Istirahat dari Mal, Kembalilah Cicipi Pasar

Setiap pribadi memiliki tanah kelahiran. Ada yang terlahir di desa, ada juga yang terlahir di pusat kota yang semua serba-ada dan serbamodern. Selama ini desa dianggap primitif, susah akses dan terbelakang. Kenyataannya? Banyak orang desa yang sukses dan tidak melupakan asal-usulnya. Menariknya, dari anak desalah mereka membangun peradaban modern untuk masyarakat modern itu sendiri. <p style="text-align: justify;">Setiap pribadi memiliki tanah kelahiran. Ada yang terlahir di desa, ada juga yang terlahir di pusat kota yang semua serba-ada dan serbamodern. Selama ini desa dianggap primitif, susah akses dan terbelakang. Kenyataannya? Banyak orang desa yang sukses dan tidak melupakan asal-usulnya. Menariknya, dari anak desalah mereka membangun peradaban modern untuk masyarakat modern itu sendiri.</p>

<p style="text-align: justify;">Cerita paragraf di atas ternyata tidak selamanya begitu. Seiring perkembangan teknologi, kemajuan zaman, pergaulan yang semakin kompleks sampai-sampai banyak anak desa yang melupakan asal-usulnya sebagai orang desa. Dampaknya? Banyak anak muda bangga dengan gaya hidup yang cenderung menuju hedonisme. Setiap kali makan, berbelanja tidak lagi ke pasar, tetapi ke mal. Alhasil, pasar tradisional semakin dijauhi, mal-mal didatangi. Kantong dompet mepet tak masalah, asal dapat <em>selfie</em> dan tampak tajir.</p>

<p style="text-align: justify;"><a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">Sujiwo Tejo</span></a> dalam bukunya <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;"><em>Tali</em><em>j</em><em>iwo</em></span></a> mengetuk dan mengingatkan untuk <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">istirahat dari mal, kembalilah cicipi pasar</span></a>. Ada banyak makanan yang tidak dijual di mal, hanya di pasar-pasar. Ada makanan khas daerah, lokal yang “<em>ngangeni</em>”. Bagi beberapa orang yang merantau lama di kota, hal yang paling dirindukan saat pulang kampung adalah suasana jajan di pasar. Karena, di pasarlah bisa ditemui jajanan masa kecil. Kerinduan suasana desa ini pulalah yang mendorong untuk ingin mudik dan kembali ke tanah kelahiran. Meskipun di desa, akses menuju kota jauh, tetap ada sisi positif tinggal di sana.</p>

<p style="text-align: justify;">Kenapa harus <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">istirahat dari mal, kembalilah cicipi pasar</span></a>? Sujiwo Tejo memaparkan bahwa mal dan pasar sejatinya memiliki pesan yang sama, yaitu jual beli. Perbedaan keduanya hanya terletak dari cara berpakaian. Di mal, penjual mengenakan pakaian berdasi dan parfum. Mereka menjajakan atas dasar modal, bukan modal dengkul. Sebaliknya, pasar tradisional bermodal dengkul pun bisa. Pada dasarnya, negeri yang baik yang memiliki keseimbangan pasar modal (mal) dengan pasar tradisional.</p>

<p style="text-align: justify;">Terdapat pesan yang menarik dalam buku karya <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">Sujiwo Tejo</span></a> ini. Apa pun di dunia ini adalah jual beli. Tidak hanya jual beli barang dan jasa, cinta pun juga dijual beli. Jual beli tidak selalu diartikan membayar menggunakan uang, tetapi penerimaan orang lain atas kehadiran kita adalah salah satu pengganti mata uang. Seperti biasanya, dengan gaya yang <em>ceplas ceplos,</em> Sujiwo Tejo menyampaikan bahwa ternyata menyatakan cinta kepada orang yang dicintai termasuk salah satu bentuk menjual perasaan.</p>

<p style="text-align: justify;">Menjual perasaan dalam perspektif <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">Sujiwo Tejo</span></a> dapat berbentuk perbuatan, ucapan, ataupun kedua-duanya. Menjual secara bijak dan tepat dalam menentukan segmentasi pasar yang tepat juga akan memengaruhi permintaan. Begitupun jika dapat menjual cinta dengan bijak dan tepat, akan banyak orang yang berharap dialah yang terpilih untuk dicintai. Sampai-sampai akan mengantre.</p>

<p style="text-align: justify;">Bagaimana jika perasaan cinta tersebut dipendam? Tidak ditawarkan? Tentunya hanya akan membuat hati berkelimpungan dan hanya mengakibatkan dada berkemelut. Satu sisi lain, bila cinta tidak ditawarkan orang tidak akan tahu bahwa hati dan rasa itu diperuntukkan seseorang. Itu sebabnya tetap perlu ditawarkan, agar tahu sama tahu.</p>

<p style="text-align: justify;">Itulah hal menarik dari buku <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">Sujiwo Tejo</span></a>. Dia mampu mengemas masalah mal vs desa yang ditarik ke dalam dunia percintaan. Dia mampu menarik benang merah yang dapat dijadikan analogi untuk pembelajaran. Semoga ulasan artikel <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">istirahat dari mal, kembalilah cicipi pasar</span></a> ini bermanfaat.</p>

<p style="text-align: justify;">Dapatkan karya terbaru <a href="https://mizanstore.com/talijiwo_59931"><span style="color:#0000FF;">Sujiwo Tejo, <em>Talijiwo, </em></span></a>di sini.</p>Elisa

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta