Tipe-TIpe orang tua setelah membaca buku parenting

3 Tipe Orang Tua Setelah Baca Buku Parenting

Sadar atau tidak, buku parenting adalah bacaan wajib setiap orang tua. Buku yang akan membantu orang tua mengasuh anak, hal yang terdengar sangat sulit. Namun, dengan mengedukasi diri sendiri, mengasuh anak tidak sesulit bayangannya. Dengan arahan dan ilmu dari buku parenting, mengasuh anak akan menjadi lebih terarah. Kita tidak lagi buta berada di dunia parenting.

Membaca buku parenting itu penting. Bukan hanya supaya kita tahu apa yang harus kita lakukan selama mengasuh anak, tapi ilmu yang kita dapatkan juga bisa dipercaya. Buku yang membahas pengasuhan anak tidak dibuat sembarangan menggunakan imajinasi. Perlu riset lama untuk menulisnya. Oleh karena itu, dengan penerapan yang baik, teori yang ada di buku dapat berbuah positif.

Sumber yang tepercaya merupakan pembeda antara buku parenting dengan sumber lainnya, apalagi sumber yang berasal dari kepercayaan budaya tanpa riset mendalam. Banyak aturan mengenai pengasuhan anak yang dilakukan oleh beberapa generasi. Sayangnya, tidak semua kepercayaan mengenai cara mengasuh anak akan membuahkan hasil positif. Contohnya, ada kepercayaan bahwa orang tua perlu mengatur hidup anak supaya anak tidak terjerumus ke pergaulan yang salah. Namun, apakah hal tersebut benar? Jika dilihat lebih dalam, ketatnya orang tua dalam mengatur anak tidak sepenuhnya berpengaruh ke pergaulan anak. Buktinya, banyak anak yang masih bisa pacaran, merokok, maupun berkelahi diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua. Jika memang mereka bisa bergaul secara sehat berdasarkan harapan orang tua, akan ada hal yang dikorbankan, seperti mental yang tertekan atau terbatasnya eksplorasi untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu, diharapkan orang tua memiliki kemauan dan akses untuk membaca buku parenting.

Dewasa ini, topik dan metode yang diangkat oleh buku parenting sudah semakin beragam. Ada yang berfokus ke pengasuhan anak balita hingga remaja. Ada juga yang fokus ke cara mengajari anak membaca, melakukan toilet training, membuat anak disiplin, dan topik penting lainnya. Metode juga bermacam-macam, seperti parenting menggunakan metode Montessori, gentle parenting, parenting ala orang Denmark hingga Prancis.

Apa Saja Tipe-Tipe Orang Tua Setelah Membaca Buku Parenting?

Apa pun bentuknya, buku parenting tetap penting untuk dibaca. Semua buku memiliki nilainya tersendiri. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak pula ilmu parenting yang kita punya. Namun, membaca buku yang membahas parenting mirip dengan membaca novel karena memberikan kesan yang berbeda bagi setiap pembaca. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan reaksi orang tua setelah membaca buku tersebut. Berikut beberapa tipe orang tua setelah membaca buku parenting.

  1. Siap Menerapkan Ilmu

Orang tua di tipe ini akan sangat antusias untuk mempraktikkan ilmu yang mereka dapat. Mereka sadar bahwa tujuan membaca buku parenting adalah untuk menerapkan ilmunya dalam mengasuh anak dalam kehidupan sehari-hari. Tipe ini cenderung fokus ke satu permasalahan atau satu teknik dan segera mengaplikasikannya setelah mereka selesai membaca buku. Pelan-pelan, tetapi pasti, ketika dirasa sudah bisa menerapkan ilmu tersebut dengan baik, orang tua di tipe ini akan mencari teknik untuk menyelesaikan permasalahan lain dan menerapkannya kembali. Begitu seterusnya, hingga membentuk sebuah siklus.

  1. Baca Buku Lain

Membaca satu buku tidak membuat orang tua di tipe ini puas. Mereka dengan bersemangat mencari buku lain banyak-banyak untuk menyerap ilmunya sebelum dipraktikkan. Baru ketika mereka sudah merasa memiliki ilmu yang cukup, mereka akan mempraktikkannya.

Ada beragam alasan mereka membaca banyak buku terlebih dahulu. Mereka bisa saja merasa kurang percaya dengan ilmu yang mereka dapatkan dari satu buku. Bisa saja mereka ingin mendapatkan banyak perspektif tentang suatu teknik parenting sebagai pertimbangan baik dan buruknya teknik tersebut. Ada juga kemungkinan alasan mereka sesederhana belum siap untuk mengaplikasikannya.

  1. Bingung

Tipe ini merupakan lanjutan dari tipe kedua. Kenapa? Ketika kita membaca banyak buku, akan semakin banyak pula ilmu yang kita dapat. Mendapatkan banyak ilmu adalah hal yang positif. Namun, jika ilmu tersebut tidak dikelola dengan baik di memori otak kita, memori otak akan overload dengan materi yang telalu banyak masuk. Hasil akhirnya, kita kesulitan untuk mengingat apa yang sudah kita baca. Bisa saja kita tidak bisa berfokus untuk menerapkan satu teknik secara mendalam karena materi yang kita dapatkan berserakan di otak kita. Semua ilmu yang kita ingat ingin untuk segera diaplikasikan.

Untungnya, masalah tersebut bisa ditangani. Ada beberapa tips yang bisa orang tua lakukan selama membaca buku parenting supaya materi yang didapat lebih tertata. Tips ini berlaku untuk semua tipe orang tua setelah membaca buku tersebut.

Mencatat atau Journaling

Menulis materi yang disampaikan guru selama kita sekolah tidak dilakukan tanpa alasan. Kita menulis materi dengan tulisan tangan karena hal tersebut dapat membantu otak kita untuk mengingat materi dengan lebih mudah. Selain itu, akan lebih mudah juga untuk kita melacak atau membuka kembali materi saat kita lupa.

Mencatat atau journaling tidak harus dilakukan dengan ketat dan serius. Kita bisa membuat jurnal harian tentang teknik apa saja yang sudah kita pelajari secara singkat. Jika kita memiliki waktu luang lebih, kita bisa menulis penjelasan singkat dari setiap poin penting di dalam buku. Lakukan journaling sesuai dengan kenyamanan masing-masing.

Buat Prioritas

Sebelum membaca buku parenting, kita bisa menuliskan masalah pengasuhan yang dihadapi. Setelah itu, kita bisa urutkan mulai dari yang paling mendesak. Contohnya, jika anak kita masih balita, kita bisa berfokus ke buku parenting yang berfokus pada pengasuhan balita. Daftar prioritas akan membantu kita memilah materi yang dirasa perlu sehingga meminimalkan materi yang overload.

Jika kita masih kebingungan dalam menjadi orang tua, terutama ibu, buku parenting adalah kunci jawaban dari kebingungan kita. Sekarang, buku parenting tidak hanya membahas masalah teknis. Ada juga buku parenting yang bersifat inspiratif, seperti buku berjudul Real Mom Real Journey yang menceritakan 30 kisah para ibu. Buku parenting inspiratif ini akan membantu orang tua untuk tidak merasa sendiri. Kita juga bisa mengambil tips-tips parenting dari kisah para ibu lainnya.

Buku Real Mom Real Journey dapat dibeli dengan harga promo di Festival Komidi Putar yang berlangsung dari 23 Juni hingga 23 Juli 2020. Pembelian buku Real Mom Real Journey dapat diakses melalui link www.komidiputar.com. Bukan hanya buku parenting inspiratif, Festival Komidi Putar juga menyediakan buku parenting lainnya dan buku anak dengan harga promo.

Permasalahan Toilet Training

Permasalahan Toilet Training yang Sering Dialami

Salah satu hal penting untuk diajarkan kepada anak, namun banyak permasalahan terjadi dalam praktiknya adalah toilet training. Toilet training diajarkan supaya anak dapat BAK atau BAB di toilet secara mandiri. Toilet training pasti akan diajarkan oleh setiap orang tua kepada anaknya karena anak tidak bisa secara otomatis dapat menggunakan toilet secara mandiri. Anak memerlukan pelatihan dan rutinitas untuk mewujudkannya.

Tidak ada patokan paten kapan anak perlu diajarkan toilet training. Namun, kebanyakan toilet training diajarkan saat anak berusia 1 hingga 2 tahun. Sehingga, pada tahun ketiga, anak sudah dapat BAB dan BAK secara mandiri. Banyak pula orang tua yang mengajarkan toilet training berdasarkan kesiapan mental anak. Memang toilet training memerlukan kesiapan mental supaya anak dapat bekerja sama dengan baik dan toilet training berjalan lancar.

Kenapa Harus Toilet Training?

Toilet training diajarkan karena sangat bermanfaat. Selain membiasakan anak supaya dapat BAB dan BAK di tempat yang semestinya, toilet training juga dapat membantu anak mengerti akan kebutuhan biologis mereka. Selain itu, toilet training berguna untuk melatih kemandirian anak sejak kecil karena tidak selalu bergantung kepada orang tua untuk membantunya BAK dan BAB. Dengan menggunakan toilet, anak juga dapat menjaga kebersihan karena mereka akan sadar bahwa mereka harus membersihkan tempat dan diri dari kotoran setelah BAK maupun BAB. Karenanya, toilet training membantu untuk membentuk anak menjadi healthy kids, impian semua orang tua.

Pengajaran toilet training bisa dimulai dari diskusi pentingnya BAB dan BAK di toilet dan dilanjut pengenalan alat-alat yang ada di toilet. Setelah itu, anak dapat dibantu dalam praktik menggunakan alat-alat tersebut. Selama toilet training, BAB dan BAK di toilet juga harus dijadikan rutinitas supaya menjadi kebiasaan. Lebih banyak praktik juga akan membantu anak lebih cepat menguasai penggunaan toilet. Anak juga akan lebih peka terhadap kebutuhan biologisnya sehingga sadar kapan mereka butuh ke toilet.

Pada praktiknya, toilet training bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Banyak masalah yang sering dihadapi oleh orang tua. Terlebih lagi ketika anak tidak mau diajak bekerja sama, seperti malas atau bahkan tidak peduli dengan toilet training. Berikut empat permasalahan toilet training yang sering dialami.

  1. Anak Merasa Takut atau Cemas

Rasa takut atau cemas yang dialami anak ketika toilet training adalah hal yang lumrah. Mereka masih asing untuk berdiam diri di toilet sendiri. Walaupun ditemani orang tua, toilet tetap menjadi hal asing bagi mereka untuk BAK dan BAB. Mereka terbiasa menggunakan kamar mandi hanya untuk mandi. Berbeda dengan BAK dan BAB, mandi bisa menjadi hal yang menyenangkan untuk bermain air dan dapat membuat mereka rileks.

Selain karena masih asing, rasa takut atau cemas juga dapat ditimbulkan karena mereka cemas jika mereka tidak dapat menggunakan toilet dengan baik dan benar. Mereka juga dibayang-bayangi skenario buruk, seperti cedera ketika mereka jongkok atau duduk di atas toilet. Selain itu, pengaruh lingkungan yang percaya bahwa toilet adalah salah satu tempat yang horor juga dapat menjadi faktor anak merasa takut atau cemas.

  1. Permasalahan Toilet Training karena Toilet Tidak Nyaman

Ukuran toilet kebanyakan disesuaikan dengan ukuran orang dewasa. Untuk fisik anak yang masih kecil, toilet bisa jadi membuat mereka merasa tidak nyaman karena ukuran toilet tidak sesuai dengan tubuh mereka. Bisa jadi jarak antar bak mandi dengan toilet terlalu jauh untuk tangan mereka. Untuk toilet duduk, kemungkinan toilet tersebut terlalu tinggi dan tempat duduk toilet yang tidak sesuai dengan ukuran badan anak.

Hal tersebut cukup mudah untuk ditangani. Orang tua dapat menyediakan alas duduk toilet untuk anak. Alas duduk ini memiliki lubang yang lebih kecil dari toilet dewasa sehingga lebih banyak ruang untuk anak duduk. Ada juga alas duduk yang tersambung dengan tangga mini untuk membantu anak menaiki toilet.

  1. Tidak Bisa Menahan BAB dan BAK

Kontrol anak terhadap keingingan BAK dan BAB tidak sebagus kontrol orang dewasa yang bahkan dapat menahannya. Anak masih sulit untuk mengetahui dan menahan rasa BAK dan BAB. Mereka masih belum terbiasa untuk menunggu hingga sampai di toilet karena mereka terbiasa untuk langsung BAB dan BAK ketika mereka memerlukannya. Bahkan, mereka masih belum mahir dalam menahan BAB dan BAK walaupun mereka sebenarnya ingin menahannya hingga sampai ke toilet. Hal ini yang membuat mereka keburu BAB dan BAK sebelum sampai toilet.

Orang tua dapat mengatasi masalah ini dengan lebih peka terhadap kebutuhan BAB dan BAK anak. Dengan mengamati kebiasaan atau gerak-gerik anak ketika ingin ke toilet, orang tua dapat dengan cepat dan tanggap membantu anak ke toilet sebelum terlambat. Melalui kebiasaan pergi ke toilet, masalah ini juga dapat terselesaikan dengan sendirinya karena anak perlahan akan sadar dan menguasi kontrol diri.

  1. Anak Sulit Diajak Bekerja Sama

Rasa malas dan bahkan tidak peduli dapat menjadi faktor anak sulit untuk diajak bekerja sama. Mereka merasa malas ke toilet karena lebih menyukai aktivitas lain yang sedang mereka lakukan. Bahkan, rasa malas ke toilet juga dialami oleh orang dewasa yang merupakan alasan orang dewasa menahan BAB dan BAK.

Selain itu, anak bisa jadi tidak peduli dengan toilet training karena mereka masih belum sadar akan pentingnya penggunaan toilet. Terlebih lagi, mereka masih suka berada di zona nyaman saat mereka tidak perlu pusing memikirkan BAB dan BAK di toilet. Hal ini menunjukkan anak belum siap mental untuk melakukan toilet training. Kabar baiknya, orang tua dapat mengubahnya dengan memberi banyak paparan tentang pentingnya BAB dan BAK di toilet dan membuat toilet training terdengar menyenangkan.

Walaupun akan ada banyak permasalahan toilet training dalam praktiknya, mau tidak mau orang tua harus mengajarkan toilet training kepada anak. Apalagi, toilet training merupakan salah satu tahap anak untuk menjadi healthy kids, agenda yang sedang banyak dikampanyekan oleh berbagai pihak. Untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi, orang tua dapat mencari referensi di internet, buku parenting, maupun buku anak yang menceritakan kisah toilet training anak.

Kelas Zoom: Menggunakan Metode Montessori untuk Ajari Anak Membaca

Kelas Zoom: Ajari Anak Membaca dengan Metode Montessori Bersama Vidya Dwina Paramita

Mengajari anak membaca merupakan salah satu tantangan yang dihadapi guru maupun orang tua. Kita harus memutar otak untuk menemukan cara supaya anak bisa membaca. Karena rasa frustrasi dan bingung, kita akan kembali ke cara konvensional dengan menggunakan hukuman untuk memaksa anak menguasai kemampuan membaca. Pengajarannya pun cendurung monoton. Tanpa kebanyakan orang sadari, cara tersebut merupakan cara yang salah. Apalagi jika orang tua atau guru belum mempersiapkan mental anak sebelum belajar membaca.

Vidya Dwina Paramita, seorang Montessorian dan praktisi pendidikan anak, menyarankan orang tua dan guru untuk mengaplikasikan metode Montessori dalam mengajari anak membaca. Vidya menuliskan seluk-beluk metode Montessori dan aplikasinya untuk belajar membaca dalam buku best seller Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja.

Dua Tahap Belajar Membaca

Vidya menjelaskan bahwa sebaiknya anak belajar bukan hanya sejak mereka masuk TK, tetapi jauh sebelum itu, bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan mematangkan motorik anak dan mengakrabkan anak dengan literasi. Dengan persiapan tersebut, anak akan lebih siap untuk menguasi teknis membaca.

Dalam aplikasinya, ada dua tahap anak belajar membaca: tahap pra-membaca dan teknis membaca. Tahap pra-membaca adalah kunci dari kesuksesan anak dalam belajar membaca. Tahap inilah yang akan menyiapkan mental anak sebelum anak benar-benar belajar teknis membaca. Pra-membaca bisa dilakukan sejak anak masih dalam kandungan. Saat anak masih dalam kandungan, orang tua dapat membacakan buku kepada anak atau biasa disebut read aloud. Read aloud yang konsisten dilakukan saat anak belajar membaca akan membantu menambah kosakata dan memahami cerita.

Selain itu, sebelum anak masuk TK, orang tua dapat mempersiapkan otot besar anak supaya siap untuk membaca dan menulis. Sebelum ke tahap teknis, otot besar anak harus dikenyangkan dengan melakukan banyak kegiatan terlebih dahulu supaya nantinya anak dapat fokus dan konsentrasi ketika belajar membaca. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai macam kegiatan Montessori, bahkan kegiatan paling sederhana seperti membedakan tekstur, bentuk, hingga kegiatan makan sendiri. Permainan yang dilakukan anak juga dapat melatih otot besar anak. Terlebih lagi, aktivitas membedakan suatu hal akan membantu anak lebih mudah untuk membedakan bentuk huruf. Ketika anak sudah siap untuk belajar membaca, anak tidak perlu paksaan dan hukuman yang nantinya akan membuat mereka merasa kesulitan. Ketika metode Montessori sudah diaplikasikan, anak bisa fokus dan merasa jika membaca itu menyenangkan dengan dilakukannya aktivitas Montessori.

Kelas Zoom Bersama Vidya Dwina

Untuk membantu orang tua memahami lebih dalam pengajaran membaca menggunakan metode Montessori, Vidya tidak hanya menulis buku. Beliau juga akan membantu orang tua maupun guru di kelas zoom yang akan membahas kunci sukses minim stres mengajarkan membaca kepada anak usia dini dalam acara Komidi Putar. Komidi Putar merupakan festival literasi anak dan keluarga yang diadakan oleh Mizan Media Utama.

Kelas zoom tersebut akan dilaksanakan pada Jumat 26 Juni 2020 pukul 13.00 WIB. Peserta kelas zoom akan mendapatkan banyak benefit seperti ilmu, tanya jawab langsung, dan pastinya buku Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja hanya dengan membayar HTM Rp100.000,00. Pendaftaran dapat dilakukan melalui Mizan Store. Untuk info lebih lanjut, calon peserta dapat menghubungi contact person melalui WhatsApp di nomor 0823 1311 4473.

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta