Aroma Karsa: Deskripsi Aroma dalam Kata

Nama <em>Dewi Lestari</em> tentu sudah tidak asing lagi di telinga para <em>booklovers </em>di Indonesia. Pasalnya, karya-karya <em>Dee Lestari</em> merupakan karya yang paling ditunggu-tunggu dalam kancah sastra. <em>Dee Lestari</em> selalu hadir dengan membawa suatu hal yang baru serta setiap kata di dalamnya selalu menghasilkan sebuah efek magis tersendiri. Selain itu, setiap karyanya boleh dikatakan merupakan karya yang berisi. Cerita-cerita yang ia rajut tidak hanya berupa cerita fiksi saja, tetapi Dee seolah berhasil memfusikan antara fiksi dan fakta.

Kali ini <em>Dee Lestari</em> kembali mengguncang jagat perbukuan tanah air. Pasalnya pada bulan Desember lalu, <em>Dee Lestari</em> mengunggah sebuah foto sebundel kertas dengan judul Aroma Karsa. Dari hasil lansiran, bundle tersebut merupakan buku terbarunya. Benar saja, pada bulan Januari, <em>Dee Lestari</em> menerbitkan karya kesepuluhnya dalam format digital. Rencanaya, Aroma Karsa akan diterbitkan dalam dua versi, digital yang sudah lebih dulu terbit, dan cetak yang akan terbit pada bulan maret mendatang.

Setelah sukses dengan <em>Supernova</em> yang syarat akan gizi tinggi dalam pencarian jati diri, Aroma Karsa pun tidak ingin ketinggalan. Ia tidak luput dari sebuah riset panjang selama satu tahun. Dari hasil yang berhasil kami lansir, <em>Dee Lestari</em> bahkan harus naik turun Gunung Lawu, berkunjung ke Bantar Gebang, dan meracik parfum bersama para laboran kecantikan karena dalam karya terbarunya ini <em>Dee Lestari</em> ingin mengangkat sisi aroma yang sangat jarang menjadi setting cerita.

<img class=" wp-image-33933 alignleft" src="http://bentangpustaka.com/wp-content/uploads/2018/03/WhatsApp-Image-2018-02-20-at-06.11.50-300×200.jpeg" alt="" width="323" height="215" /><em>�Kali pertama saya menyadari kekuatan deskripsi aroma adalah ketika menulis manuskrip Madre, sekitar tahun 2011,�</em> ungkapnya saat diwawancari oleh tim Bentang Pustaka melalui surel. Perkenalan pertama seorang <em>Dee Lestari</em> dengan aroma dimulai saat ia memuai riset untuk buku Madre, di mana makanan sangat erat hubungannya dengan penciuman. Selain itu, pada sebuah <em>workshop</em> yang ia hadiri, sang pemberi materi, Steve Alcorn, juga menyatakan bahwa penciuman adalah pemicu utama dalam menciptakan imajinasi. Namun sayang, tidak banyak cerita yang mengangkat kisah penciuman karena kesulitan dalam mendiskripsikan ke dalam cerita. Berangkat dari rasa penasaran itulah, Dee kemudian menantang dirinya untuk membuat sebuah karya dengan latar penciuman sebagai masalah utama. Pada tahun 2016, setelah sukses merampungkan seri terakhir dari <em>Supernova</em>, Dee memulai risetnya.
<p style="text-align: center"><em>�Penciuman merupakan indra kita yang paling awal terbentuk, paling primitif, dan itulah yang membuat kekuatannya begitu dahsyat sekaligus sulit diungkapkan. Itu yang membuat saya merasa tertantang. Jadi, bisa dibilang </em>Aroma Karsa<em> ini berawal dari keinginan saya mengeksplorasi aroma dalam fiksi,�</em></p> <p>Nama <em>Dewi Lestari</em> tentu sudah tidak asing lagi di telinga para <em>booklovers </em>di Indonesia. Pasalnya, karya-karya <em>Dee Lestari</em> merupakan karya yang paling ditunggu-tunggu dalam kancah sastra. <em>Dee Lestari</em> selalu hadir dengan membawa suatu hal yang baru serta setiap kata di dalamnya selalu menghasilkan sebuah efek magis tersendiri. Selain itu, setiap karyanya boleh dikatakan merupakan karya yang berisi. Cerita-cerita yang ia rajut tidak hanya berupa cerita fiksi saja, tetapi Dee seolah berhasil memfusikan antara fiksi dan fakta.</p>

<p>Kali ini <em>Dee Lestari</em> kembali mengguncang jagat perbukuan tanah air. Pasalnya pada bulan Desember lalu, <em>Dee Lestari</em> mengunggah sebuah foto sebundel kertas dengan judul Aroma Karsa. Dari hasil lansiran, bundle tersebut merupakan buku terbarunya. Benar saja, pada bulan Januari, <em>Dee Lestari</em> menerbitkan karya kesepuluhnya dalam format digital. Rencanaya, Aroma Karsa akan diterbitkan dalam dua versi, digital yang sudah lebih dulu terbit, dan cetak yang akan terbit pada bulan maret mendatang.</p>

<p>Setelah sukses dengan <em>Supernova</em> yang syarat akan gizi tinggi dalam pencarian jati diri, Aroma Karsa pun tidak ingin ketinggalan. Ia tidak luput dari sebuah riset panjang selama satu tahun. Dari hasil yang berhasil kami lansir, <em>Dee Lestari</em> bahkan harus naik turun Gunung Lawu, berkunjung ke Bantar Gebang, dan meracik parfum bersama para laboran kecantikan karena dalam karya terbarunya ini <em>Dee Lestari</em> ingin mengangkat sisi aroma yang sangat jarang menjadi setting cerita. <img alt="" class="wp-image-33933 alignleft" height="215" src="http://bentangpustaka.com/wp-content/uploads/2018/03/WhatsApp-Image-2018-02-20-at-06.11.50-300×200.jpeg" width="323" />"<em>Kali pertama saya menyadari kekuatan deskripsi aroma adalah ketika menulis manuskrip Madre, sekitar tahun 2011,"</em> ungkapnya saat diwawancari oleh tim Bentang Pustaka melalui surel. Perkenalan pertama seorang <em>Dee Lestari</em> dengan aroma dimulai saat ia memuai riset untuk buku Madre, di mana makanan sangat erat hubungannya dengan penciuman. Selain itu, pada sebuah <em>workshop</em> yang ia hadiri, sang pemberi materi, Steve Alcorn, juga menyatakan bahwa penciuman adalah pemicu utama dalam menciptakan imajinasi. Namun sayang, tidak banyak cerita yang mengangkat kisah penciuman karena kesulitan dalam mendiskripsikan ke dalam cerita. Berangkat dari rasa penasaran itulah, Dee kemudian menantang dirinya untuk membuat sebuah karya dengan latar penciuman sebagai masalah utama. Pada tahun 2016, setelah sukses merampungkan seri terakhir dari <em>Supernova</em>, Dee memulai risetnya.</p>

<p style="text-align: center"><em>"Penciuman merupakan indra kita yang paling awal terbentuk, paling primitif, dan itulah yang membuat kekuatannya begitu dahsyat sekaligus sulit diungkapkan. Itu yang membuat saya merasa tertantang. Jadi, bisa dibilang </em>Aroma Karsa<em> ini berawal dari keinginan saya mengeksplorasi aroma dalam fiksi,"</em></p>Vivekananda Gitanjali

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta