Tag Archive for: Mindfulness

Tren Istilah Mindfulness Artinya dalam Islam Apa, ya?

Apa yang Sobat Bentang lakukan ketika sedang mengalami perasaan gelisah, hilang arah bahkan oleh psikiater dinyatakan sedang mengalami depresi? Siap tidak siap perasaan kurang nyaman yang kita alami menuntut kita untuk berupaya agar mampu mengatasinya agar kita tak kehilangan diri dan arah tujuan hidup. Dalam psikologi ada salah satu upaya sebagai media untuk menyadari dan mengurai perasaan tidak nyaman yang disebut dengan mindfulness. Yuk simak artikel ini untuk supaya memahami mindfulness artinya apa!

Photo by Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/photo/photo-of-man-in-gray-t-shirt-and-black-jeans-on-sitting-on-wooden-floor-meditating-3760611/

Mindfulness Artinya Apa Sih?

Mindfulness artinya adalah kemampuan dasar manusia dalam menyadari dengan utuh apa yang sedang dilakukan dan di mana posisi kita sekarang. Apakah terjebak dalam pikiran masa lalu, fokus di masa sekarang, atau insecure karena masa depan? 

 

Menurut Hardvard Edu, mindfulness adalah upaya yang mengajarkan kita untuk fokus pada masa kini saat pikiran sedang ngalor ngidul. Mindfulness ini juga bisa dipahami sebagai kemampuan diri untuk menakar agar tidak berlebih dalam bereaksi atas apa yang sedang terjadi dengan fokus dengan mengolah napas, mengistirahatkan pikiran, dan membawa diri ke posisi yang nyaman dan tenang. 

 

Istilah mindfulness lekat dengan praktek meditasi (mindfulness meditation) dalam dunia psikologi. Ada juga yang menganggap mindfulness adalah upaya spiritualisme untuk mendekatkan diri dengan Tuhan melalui kesadaran terhadap diri (self-awareness). Untuk menambah perspektif perihal mindfulness serta lebih meyakinkan diri untuk mencoba menerapkannya, yuk, pahami makna mindfulness dalam Islam!

Mindfulness Dalam Perspektif Islam

Dari pengertian mindfulness di atas, upaya menyadari secara utuh apa yang sedang terjadi dalam diri adalah upaya untuk lebih mengenal diri. Mengenal diri merupakan bagian dari proses perjalanan hidup manusia. Dalam Islam kita sangat dianjurkan untuk mengenal diri sendiri melalui proses perbaikan hati dan jiwa agar tidak hanya fisik saja yang sehat, tapi juga hati. 

 

Dalam buku Bahkan Tuhan pun Tak Tega Jika Kita Menderita, Dr Ayang Utriza memaparkan bagaimana cara merawat hati agar senantiasa sehat melalui tafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis. Sobat Bentang bisa lebih maknai arti mindfulness dengan cara sederhana dan ringan. Berdasarkan pemaparannya, hati manusia selalu berubah, kadang meninggi tatkala keimanan bertambah kadang terpuruk saat kelalaian merasukinya. 

 

Menurut Dr. Ayang, mengenal diri atau mindfulness adalah upaya merawat hati. Mengenal diri adalah upaya mengingat Allah swt. Ketika diri mengingat Allah, maka hati akan tentram. Hal itu pun sejalan dengan QS. Al-Ahzab: 22, “Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah.”

Baca Juga: Mencari Tujuan Hidup: Pentingnya Mengenal Diri Sendiri 

Apa Manfaat Mindfulness dalam Kehidupan Sehari-hari?

Mindfulness mampu menjadi upaya bagi seseorang agar menjalankan segala aktivitas, memanfaatkan segala waktunya dan melewati harinya dengan fokus, damai dan penuh dengan kemaslahatan. Dalam Islam yang telah terurai di atas, ketentraman dapat diraih jika mengingat Allah. Sesuai judul buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita, Allah pun tak tega jika hambanya menderita. Lalu mengapa kita suka menyiksa diri sendiri?. 

 

Secara runtut, buku karya dosen yang pernah tergabung di Kajian Keislaman dan Kearaban (Islamic and Arabic Studies) di FISIP, Ugent  ini mengantarkan kita untuk memaknai kehidupan agar lebih tentram dan damai di berbagai tahapan. Diawali dengan bab pertama yang berfokus pada perbaikan diri, berlanjut ke skala yang lebih besar yakni keluarga (Membentuk Rumah Tangga Qur’ani dan Masyarakat yang Berakhlak). Selanjutanya merefleksi diri melalui kisah teladan nabi Muhammad yang termuat dalam bab III dan memaknai ajaran Islam melalui filosofi dan hikmah ibadah.

 

Buku ini tepat untuk menemani Sobat Bentang yang sedang merasa kalut dan kelimpungan dengan kondisi diri dan sekitar. Hingga merasa bingung dengan posisi agama yang tak mampu memberikan jawaban yang “mengena” di hati dan pikiran. Walaupun buku ini merupakan catatan ceramah, khotbah dan pengajian, membacanya seperti sedang deeptalk bersama kawan. Bukan seperti sedang diceramahi. Buku ini masih tersedia dengan tanda tangan digital langsung dari Dr. Ayang Utriza Yakin, DEA. Informasi lebih lanjutnya bisa kunjungi Official Bentang Shop di Shopee ya!. 

Kercerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional Anak: Penting Namun Sering Disepelekan

Kita tinggal dalam tatanan masyarakat yang lebih memprioritaskan kecerdasan intektual (IQ) daripada kecerdasan emosional (EQ). Orang-orang terobsesi dengan IQ hingga menjadikannya sebagai standar kecerdasan dan membuat beragam tes untuk menentukan tinggi rendahnya IQ anak. Lalu, bagaimana dengan EQ?

EQ adalah akronim dari emotional quotient atau kecerdasan emosional. EQ merupakan kemampuan seseorang untuk menerima, memahami, menilai hingga mengontrol emosi dirinya dan orang lain. Sementara itu, IQ adalah kecerdasan kognitif yang menentukan kemampuan seseorang untuk menalar, menganalisis, memecahkan masalah, dan sebagainya. Dilihat dari definisi masing-masing kecerdasan, tidak heran jika orang menganggap IQ lebih penting bagi anak daripada EQ. Pasalnya, IQ dapat diukur menggunakan tes dan bentuknya lebih konkret seperti kemampuan akademis yang tinggi. Sementara itu, EQ lebih sulit diukur dan dilihat kecuali kita memperhatikannya betul-betul, seperti kemampuan sosialisasi anak.

Namun, sekarang orang-orang sudah mulai peduli terhadap EQ. Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa EQ lebih penting dari IQ. Berikut beberapa manfaat EQ bagi anak:

  1. Kecerdasan Emosional Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi

Dengan kecerdasan emosional, anak dapat berkomunikasi dengan baik karena mereka akan memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan mengontrol reaksi maupun emosinya. Kemampuan komunikasi tersebut membantu proses sosialisasi. Artinya, anak dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat menempatkan diri sesuai situasi dan tahu cara melakukan komunikasi yang baik dengan orang lain.

  1. Kecerdasan Emosional Meningkatkan Empati

Anak dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mudah untuk berempati terhadap orang lain. Mereka bisa merasakan emosi yang orang lain rasakan. Banyak yang percaya IQ tanpa EQ dapat berbahaya karena orang bisa menduduki posisi tinggi atau sukses dalam karier tapi kurang dapat berempati pada orang lain.

 

Baca juga: 3 Elemen Mindfulness: Cara Mudah Memahami Pengertian Mindfulness

 

  1. Menjaga Kesehatan Mental

Kecerdasan emosional membantu anak untuk dapat mengenali diri, mengontrol emosi, hingga memotivasi diri. Hal tersebut membantu mereka menghadapi momen sulit dalam hidup. Ketika anak merasa sedih, anak dapat mengenalinya dan menerima kesedihan sebagai salah satu perasaan manusiawi. Saat mereka terbebani dengan pekerjaan, mereka tahu kapan harus berhenti dan kapan harus terus berjuang. Bahkan, mereka dapat melihat sisi positif dari kegagalan yang mereka alami. Dengan begitu, kesehatan mental anak dapat terjaga.

  1. Bekal Menjadi Pemimpin yang Baik

Menjadi pemimpin tidak harus memiliki IQ yang tinggi. Yang paling dibutuhkan oleh pemimpin adalah kecerdasan emosional. Inilah alasan EQ berperan penting dalam mendukung kesuksesan anak di masa depan. EQ menentukan kemampuan mereka untuk bekerja sama dalam tim, hingga memimpin diri sendiri dan orang lain.

Selain belum sadar akan pentingnya EQ, banyak juga yang belum tahu cara meningkatkan kecerdasan emosional. EQ dapat ditingkatkan melalui praktik mindfulness (kesadaran pikiran). Dengan mindfulness, anak dapat mengenali dan menerima diri sendiri dan lingkungan sekitar. Praktik mindfulness juga membantu anak untuk fokus pada saat ini sehingga kita bisa benar-benar memperhatikan apa yang terjadi dalam diri sendiri dan lingkungan sekitar. Saat memperhatikan itulah anak dapat meningkatkan EQ.

Praktik mindfulness sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Anak tidak harus melakukan meditasi formal dengan memejamkan mata dan duduk tegak. Anak bahkan bisa melatih mindfulness dengan berhenti melakukan pekerjaan sejenak lalu merasakan tiap tarikan dan helaan napas. Kabar baik untuk kita, sudah ada buku yang berisi latihan-latihan praktis mindfulness dengan judul Growing Up Mindful. Buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sekarang anak dapat melatih mindfulness sembari meningkatkan kecerdasan emosional.

 

 

pengertian mindfulness

3 Elemen Mindfulness: Cara Mudah Memahami Pengertian Mindfulness

Dalam bahasa Indonesia, mindfulness bisa diterjemahkan menjadi kesadaran diri atau kesadaran batin. Sekilas, kesadaran pikiran seakan adalah sebuah keadaan di mana kita sadar, yaitu tidak dalam posisi tidur atau pingsan. Tapi, pengertian mindfulness lebih dari sekadar posisi “sadar” atau “bangun.” Ada elemen mindfulness yang membentuk pengertian mindfulness secara mendalam.

Ada banyak cara untuk menjelaskan pengertian mindfulness. Menurut kamus Oxford, mindfulness adalah “sebuah keadaan mental yang dicapai dengan memusatkan kesadaran pada momen saat ini, sambil mengakui dan menerima perasaan, pikiran dan sensasi tubuh, digunakan sebagai teknik terapi.” Sementara itu, Christopher Willard, seorang praktisi mindfulness dan pengajar Harvard Medical School lebih menyukai definisi mindfulness sebagai “memberi perhatian kepada momen saat ini dengan penerimaan dan tanpa penilaian.”

Walaupun ada banyak pengertian dari berbagai sumber, mindfulness memiliki 3 elemen utama. Christoper Willard menuliskan ketiga elemen mindfulness dalam bukunya yang berjudul Growing Up Mindful. Elemen tersebut tersebut merupakan fondasi penting yang bisa dijadikan pedoman untuk menerapkan mindfulness.

  1. Memberi Perhatian

Memberi perhatian atau memperhatikan merupakan tugas yang cukup berat bagi kebanyakan orang. Kita sering meminta atau diminta seseorang untuk memperhatikan. Tapi, semua orang hanya meminta perhatian tanpa pernah mengajarkan cara untuk memperhatikan. Jadi, jangan heran jika kita kesulitan untuk memberi perhatian.

Padahal, memberi perhatian adalah elemen penting dalam menerapkan kesadaran diri. Memperhatikan tidak hanya dilakukan saat mendengarkan penjelasan guru atau nasihat orang tua. Memperhatikan bisa dilakukan di setiap momen. Christoper Willard memberi tips untuk mengubah kata “memperhatikan” dengan kata “melihat.”

  1. Kontak dengan Momen Saat Ini

Selain kesulitan untuk memberi perhatian, kita juga sulit untuk melakukan kontak dengan momen saat ini. Kontak tersebut dapat berupa merasakan apa yang terjadi saat ini, bukan memikirkan masa depan atau masa lalu. Kita tidak terbiasa kontak dengan saat ini karena menganggap saat ini tidaklah penting atau hanya sekadar angin lalu. Kita terlalu fokus merancang masa depan dan memikirkan kejadian di masa lalu.

Menurut Lao-Tzu, Bapak Taoisme, depresi adalah keadaan di mana kita terpaku pada masa lalu, sementara kecemasan adalah terperangkap di masa depan. Depresi dan kecemasan merupakan keadaan mental yang tidak sehat dan penghalang kebahagiaan. Inilah sebabnya kontak dengan saat ini sangatlah penting. Dengan merasakan momen saat ini, kita dapat menemukan ketenangan yang memicu kesehatan mental dan kebahagiaan.

  1. Penerimaan Tanpa Penilaian

Ketika merasakan saat ini, kita tidak perlu menilai baik dan buruknya apa yang terjadi atau melawan fakta. Kita cukup merasakan dan menerimanya. Dengan merasakan dan menerima momen saat ini, di situlah saat kita dapat mendapat ketenangan dan perspektif lain. Rasa tenang tersebut muncul karena kita dapat berhenti mengkritisi keadaan dan diri sendiri, sekalipun orang lain meneriakkan kekurangan kita.

“Saat kita hidup dan terbuka dengan pengalaman pada momen saat ini, daripada masa depan atau masa lalu, kita menemukan bahwa momen saat ini lumayan juga, atau bahkan menarik.” – Christopher Willard, Growing Up Mindful

Ketiga elemen tersebut wajib dipraktikkan supaya dapat menerapkan mindfulness dengan tepat. Memang dalam praktiknya, mindfulness tidak semudah yang dibayangkan, namun sekarang sudah banyak latihan mindfulness yang ditujukan untuk pemula, bahkan anak-anak. Buku Growing Up Mindful, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, merupakan panduan tepat untuk melatih mindfulness bagi pemula karena ditujukan untuk anak dan keluarga.

 

Baca juga: Manfaat Mindfulness untuk Kesehatan Mental dan Fisik

Manfaat Mindfulness

Manfaat Mindfulness untuk Kesehatan Mental dan Fisik

Banyak orang enggan menerapkan mindfulness atau kesadaran pikiran dengan alasan sulit. Menerapkan mindfulness memang tidak semudah membalik telapak tangan. Namun, dengan sedikit ketelatenan dan cara yang tepat, kita sudah dapat merasakan manfaat mindfulness.

Mindfulness atau kesadaran pikiran adalah memberikan perhatian kepada momen saat ini tanpa menilai. Artinya, kita murni merasakan dan mengamati apa yang terjadi tepat pada momen saat ini di dalam diri kita maupun lingkungan sekitar. Mindfulness sendiri dianggap cukup sulit dilakukan karena kita sulit untuk berkonsentrasi tanpa memikirkan masa depan atau masa lampau.

Padahal, praktik mindfulness memiliki manfaat yang beragam untuk kesehatan. Christopher Willard dalam buku Growing Up Mindful menjelaskan bahwa mindfulness memberi manfaat terhadap mental, fisik, perilaku, akademis hingga otak manusia. Untuk mendapatkan manfaat dari mindfulness, kita tidak harus sering bermeditasi atau yoga. Kabar baiknya, buku Growing Up Mindful juga menjelaskan cara-cara dan latihan mindfulness dalam kegiatan sehari-hari. Berikut beberapa manfaat mindfulness untuk kesehatan mental dan fisik. Manfaat positif untuk aspek lainnya dapat dibaca lebih dalam di buku Growing Up Mindful.

  1. Manfaat Mindfulness untuk Kesehatan Mental

Mindfulness sangat memengaruhi otak manusia dengan mengubahnya ke arah yang lebih positif. Perubahan otak ini berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Penelitian di Harvard Medical School menunjukkan bahwa mindfulness dapat merangsang perkembangan korteks prefontal, bagian otak yang dapat menekan rangsangan sehingga kita tidak langsung bereaksi terhadap sebuah emosi. Berikut efek positif dari perkembangan koteks prefontal terhadap kesehatan mental:

  • Memperbaiki suasana hati
  • Mengatasi depresi, kecemasan, perilaku obsesif kompulsif, kecemasan sosial, post-traumatic stress disorder (PTSD), dan borderline personality disorder (BPD)
  • Meningkatkan self-esteem (perasaan terhadap harga diri), self-love (rasa cinta terhadap diri sendiri), kepercayaan diri, hingga rasa sayang kepada orang lain.
  1. Manfaat untuk Kesehatan Fisik

Orang yang berkesadaran pikiran lebih peduli terhadap kesejahteraan dirinya. Hal ini dikarenakan mereka cenderung lebih bahagia, menyadari harga dirinya dan mencintai diri sendiri. Karenanya, orang yang dengan kesadaran pikiran memiliki gaya hidup yang lebih baik.

Selain itu, mindfulness juga dapat membangunkan energi positif dalam tubuh. Bahkan, sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa energi positif tersebut membantu pemulihan penderita kanker. Berikut beberapa manfaat mindfulness untuk kesehatan fisik:

  • Meningkatkan kekebalan tubuh
  • Membantu tidur
  • Memperbaiki kesehatan makan
  • Membantu asma, inflamasi, dan pemulihan pascaoperasi.
  • Mengurangi stres karena hormon
  • Mengurangi sakit kronis.

Manfaat mindfulness dapat dirasakan sesuai dengan seberapa dalam kita melakukan praktik kesadaran pikiran. Semakin terlatih kesadaran pikiran kita, semakin besar pula manfaat yang kita rasakan. Jadi, alangkah baiknya jika kita mempraktikkan mindfulness sejak dini, bahkan sejak anak-anak. Supaya anak bisa melatih mindfulness dengan mudah, orang tua bisa mengikuti latihan dan praktik dari buku Growing Up Mindful.

 

Baca juga: Mengenali Gejala Stres Pada Anak dan Cara Menghadapinya

Promosi Buku Mengheningkan Cinta

Mengheningkan Cinta: Buku yang Patut Dimiliki

Promosi Buku Mengheningkan CintaBuku berjudul Mengheningkan Cinta adalah karya keempat dari Adjie Santosoputro. Setelah tiga karyanya yang sebelumnya yang berjudul Sejenak Hening, Sadar Penuh Hadir Utuh, dan Merawat Bahagia .

Meskipun mengangkat tema yang sama dengan buku-buku sebelumnya. Kali ini Adjie mengemasnya melalui pembahasan yang dekat dengan keseharian pembaca, yaitu Cinta.

Oleh karenanya, konsep-konsep mindfulness di dalam buku Mengheningkan Cinta khusus ditujukan untuk menumbuhkan dan merawat cinta kepada banyak pihak, termasuk kepada hati yang lara.

Selain karena kepakaran sang penulis dalam menyampaikan materi mindfulness, berikut beberapa alasan penting untuk segera memiliki buku ini :

Keunikan Perspektif

Diskusi mengenai cinta dan patah hati telah menjadi sesuatu yang umum dibicarakan. Namun Adjie memiliki sudut pandang yang unik dalam hal tersebut. Salah satu diantaranya adalah upaya sembuh dari patah hati dengan cara menganggapnya ada sebagai salah satu bagian yang biasa hadir dan pergi dalam kehidupan manusia.

Hasil Dialog Antara Adjie dengan Sahabatnya, Sunyi

Seperti yang dikatakan oleh sang penulis bahwa bahwa kesejatian manusia itu dapat ditemukan jika manusia dapat membebaskan diri dari kebisingan. Kebisingan tersebut dapat berupa hal-hal keseharian yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita kepada pihak lain sehingga kita tidak lagi memiliki waktu untuk merenungkan kedirian kita sendiri. Hal ini yang akan dipaparkan dalam buku ini dengan meng highlight hasil penrenungannya tersebut.

Melatih Kemampuan dan Kemauan untuk Mengenali Diri

Sebagai praktisi mindfulness, Adjie mengirimkan pesan untuk selalu merefleksikan diri. Kali ini keheningan menjadi poin penting yang berusaha Ia sampaikan. Hal ini penting karena manusia saat ini sering larut dalam kebisingan sehingga sulit untuk melakukan refleksi dan pendekatan kepada diri sendiri melalui keheningan yang sebenarnya merupakan kawan setia manusia sebelum segala kebisingan berkuasa.

Buku Mengheningkan Cinta Dikemas dengan Hard Cover

Selain mendapatkan konten dengan kualitas yang baik, pembaca juga akan mendapatkan tampilan terbaik dari buku ini yaitu penggunaan hard cover. Bukan saja sebagai pendongkrak nilai estetis, hard cover juga meninggikan kualitas buku supaya tetap aman meskipun dimakan usia.

Adjie Santosoputro dan Mindfulness

Adjie Santosoputro Praktisi Mindfulness Milenial

Segalanya begitu bising. Banyak orang merasa bingung dan mudah sekali merasa gelisah. Segala persoalan hidup Adjie Santosoputro dan Mindfulnessmenjadi sangat sulit dimengerti maknanya. Orang-orang sibuk mempertanyakan apakah mereka bisa bahagia atau tidak, dan bagaimana mereka bisa berdamai dengan persoalan hidup lainnya.

Adjie Santosoputro menangkap kegelisahan itu dan mulai mengedukasi generasi Milenial baik di media sosial maupun dalam berbagai platform lain. Di Twitter (@AdjieSanPutro) maupun di Instagram (@adjiesantosoputro), ia aktif hampir setiap hari berbagi berbagai topik tentang kesehatan mental dan cara mengendalikan diri melalui mindfulness.

Tak berhenti di sana, ia juga menjadi penggagas dari menggagas Santosha, mengelola sesi pelatihan, seminar, dan konsultasi terkait emotional healing dan hidup bahagia melalui pendekatan “mindfulness”.

Pria lulusan Fakultas Psikologi UGM ini mendaulat dirinya sebagai praktisi mindfulness. “Sederhananya, mindfulness adalah melatih pikiran agar sadar penuh hadir utuh di sini-kini. Tubuh di sini, pikiran juga beristirahat di sini. Bukan tubuh di saat ini, tapi pikiran melamun ke masa lalu maupun mengembara ke masa depan,” begitu akunya di blog pribadinya.

Sejak  menjadi praktisi mindfulness pada tahun 2010, ia sering diundang dan diminta berbagi mengenai mindfulness. Melalui pelatihan, seminar, dan konsultasi ia berbagi kepada orang-orang yang merasa membutuhkan solusi untuk meningkatkan fokus dan produktivitas kerja, menciptakan hidup bahagia dan tenang, cara mengelola stres, cerdas emosi, serta hubungan damai dengan sesama.

Dalam salah satu wawancara di media online, Adjie mengaku bahwa ia bukanlah seorang motivator. Katanya, “motivator bertugas mengajak orang untuk selalu bersemangat meraih impian yang dapat diukur secara lahiriah, sedangkan saya mengajak orang belajar menerima. Bahwa ada hal-hal dalam hidup yang pada kenyataannya tidak bisa diraih. Saya mengajak orang belajar menerima keadaan. Ikhlas menerima realitas. Saya berbagi ilmu sambil terus melatih diri menjadi orang yang ikhlas.”

Terbitkan Buku Baru

Bentang Pustaka mengenal Adjie Santosoputro sebagai “praktisi mindfulness-nya generasi Milenial”. Ia dijuluki begitu karena kontribusinya yang besar dalam mengedukasi banyak generasi Milenial yang merasa resah akan hidup mereka. Adjie hadir di tengah-tengah mereka, berdialog di media sosial, dan mendengarkan keluh kesah mereka dengan sabar. Ia menjadi teman seperjalanan generasi Milenial untuk masuk dalam diri, mengenali dan berdamai dengan dirinya masing-masing.

Dengan kegigihan tersebut, Adjie mengajak para generasi Milenial melakukan perjalanan bersama untuk mencapai kebahagiaan bersama-sama pula. Perjalanan bersama itu, bukan hanya sebagai gelombang ombak yang berlalu begitu saja, tapi sebagai samudra yang selalu ada, asalkan kita mampu bergandengan tangan, berjalan beriringan.

Hadirnya buku Mengheningkan Cinta, dapat menjadi salah satu langkah penting seorang Adjie Santosoputro dalam memperkenalkan mindfulness dalam kehidupan keseharian kita. Dengan demikian, buku ini dapat memberikan suasana baru bagi masyarakat Indonesia untuk lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental sehingga dapat lebih bijaksana menyikapi persoalan yang datang dalam hidup. (Tejo)

© Copyright - Bentang Pustaka