Anak Belum Mandiri dan Jarang Bertanya? Montessori Menyarankan 3 Hal Ini!

“Pelan-pelan saja … langkah-langkah kecil berujung pada hasil yang luar biasa.”

—Catherine McTamaney, The Tao of Montessori 

 

Mengajarkan keterampilan hidup dan membesarkan anak yang penuh rasa ingin tahu memang bukan pekerjaan mudah. Namun, hal tersebut sangat dibutuhkan anak saat beranjak dewasa. Dalam hal ini, Montessori meyakini bahwa anak-anak selalu cakap asal diberi kesempatan, lingkungan yang tepat, dan tanpa paksaan. 

Lantas, dalam metode Montessori, apa yang bisa orang tua lakukan untuk mengatasi masalah ini? Simak beberapa hal berikut ini.

1. Mendorong Kemandirian Anak

Memiliki anak yang mandiri dan bertanggung jawab adalah impian semua orang tua. Banyak tips parenting yang menyarankan untuk selalu mencontohkan hal tersebut di depan anak karena anak adalah peniru yang ulung. Namun, ternyata ada beberapa hal yang juga harus orang tua lakukan untuk memupuk kemandirian anak.

  • Memecah keterampilan menjadi bagian yang lebih kecil

Memecah keterampilan yang sedang dipelajari akan membuat anak lebih cepat menguasai keterampilan tersebut, terutama bagi anak yang masih kecil. Misalnya memberi contoh dengan menunjukkan secara perlahan langkah-langkah untuk memasukkan kancing baju.

  • Ciptakan lingkungan yang mendukung

Selama melatih kemandirian anak, orang tua harus memastikan lingkungan di sekitar anak adalah tempat yang aman dan dapat mendukung keberhasilan anak.

Selain itu, saat anak terlihat kesulitan, orang tua bisa bertanya apakah anak butuh bantuan. Cukup beri sedikit bantuan jika memang diminta dan biarkan anak melanjutkan.

  • Beri anak waktu

Anak butuh waktu untuk berlatih sebelum benar-benar berhasil menguasai sebuah keterampilan. Maka dari itu, orang tua juga perlu memberikan anak lebih banyak waktu untuk mengasah kemandiriannya. 

  • Ingatlah untuk SHOW (slow hands, omit words)

Untuk membantu anak usia 3-6 tahun memahami cara kerja sesuatu, orang tua bisa mendemonstrasikan cara kerjanya dengan gerakan perlahan, tanpa perlu bicara. Begitu anak berusia 6 tahun dan lebih lagi, orang tua boleh banyak menggunakan kata-kata.

2. Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan salah satu modal anak untuk mengeksplorasi dunianya, termasuk mendorong kemandirian. Namun, orang tua seringkali secara tidak sadar telah menekan rasa ingin tahu anak. 

Sebagai pemandu anak, kita bisa membangkitkan rasa ingin tahu anak dengan beberapa cara.

  • Menanggapi rasa ingin tahu anak dengan pertanyaan

Saat anak mencari penjelasan untuk berbagai hal yang mereka lihat di sekitar, alih-alih langsung memberikan jawaban, kita bisa merespons dengan memberi pertanyaan untuk menggali sejauh mana anak mengetahui hal tersebut. 

Jika belum menemukan jawabannya, tawarkan anak untuk mencari tahu bersama melalui berbagai media. 

  • Merespons pertanyaan anak dengan sikap penasaran

Saat anak menanyakan sesuatu secara berulang, orang tua perlu memberi respons penuh antusias dan penasaran agar anak tidak merasa malu kalaupun keliru. Nantinya anak juga akan belajar untuk mengecek sendiri apakah yang mereka pahami sudah benar dan tetap bersedia untuk menceritakan berbagai hal yang ia ketahui.

  • Dorong anak untuk menjelaskan

Dengan mengajukan pertanyaan yang jawabannya bukan hanya benar atau salah agar anak belajar bereksplorasi dan menjelaskan lebih banyak. Contohnya saat membaca buku, orang tua bisa menanyakan pendapat anak tentang beberapa hal dalam cerita yang sedang dibaca.

  • Bantu anak berpikir kritis

Kita bisa menantang anak untuk menanyakan ini-itu di lingkungan sekitar dan memancing anak berpikir kritis terhadap berbagai informasi dari berbagai sumber dengan perspektif yang berbeda. Hal ini akan memicu anak untuk terus mencari tahu tentang berbagai hal yang ada di sekitarnya.

3. Hal yang Perlu Diingat Oleh Orang Tua

Manusia dewasa bisa saja berkecil hati saat diralat dan dikritik saat belum berhasil menguasai sebuah keterampilan dalam waktu singkat. Begitupun dengan anak. 

Dengan memahami bahwa anak butuh waktu dan latihan untuk bisa menguasai sebuah keterampilan, baik itu keterampilan kognitif atau perilaku, anak juga akan belajar menyikapi kesalahan dengan cara yang positif.

Dapatkan penjelasan lengkap tentang prinsip Montessori dalam menumbuhkan kemandirian dan rasa ingin tahu anak usia 3-12 tahun hanya di buku “The Montessori Child”.

Tasting Bottles Montessori? Mau Masak-Memasak di Kelas Montessori?

Bukan-bukan guys! Tasting Bottles sendiri bukan untuk masak-memasak yaa di kelas Montessori! Tasting Bottles ini merupakan kegiatan bagi anak untuk memberikan stimulus sensoris pada mereka mengenai indera perasa anak dari kecil. Maria Montessori pun memakai kegiatan Montessori ini pada kelas pembelajarannya untuk belajar dan bermain pada kelas yang ia ciptakan.

Melalui buku Montessori Sensorial Activities juga, Rosalynn Tamara menjelaskan mengenai kegiatan tasting bottles ini. Banyak yang bilang, Tasting Bottles Montessori ini memiliki hubungan love/hate di kelas loh! Anak-anak banyak yang kurang menyukai kegiatan tasting bottles ini dikarenakan mereka biasanya akan merasakan rasa pahit dalam salah satu botolnya. Namun, orang tua juga tidak perlu khawatir, karena sebelum melakukan kegiatan Montessori ini, orang tua maupun guru bisa mengedukasi anak terlebih dahulu mengenai rasa-rasa yang nantinya akan dirasakan.

Stimulasi Indera Pengecap dalam Montessori

Rasa adalah indera yang sangat penting karena perannya dalam membantu kita menentukan rasa makanan dan zat lainnya. Faktanya, kemampuan kita untuk merasakan secara historis dikaitkan dengan kelangsungan hidup kita, karena indera perasa kita memberikan indikasi apakah suatu makanan tersebut aman untuk dimakan atau cenderung beracun.

Dalam kelas Montessori, Presentasi tipikal melibatkan dengan memberi anak-anak dua set botol dengan selera yang serasi. Anak-anak kemudian diminta mencicipi cairan di dalam botol agar sesuai dengan selera dari setiap set.

Indera perasa, disebut juga gustation, yang artinya adalah cicipan. Indera perasa bekerja dimungkinkan karena adanya sel reseptor rasa yang terletak pada taste buds di mulut kita. Sebagian besar pengecap ada di lidah, tetapi juga ditemukan di bagian mulut lainnya.

Manusia memiliki sekitar 10.000 pengecap, yang masing-masing memiliki antara 50 dan 150 sel reseptor. Namun, anak-anak memiliki reseptor rasa sekitar dua kali lebih banyak daripada orang dewasa, yang mungkin dapat menjelaskan bahwa, mengapa anak-anak seringkali lebih banyak memilih makanan daripada orang dewasa.

Kegiatan Tasting Bottles Montessori

Kira-kira, bahan dan langkah apa saja ya yang bisa digunakan dalam melakukan kegiatan Tasting Bottles Montessori ini? Para orang tua dan guru bisa menyiapkan dan menerapkan langkah-langkah di bawah ini.

Bahan

  1. Dua set empat botol dengan penetes, masing-masing berisi salah satu dari empat rasa dasar:
  • Asin: garam dan air
  • Manis: gula dan air
  • Pahit: air tonik
  • Asam: lemon dan air
  1. Satu set memiliki tutup dengan satu warna dan set lainnya memiliki atasan dengan warna berbeda. (Atau label untuk membedakan satu set botol dari set botol lainnya.) Kedua set botol ini membentuk pasangan.
  2. Empat gelas kecil air, dua untuk setiap orang.
  3. Dua sendok, satu untuk setiap orang.

 

Langkah Kegiatan

  1. Keluarkan semua botol dan susun dalam dua baris (berdasarkan warna atau label yang berbeda). Pindahkan baki ke samping.
  2. Campurkan salah satu baris, pertahankan dalam satu baris. Bawa botol pertama dari baris kiri ke dekat kalian, sehingga memisahkannya dari yang lain.
  3. Buka botol dan tunjukkan pada anak cara menggunakan penetes. Teteskan dua tetes ke sendok kalian, masukkan kembali penetes ke dalam botol dan cicipi apa yang ada di sendok kalian.
  4. Ganti sendok kalian ke dalam gelas kalian. Minta anak untuk menggunakan sendoknya dan orang tua membantu untuk menjatuhkan dua tetes dan biarkan anak sehingga membiarkan anak mencicipi.
  5. Tutup botol dan letakkan di sisi kiri meja kalian. Anak-anak dapat menyesap air dari gelas kedua untuk membersihkan langit-langit mulut.
  6. Cicipi semua toples dengan cara yang sama, selalu biarkan anak mencicipi setelah para orang tua melakukannya. Setelah semua botol dicicipi, gantilah sesuai urutannya.
  7. Pisahkan botol pertama di depan kalian dan beritahu anak bahwa kalian akan menemukan botol yang rasanya sama.
  8. Bawa botol pertama dari garis kanan ke depan. Cicipi botol pertama lalu botol kedua. (Bilas sendok kalian ketika mencicipi agar rasanya tidak tercampur)
  9. Jika tidak sama, beri tahu anak bahwa kedua rasa tidak sama, biarkan anak mencicipi keduanya, dan letakkan botol yang tepat di sebelah kanan baris botol yang tepat.
  10. Turunkan botol berikutnya dari garis kanan. Biarkan anak mencicipi keduanya, cicipi jika keduanya sama. Jika sama, letakkan berdampingan di antara kedua garis.
  11. Ulangi, bimbing anak mencicipi sampai semua botol cocok. (Setiap kali ada ketidaksesuaian, biasakan anak untuk meneguk air).

Grading Rasa di Kegiatan Tasting Bottles Montessori

Untuk kegiatan terakhir, orang tua dan guru dapat membuat empat botol pencicip dengan tingkat kemanisan yang berbeda serta menambahkan jumlah gula yang berbeda ke dalam jumlah air yang sama. Orang tua bisa memberi label pada bagian bawah botol 1 sampai 4 untuk menunjukkan mana yang memiliki gula paling sedikit dan mana yang paling banyak.

Kemudian ajak anak-anak untuk mencicipi cairan di setiap botol. Minta mereka untuk mengurutkan botol-botol itu dari yang paling tidak manis sampai yang paling manis.

Kegiatan Tasting Bottles Montessori ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Termasuk contoh kegiatan yang telah dijelaskan pada buku Montessori Sensorial Activities  karya Rosalynn Tamara. 

Pada buku tersebut, kalian tidak hanya menemukan kegiatan Tasting Bottles, anak akan diajari berbagai macam kegiatan montessori lainnya untuk menstimulus indera lainnya seperti indera penglihatan, peraba, penciuman, pengecap yang salah satunya kita pelajari sekarang, pendengaran, geometri dasar, dan aljabar.

 

Kalian bisa membeli buku ini melalui 2 cara, yaitu oflline melalui toko buku terdekat kalian, dan online melalui website resmi Bentang Pustaka maupun official store Bentang Pustaka lainnya.

Efektif Mendidik Anak dengan Metode Montessori

Mendidik anak merupakan tugas mulia para orang tua. Setiap orang tua tentu memiliki cara dan metodenya masing-masing dalam mendidik anak mereka. Salah satu metode mendidik anak yang cukup menarik banyak perhatian orang tua adalah metode Montessori.

Kebanyakan orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan Montessori akan mengirim mereka untuk bersekolah di sekolah yang menerapkan Montessori. Banyak yang belum tahu metode Montessori juga bisa diterapkan di rumah langsung oleh orang tua.

Bagaimana cara mendidik anak dengan prinsip Montessori di rumah? Berikut uraian singkatnya.

  1. Memberikan Anak Kebebasan, namun Tetap dalam Pengawasan

Prinsip utama metode Montessori adalah memberikan kebebasan pada anak supaya mereka lebih leluasa untuk eksplorasi dan belajar. Tentu saja tidak serta-merta anak dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan orang tua. Anak tetap perlu diawasi, tetapi orang tua tidak harus mengekangnya. Sehingga anak bisa berkembang dengan prinsip kebebasan dalam pengawasan.

  1. Membiarkan Anak Usia Dini Melakukan Aktivitas Sendiri

Kebanyakan anak usia dini sedikit-sedikit mendapat larangan dari orang tuanya. Saat anak ingin menuangkan air dari botol sendiri, orang tua buru-buru melarang karena takut tumpah. Saat anak sedang eksplorasi lingkungan dengan berlari ke sana-kemari, orang tua justru menyuruhnya berhenti.

Orang tua tidak perlu terlalu khawatir dengan anak-anak yang sudah punya keinginan untuk melakukan aktivitasnya sendiri. Justru ini proses dan waktu yang bagus bagi mereka untuk mengembangkan dirinya.

  1. Melibatkan dalam Aktivitas Sehari-hari

Pada dasarnya, anak memiliki naluri untuk membantu dan belajar. Maka tidak heran jika anak kadang meniru aktivitas orang tua di rumah. Saat orang tua sedang mengelap meja, mereka ikut mengelap. Saat ibu menyapu, si anak juga ingin ikut menyapu. Namun banyak orang tua melarang anak melakukan hal tersebut.

Metode Montessori sangat mendukung anak supaya dilibatkan dalam aktivitas keseharian di rumah. Banyak sekali manfaat yang didapatkan anak dari aktivitas tersebut, antara lain anak akan belajar mandiri, belajar koordinasi antara tangan dan otak, serta melatih motorik anak.

Tidak jarang orang tua banyak yang mengeluhkan rasa lelah mereka saat mengasuh anak. Kadang orang tua membutuhkan ruang untuk mencurahkan rasa lelahnya dengan menepi sejenak dari tugasnya tersebut. Buku 365 Days Montessori karya Rosalynn Tamara adalah buku yang tepat bagi para orang tua untuk sekadar mencurahkan rasa lelah atau menepi sejenak dari rutinitas sehari-hari. Rasakan manfaatnya dengan membacanya hari demi hari. Buku bisa diperoleh melalui pemesanan di sini atau kunjungi toko buku kesayangan. (H.N. Faizah)

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta