang banyak. Begitu pun saat memasuki dunia kerja, mereka dipenuhi keyakinan mengubah dunia. Bekerja dengan jujur. Memaksimalkan potensi. Melayani segenap masyarakat dengan sepenuh hati.

Konon, berdasarkan penelitian antah berantah, umumnya idealisme anak muda yang baru tamat dari perguruan tinggi bertahan paling lama 4 bulan. Setelah itu mereka akan menjadi pengeluh, penggerutu, dan penyalah seperti banyak orang lainnya, lalu secara menyedihkan terseret arus deras sungai besar rutinitas dan basa-basi birokrasi lalu tunduk patuh pada sistem yang buruk.

Guru Aini, Andrea Hirata

Akan tetapi, ketika anak-anak muda ini mulai menjalani keseharian, godaan dan tantangan mulai bermunculan menggerogoti idealisme yang semula menggebu. Kebutuhan sehari-hari yang makin tinggi. Tuntutan keluarga dan orang-orang terdekat, atau malah gaya hidup kerap menyurutkan langkah mereka. Memang tidak semua seperti ini. Masih banyak anak-anak muda yang tetap berpegang pada idealisme. Kita bisa menemukan sosoknya dalam guru honorer di daerah pelosok, tenaga medis di daerah-daerah yang tidak mudah diakses, atau bahkan dalam diri seorang petugas keamanan di belantara kota metropolitan yang tidak mudah disuap.

idealisme guru aini

Perlukah idealisme di era pragmatis sekarang ini?

Mengapa Kita Perlu Idealisme?

Sejatinya idealisme diperlukan untuk membuat kita tetap waras bertahan dalam hidup yang semakin buas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, idealisme adalah hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. Ya, tanpa memiliki patokan tersebut, pastinya kita akan mudah terombang-ambing saat menghadapi hal-hal yang di luar rencana.

Misalnya, Bu Desi dalam novel Guru Aini memiliki idealisme untuk mengajar matematika di daerah pelosok dan mencetak seorang genius matematika. Sebagai seorang anak pemilik toko yang berkecukupan, tidak heran jika Bu Desi mendapatkan tantangan keras dari ibunya untuk meneruskan impiannya menjadi guru matematika. Sikap sang ibu sangat bisa kita pahami. Manalah dia tega melepas anak gadisnya yang masih belia. Meskipun demikian, berkat idealisme yang telah mengakar kuat dalam dirinya, Bu Desi pada akhirnya berhasil mendapatkan restu sang ibu dan melenggang pergi ke Ketumbi dengan hati gembira.

Mempertahankan Makna Idealisme di Novel Guru Aini

Kisah semacam ini jamak kita temukan, bahkan mungkin kita alami sendiri. Kehadiran idealisme akan menguatkan diri kita untuk mempertahankan cita-cita, terutama saat sedang menghadapi hambatan. Idealisme juga memberikan kepuasan batin karena kita merasa sedang mengejar sesuatu yang kita anggap baik untuk diri kita.

Sejauh mana kita perlu mempertahankan idealisme? Jawabannya sangat bergantung pada diri kita masing-masing. Sejauh mana kita bisa menarik-ulur sesuai keadaan. Seperti Bu Desi yang sempat merasa terpuruk saat mengajar matematika di Ketumbi, wajar jika kita terkadang merasa lelah mempertahankan idealisme. Kita merasa sendiri dan ditinggalkan di tengah perjuangan. Kita dihantui perasaan apakah semua ini pada akhirnya akan sia-sia belaka. Saat itu terjadi, hentikan dahulu semua pekerjaan. Renungkan apa yang sesungguhnya kita inginkan dalam hidup ini. Apa yang sesungguhnya kita harapkan dari idealisme ini.

Desmond Tutu mengatakan, untuk mempertahankan idealisme, orang harus terus bermimpi. Jika akhirnya kita memutuskan untuk terus mempertahankan idealisme, selalu ingat kembali mimpi tersebut saat kelelahan melanda.

 

© Copyright - Bentang Pustaka