Peristiwa Gempa Yogya 2006 Mendewasakan Sarah Diorita

Yogyakarta 27 Mei 2006. Rekaman peristiwa gempa tektonik berkekuatan 5,9 skala richter yang meremukredamkan Yogyakarta selalu tersimpan dalam memori warga Yogyakarta, tak terkecuali Sarah Diorita. Seumur hidupnya baru pertama kali ini, ia menyaksikan kekuatan alam yang mampu merenggut nyawa ribuan orang. <p style="text-align: justify;">Yogyakarta 27 Mei 2006. Rekaman peristiwa gempa tektonik berkekuatan 5,9 skala richter yang meremukredamkan Yogyakarta selalu tersimpan dalam memori warga Yogyakarta, tak terkecuali <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah Diorita</a>. Seumur hidupnya baru pertama kali ini, ia menyaksikan kekuatan alam yang mampu merenggut nyawa ribuan orang.</p>

<p style="text-align: justify;">Saat kejadian, <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> bersama ibunya sedang berada di rumahnya di Yogyakarta. Tak ada kerusakan berarti dan bersyukur, Sarah beserta ibunya sama sekali tidak mengalami cedera ataupun luka. Kecemasan <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> dan ibundanya semata tertumpu pada orang-orang di sekelilingnya.</p>

<p style="text-align: justify;">Waktu itu, <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> yang sedang menjalin kasih dengan <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Eros</a> mendatangi rumah orangtua<a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906"> Eros</a>. <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> menghela napas lega manakala mengetahui orangtua <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Eros</a> dalam kondisi yang baik. Tak lama berselang, rasa panik menghantui Sarah dan ibundanya, salah satu sahabat sang ibu berada pada lokasi yang terkena dampak gempa parah. Bergegas, mereka meluncur ke Desa Bebekan, Bantul, tempat kediaman teman sang bunda. Alangkah terkejutnya, begitu menginjakkan kaki di desa tersebut, Sarah mendapati rumah-rumah penduduk nyaris rata dengan tanah. Kabar baiknya, teman sang ibu beserta anaknya selamat.</p>

<p style="text-align: justify;">Hati <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> iba melihat penderitaan penduduk Desa Bebekan, Bantul. Rumah tiada, banyak anak kehilangan orangtua, juga banyak orangtua menangisi kepergian anaknya. Sungguh memilukan. Orang-orang tercinta berpulang dalam kondisi nahas. Nurani <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> dan ibunya pun terketuk. Mereka tidak bisa tinggal diam. Daya upaya mereka lakukan untuk ikut serta mengulurkan tangan dan mengembalikan semangat hidup mereka. Ibunda Sarah berusaha mennggalang kepedulian teman-temannya yang lain agar memberikan bantuan dalam bentuk apa pun. Sandang, pangan, dan uang berdatangan. Tangan Tuhan sungguh nyata berperan, karena ungkapan kasih dari banyak pihak ternyata mengalir berlimpah ruah. Berbekal bantuan yang berhasil didiperoleh. <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> dan ibunya pertama kali fokus pada pencarian korban dan penyembuhan luka fisik. Selanjutnya, mereka bersama warga bergotong royong membersihkan reruntuhan rumah. Di tengah-tengah kesedihan yang teramat kuat, Sarah merasakan keputusasaan yang melanda warga yang mayoritas berprofesi buruh. Mereka tidak yakin bisa membangun kembali rumahnya seperti dulu. Oleh sebab itu, sebisa mungkin, <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> dan ibunya dengan bantuan para dermawan berusaha menyediakan bahan-bahan bangunan agar impian mereka untuk membangun rumah bisa terlaksana. Sedikit demi sedikit, mendung duka akibat Gempa Yogya itu mulai berganti dengan terang harapan.</p>

<p style="text-align: justify;">Lewat berkesenian, yakni pentas reog di malam tirakatan, ekspresi suka cita warga pun muncul.  Maklumlah, penduduk setempat memiliki grup reog yang rutin pentas. Dengan begini, semangat hidup penduduk berangsur pulih terlebih Sarah dan ibunya berinisiatif membuatkan Sanggar yang dinamai Giri Gino Guno yang menjadi tempat belajar dan berkesenian penduduk setempat sehingga rasa trauma yang mereka alami dan rasakan dapat terobati. Sanggar tersebut didirikan atas hasil lobi ibunda <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> dengan supermarket asal Prancis. Setelah itu, <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a> beserta ibu menggagas pendirian PAUD. Sarah sendiri ikut terlibat sebagai pengajar hingga dia menikah dan hamil tua. Sungguh sebuah pengalaman yang kian mendewasakan pemikiran dan batin <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah</a>. Kalau dihitung-hitung, saat Gempa Yogya 2016 itu, usianya baru sekitar 16 tahun. Masih duduk di bangku SMA. Di usianya yang masih belia, Sarah telah belajar untuk berempati dan bersimpati. Bahkan, ia juga menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya. Panggilan hati untuk mengasihi memang tak pandang usia, namun kasih nyata dan keberanian menerjang risiko demi menyelamatkan orang dalam bencana besar, hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kebijaksanaan dan ketulusan.  </p>

<p style="text-align: justify;">Kisah tentang budaya dua negara, Prancis dan Indonesia, terangkum dengan menawan dalam buku <em><a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Kamus Rasa Sarah Diorita</a>. </em><a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Sarah Diorita Candra</a>, seorang keturunan Indonesia-Prancis, pemilik Loka-loka Bistro, istri dari <a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Eross Candra</a>, serta seorang ibu, menceritakan pandangannya mengenai kehidupan dua bangsa dan perjalanan hidupnya.</p>

<p style="text-align: justify;">Ikuti kanal media Bentang Pustaka untuk mengetahui info teraktual dan berisi tentang buku <em><a href="https://mizanstore.com/kamus_rasa_sarah_diorita_60906">Kamus Rasa Sarah Diorita</a> </em>terbitan Bentang Pustaka.</p>Sigit Suryanto

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta