Menahan Amarah Kepada Anak

Menahan Amarah

Kita sebagai orang dewasa tentu memiliki batasan tertentu dalam menahan amarah atau emosi, sama seperti anak. Anak juga memiliki pola pikir yang jauh berbeda dari kita sebagai orang dewasa, sehingga kita tidak banyak mengerti pemikiran anak. Sesederhana ketika kita melihat anak-anak naik-turun tangga. Hal itu bukan mereka lakukan karena ingin naik ke tangga yang lebih tinggi, melainkan bagian dari usaha anak mengembangkan kemampuan koordinasi tangan, tubuh, dan kaki. Itu sebabnya anak suka mengulang-ulang aktivitas yang sama.

 

Baca juga: Sulit Mengajari Anak Disiplin?

 

Menahan Amarah dengan Menyesuaikan Diri

            Ketika dalam kondisi marah, kita sering lupa dengan diri kita dan anak. Saat marah, kita perlu menyesuaikan hati, pikiran, dan sikap kita. Penyesuaian ini penting karena merupakan suatu proses yang terus berjalan. Kita perlu menyesuaikan diri secara terus-menerus agar bisa hidup dalam harmoni dengan anak. Penyesuaian ini terjadi saat anak lahir, kemudian seiring bertambahnya usia anak, dan kita pun melakukan penyesuaian dengan perubahan anak.

Penyesuaian adalah proses yang dinamis. Jika tidak ada penyesuaian setiap waktu, setiap tahun, setiap anak lahir, yang terjadi hanyalah kemarahan, ketamakan, dan keegoisan. Jika tidak ada yang mengalah dan memberikan serta mengurangi diri sendiri untuk memperbaiki kondisi, maka bisa terjadi konfik.

 

Melakukan Observasi terhadap Anak

Untuk menyesuaikan diri kita dengan perubahan anak, maka kita perlu melakukan observasi terhadap mereka. Perhatikan usia anak hingga kita bisa tahu apa saja yang anak bisa dan tidak bisa lakukan. Selain itu, kita juga perlu memperhatikan diri kita, usia kita, kemampuan, dan kekurangan kita. Dengan mengamati hal ini, kita bisa mulai melihat penyesuaian seperti apa yang perlu dilakukan dari kita kepada anak.

Ketika melakukan observasi, kita juga perlu sabar karena sabar adalah bagian kecil dari proses penyesuaian tersebut. Kehadirannya hanya untuk menyempurnakan keseluruhan proses penyesuaian. Observasi dilakukan untuk menjembatani perbedaan antara kita dan anak, sehingga kita harus aktif untuk mengobservasi anak. Melalui observasi, kita akan menanggalkan judgement kita terhadap anak. Kita bisa memahami dan mengerti pola pikir anak dan menyeimbangkan ekspektasi kita terhadap mereka.

 

Tidak salah jika kita memiliki emosi tersendiri terhadap anak. Namun, sebelum kita benar-benar mengeluarkan emosi terhadap anak terutama amarah kita, maka kita perlu mempertimbangkan beberapa hal lagi. Kita perlu mempertimbangkan banyak hal agar kita tidak salah mengambil langkah dan malah menjauhkan kita dari anak.

Buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan ParentingMelalui buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan Parenting karya Rosalynn Tamara, kita akan belajar memahami pemikiran dan dunia anak serta bagaimana cara kita menanggapi perilaku mereka. Dengan begitu, kita lebih bisa menahan amarah kepada anak-anak. Buku ini bisa kamu dapatkan sekarang di linktr.ee/Bentang atau di toko buku kesayanganmu.

Periode Sensitif dan Perkembangan Psikis Anak

Periode sensitif

 

Masa ketika anak balita senang menekuni segala hal dengan serius, kita sebut masa itu sebagai periode sensitif. Mungkin bagi kita hal tersebut menjadikan anak sangat lucu dan ajaib karena ia bisa memperhatikan hal-hal yang luput dari pandangan kita. Hal ini dikarenakan anak memiliki kepekaan mereka sendiri dan telah dimulai sejak dini. Bahkan, kepekaan ini telah ada sebelum dia mampu memerintah instrumen ekspresinya.

Anak memiliki bakat kreatif dan potensi yang memungkinkannya untuk membangun dunia psikis mengenai dunia di sekelilingnya. Tentu dalam perjuangan membangun psikis ini, anak akan menemukan banyak hambatan. Itu sebabnya, anak perlu dibantu dengan menghadirkan lingkungan yang juga disiapkan untuk menyambut anak yang sedang membentuk psikisnya.

 

Baca juga: Pengasuhan yang Dibutuhkan Anak

Periode Sensitif Artinya Memperhatikan Hal-Hal Kecil

Periode sensitif anak menekankan pada ketertarikan anak terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya. Sering kali hal yang membuatnya tertarik adalah hal-hal yang mungil dan lepas dari pandangan kita. Anak akan meraih bermacam-macam capaian menakjubkan sedangkan kita acuh tak acuh sebagai penonton semata-mata karena sudah terbiasa. Anak berusaha untuk bisa membedakan hal ini dan itu, kemudian belajar berkomunikasi serta lika-likunya. Anak kecil hidup apa adanya dengan gembira tanpa mengenal lelah. Sementara, orang dewasa perlu menyesuaikan diri di lingkungan baru dan memerlukan banyak sekali bantuan.

Pada periode sensitif, anak tak hanya memperhatikan hal-hal yang sering luput dari pandangan kita, mereka juga akan fokus terhadap hal-hal yang menarik perhatian mereka. Contoh sederhananya ialah ketika anak menemukan kumbang. Ia akan merasa kumbang itu begitu ajaib dan unik sehingga ia akan terus melihat kumbang itu dan mempelajarinya. Pada periode sensitif, anak yang sedang dalam proses perkembangan memiliki kepekaan khusus. Kepekaan ini bersifat sementara dan terbatas, hanya untuk meraih karakteristik tertentu.

 

Ketika anak sedang berada pada periode sensitif, kita sebagai orang dewasa adalah orang-orang yang berada di luar jangkauan itu. Periode sensitif datang dengan sendirinya dan kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencetuskannya. Anak meraih sejumlah capaian sepanjang periode sensitif yang menjadikannya sangat intens ketika berhubungan dengan dunia luar. Pada periode ini, segalanya menjadi mudah dan dialiri dengan antusiasme. Namun, ketika sebagian semangat psikis ini mati, anak akan mencari hal lain yang membuatnya antusias.

Maka dari itu, sepanjang masa balita, anak melakukan penaklukan tak putus-putus dengan vitalitas yang menggebu-gebu. Pertumbuhan psikis dicapai oleh anak berkat penaklukan natural dan ajaib yang ia capai, sedangkan yang memberdayakannya adalah vitalitas si anak sendiri.

Montessori Keajaiban Dunia Anak yang TerlupakanMelalui buku Montessori: Keajaiban Dunia Anak yang terlupakan, kita akan sama-sama belajar memahami dunia anak serta pola pikir mereka. Buku ini ditulis oleh Maria Montessori dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kamu bisa mendapatkannya di linktr.ee/Bentang atau di toko buku favoritmu.

Sulit Mengajari Anak Disiplin?

Sering kali kita merasa bahwa setiap tindakan anak hanya mengacau dan sulit untuk membuat anak disiplin. Seolah ketika mereka bergerak, mereka akan menghancurkan sesuatu atau akan berbuat hal-hal yang hanya akan merusak segala hal. Dan ketika ini terjadi, kita mengatakan bahwa anak tidak disiplin dan menyalahkan mereka. Namun, apakah benar ketika anak sulit menjadi disiplin adalah sepenuhnya kesalahan mereka? Lantas, bagaimana caranya agar anak mau menjadi disiplin?

Alasan Sulitnya Membuat Anak Disiplin

Kita sering kali bertanya-tanya mengapa seorang anak sulit sekali untuk menjadi disiplin? Di mana letak kesalahan kita saat mengasuh atau apakah ketidakdisiplinan seseorang adalah turunan dari orang tua? Banyak sekali pemikiran kita terhadap hal ini dan kita tidak tahu apa penyebabnya. Sebenarnya, ada dua macam kedisiplinan yang dapat kita temukan pada anak.

Yang pertama adalah external discipline yang merupakan bentuk kedisiplinan yang lahir karena campur tangan orang lain di sekitar anak. Misalnya, kehadiran kita sebagai orang terdekat anak yang memarahi, memaksa, mengancam, atau bahkan menjanjikan hadiah agar mereka patuh. Proses ini mungkin hanya butuh waktu singkat, namun anak belum tentu memahami arti kedisiplinan tersebut.

Yang kedua adalah internal discipline atau disiplin batin. Hal ini merupakan bentuk kedisiplinan yang tumbuh dalam diri anak. Artinya, anak mampu membuat pilihan yang baik karena ia tahu mana yang benar dan salah. Hal ini tidak datang dari pemahaman yang dipaksakan oleh orang lain. Disiplin batin merupakan pedoman moral bagi anak dalam menjalankan kehidupan mereka.

 

Membentuk Disiplin Batin

Menurut Maria Montessori, kedisiplinan dapat mulai tumbuh ketika anak dibebaskan untuk memilih aktivitas yang menarik dan memiliki tujuan yang jelas saat melakukan sesuatu. Anak mudah berkonsentrasi ketika menemukan suatu aktivitas yang menarik bagi mereka. Akan tetapi, aktivitas yang menarik saja tidak cukup untuk menumbuhkan disiplin pada anak. Aktivitas ini perlu memiliki tujuan yang jelas dan control of error.

Menyediakan aktivitas dengan tujuan yang jelas artinya memberikan anak pekerjaan yang berguna. Ada tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan pekerjaan tersebut. Ketika hal ini dipenuhi, anak akan mampu melakukan lebih banyak hal lainnya. Sementara itu, control of error artinya kegiatan tersebut bisa memberi tahu anak akan berhasil atau jauh dari keberhasilan. Ini merupakan ciri khas aktivitas untuk anak dalam metode Montessori. Aktivitas yang memiliki control of error membuat anak merenungkan kembali apa yang sudah ia lakukan sendiri. Orang tua tidak perlu memberikan teguran ketika anak membuat kesalahan. Aktivitas itu akan menunjukkan kepada anak kesalahannya supaya diperbaiki.

Ketiga hal ini memungkinkan adanya proses integrasi dalam diri anak. Hasilnya, kita bisa melihat anak yang tenang, penuh sukacita mengerjakan aktivitas dan mengulangnya terus hingga membentuk keteraturan dalam dirinya. Dari keteraturan ini, maka lahirlah kedisiplinan dalam diri anak. Anak jadi tahu apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

 

 

Keluhan-keluhan yang kita keluarkan ketika anak terlihat tidak disiplin rupanya bisa kita cegah sejak dini dengan menumbuhkan disiplin batin dalam diri anak. Kita sebagai orang dewasa juga tidak perlu banyak memarahi atau menegur anak ketika mereka tidak disiplin jika disiplin batin sudah ada dalam diri anak. Aktivitas yang dianjurkan oleh Montessori pun bukan aktivitas yang membutuhkan biaya yang besar. Hal ini karena aktivitas yang dibutuhkan berada di sekeliling kita, misalnya mencuci piring, menyiapkan makanan, menuang air, membersihkan rumah, merawat tanaman, membersihkan tempat tidur, dan lain-lain.

Buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan ParentingMelalui buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan Parenting karya Rosalynn Tamara, founder Montessori Haus Asia, kita akan belajar memahami dunia anak dari kacamata Montessori. Banyak tips yang bisa kamu dapatkan tentang pengasuhan anak serta praktik Montessori. Buku ini bisa kamu dapatkan di linktr.ee/Bentang atau di toko buku kesayanganmu mulai tanggal 26 Juni 2021.

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta