Sering buang air kecil

Anak Sering Buang Air Kecil? Perhatikan Hal Berikut Ini

Kenapa seorang anak sering buang air kecil? Sebenarnya, berapa frekuensi buang air kecil anak yang dianggap normal? Buang air kecil memang proses yang penting bagi anak. Namun, penting juga bagi orang tua mengetahui frekuensi buang air kecil mereka. Tujuannya adalah agar orang tua cepat tanggap jika ada keanehan dengan rutinitas BAK anak.

 

Buang Air Kecil yang Sehat bagi Anak

Salah satu alasan kita ingin mengetahui frekuensi anak buang air kecil pada umumnya adalah untuk mengetahui apakah anak BAK normal. Namun, sebelum mengetahui frekuensi BAK, kita perlu melihat tanda-tanda lain juga. Kita bisa melihat warna urine anak.

Pada dasarnya, warna urine anak dapat berubah-ubah. Hal ini dipengaruhi oleh kadar air yang dikonsumsi. Urine yang sehat akan berwarna kekuningan cenderung jernih. Jika warna urine semakin kuning atau keruh, artinya anak kekurangan kadar air dalam tubuhnya. Jika urine berwarna merah atau merah gelap, artinya urine sudah benar-benar tidak sehat. Warna merah tersebut bisa disebabkan dehidrasi parah hingga gangguan pada ginjal. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan warna pada urine adalah dehidrasi, makanan, pendarahan, hingga gangguan pada organ tubuh.

 

Frekuensi BAK Anak

Sebelum megetahui frekuensi buang air kecil anak, kita perlu tahu bahwa ukuran ginjal anak akan berkembang sesuai usia. Umumnya, ginjal anak-anak seukuran ginjal orang dewasa ketika mereka berusia 2 tahun. Di usia ini juga anak sudah dapat mengenali keinginan untuk buang air kecil. Inilah alasan orang tua mengajari toilet training saat anak mulai beranjak 2 tahun.

Besar kecilnya ginjal berpengaruh pada frekuensi buang air kecil anak. Semakin kecil ukuran ginjal, semakin sering pula anak buang air kecil. Artinya, bayi akan lebih sering BAK daripada anak-anak dan orang dewasa. Umumnya, frekuensi buang air kecil anak adalah 4 hingga 6 kali dalam sehari dengan volume 500 hingga 600 ml.

 

Yang Harus Dilakukan Jika Anak Sering Buang Air Kecil

Sebelum kita panik karena anak sering BAK, ada baiknya kita perhatikan kebiasaan anak. Apakah anak minum berlebih atau sering menahan BAK? Jika anak terbiasa minum terlalu banyak atau sering menahan BAK, orang tua bisa memperbaiki kebiasaan anak terlebih dahulu. Jika keadaan membaik, anak tidak perlu dibawa ke dokter.

Namun, terlalu sering buang air kecil bisa juga merupakan gejala gangguan kesehatan. Beberapa gangguan tersebut antara lain konstipasi, infeksi saluran kemih, hingga diabetes. Jika dirasa anak sering BAK karena gangguan kesehatan, orang tua bisa segera membawa anak ke dokter.

Sebagai orang tua, kita perlu juga mengedukasi anak akan pentingnya menjaga kadar air dalam tubuh dan buang air kecil ketika tubuh menginginkannya. Caranya, orang tua dapat mengenalkannya melalui bacaan atau permainan mengenai pentingnya BAK. Mengedukasi anak sejak dini sangatlah penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.

 

Baca juga: 5 Bahaya Sering Menahan Buang Air Kecil

Alat Peraga Montessori

Alasan Anak Perlu Bermain dengan Alat Peraga Montessori

Alat peraga untuk menunjang proses belajar anak biasa disebut alat permainan edukatif (APE). Saat ini, alat peraga banyak dipakai oleh pengajar prasekolah. Tapi, orang tua juga bisa menggunakan alat peraga untuk sarana bermain anak di rumah. Salah satu alat peraga yang efektif, mudah dibuat dan dicari, serta dapat digunakan di rumah adalah alat peraga Montessori.

Alat peraga Montessori banyak digunakan selain karena manfaatnya, juga karena mudah dibuat. Orang tua sebenarnya tidak perlu membeli alat peraga mahal. Dengan kreativitas dan panduan buku, orang tua dapat membuat alat peraga sendiri. Contohnya, alat peraga Montessori banyak yang dibuat dari peralatan yang ada di rumah. Bahkan, pakaian juga bisa menjadi alat peraga. Referensi alat peraga yang sesuai dengan aktivitas anak bisa didapatkan di buku Montessori Play and Learn yang telah diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

Para pendidik anak usia dini menggunakan alat peraga bukan tanpa alasan. Bahkan Maria Montessori, pencetus metode Montessori, menggunakan alat peraga sebagai penunjang utama pembelajarannya. Berikut manfaat alat peraga bagi anak.

  1. Alat Peraga Montessori Meningkatkan Kreativitas Anak

Saat bermain dengan alat peraga, tidak ada batasan akan apa yang bisa anak buat. Anak bebas bermain dan berkreasi sesuai imajinasinya, terlebih jika orang tua memberi kebebasan dengan limitasi pada anak. Mereka juga dapat mengasah kemampuan memecahkan masalah dengan praktik langsung.

  1. Alat Peraga Montessori Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak

Bermain atau belajar dengan alat peraga adalah momen ketika anak memiliki kendali terhadap hidupnya. Rasa percaya diri anak akan tumbuh ketika mereka diberi kepercayaan oleh orang dewasa untuk bermain dengan hal yang mereka suka dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan begitu, mereka akan menyadari dirinya sebagai manusia seutuhnya yang mampu dan memiliki kendali akan hidupnya. Kepercayaan yang diberikan oleh orang lain juga membuat mereka sadar bahwa orang lain mengakui kemampuan mereka.

  1. Melatih Kemampuan Motorik

Ketika bermain dengan alat peraga, anak akan banyak menggerakkan anggota tubuhnya. Kemampuan motorik anak pun akan terlatih dengan banyak melibatkan gerakan. Kemampuan motorik yang terlatih merupakan motorik halus dan kasar. Motorik halus terlatih ketika anak melakukan gerakan-geran kecil seperti meraba, meraih, dan memegang mainan dengan tangannya. Sementara itu, kemampuan motorik kasar terlatih dengan gerakan menangkap, melempar, berpindah tempat, dan sebagainya.

  1. Menciptakan Perasaan Suka pada Belajar

Dengan alat peraga, orang tua maupun guru dapat menciptakan cara belajar yang tidak monoton. Kesempatan untuk membiarkan anak berkreasi, hingga belajar dengan praktik dan peralatan nyata membuat proses belajar lebih menarik. Hal ini membuat anak-anak tidak mudah bosan sehingga semangat belajar.

Dari banyak manfaat alat peraga, orang tua perlu memperhatikan satu poin penting. Aturan freedom with limitation perlu diterapkan supaya manfaat alat peraga lebih terasa. Dengan freedom with limitation, anak bisa mengembangkan kreativitas dan rasa percaya dirinya. Semangat belajar mereka pun akan bertambah karena mereka tidak merasa dikekang.

 

Baca juga: Aktivitas Islamic Montessori, Bisa Kamu Lakukan Sendiri

 

 

Perkembangan emosi sosial anak

Tahap Perkembangan Emosi Sosial Anak

Walaupun tidak dapat dilihat secara kasat mata, emosi sosial anak merupakan faktor penting dalam menunjang perkembangannya. Sayangnya, saat ini kesadaran mengenai pentingnya emosi sosial anak masih kurang. Padahal, memahami emosi sosial dapat membantu orang tua mengerti kebutuhan dan perilaku anak.

Emosi adalah perasaan seseorang yang muncul atas respons terhadap suatu hal. Sementara itu, emosi sosial merupakan perasaan yang dirasakan oleh seseorang akibat keadaan sosial seperti perilaku orang lain. Contohnya, anak dapat memiliki perasaan percaya, kepercayaan diri, rasa menyayangi, dan pertemanan.

Perkembangan emosi sosial anak perlu diperhatikan oleh orang tua karena akan berpengaruh terhadap perilaku anak.  Ketika anak memiliki kemampuan emosi sosial yang baik, anak dapat mengerti perasaan orang lain dan mengontrol perasaan dan perilakunya sendiri. Berikut tahap-tahap perkembangan emosi sosial anak.

  1. Emosi Sosial Tahap I: Usia bayi – 2 tahun

Tahap ini merupakan tahap harapan.  Di tahap ini, bayi akan belajar mengenal harapan dan belajar memahami reaksi orang-orang di sekitarnya mengenai harapan bayi. Tahap ini juga disebut tahap learning trust vs mistrust.

Ketika harapan bayi diberi tanggapan positif oleh orang lain, bayi akan merasa aman dan percaya terhadap orang di sekelilingnya. Tapi, jika harapannya ditolak, bayi akan merasa tidak aman dan sulit untuk percaya orang. Contohnya, jika orang tua memeluk bayi ketika dia menangis, bayi akan merasa aman berada di dekat orang tua. Namun, ketika orang tua mengabaikan tangisannya, bayi akan kesulitan untuk percaya kepada orang tua.

  1. Emosi Sosial Tahap II: 18 bulan – 4 tahun

Tahap ini merupakan fase ketika anak akan belajar kemandirian dan rasa malu melalui rasa ingin tahu mereka yang alami. Respons orang di sekililingnya akan memengaruhi perilaku anak. Jika orang tua selalu melarang dan menganggap apa yang anak lakukan keliru, anak akan dihantui rasa malu, tidak mandiri, dan perasaan selalu bersalah. Mereka akan ragu untuk melakukan sesuatu. Namun, jika orang tua mendukung proses belajar mereka, anak akan lebih mandiri dan percaya diri.

  1. Tahap III: Usia 3 – 6 tahun

Di tahap ini, anak belajar menerima penolakan maupun penerimaan. Di usia 3 hingga 6 tahun, anak sedang aktif bermain. Ketika anak berinisiatif untuk bermain, dia akan melihat tanggapan orang di sekitarnya. Apakah orang lain memberi tanggapan positif atau negative? Jika lingkungan sekitar memberi tanggapan positif, anak akan mengembangkan kemampuan berimajinasi dan kerja sama.

  1.  Tahap IV: Usia 5,5 – 12 tahun

Usia 5,5 hingga 12 tahun merupakan waktunya anak belajar berkompetensi dalam sebuah kelompok. Ada 3 kemampuan yang anak kembangkan yaitu mematuhi aturan, bermain dengan struktur tertentu, dan menguasai materi pelajaran sekolah. Kemampuan tersebut yang akan menentukan tinggi rendahnya kemampuan kompetensi anak.

Karena orang tua merupakan aktor penting dalam menunjang perkembangan anak, orang tua perlu mempelajari cara yang tepat menanggapi perkembangan emosi sosial anak. Selain itu, orang tua juga harus peka terhadap cara anak menunjukkan perkembangan emosi sosialnya. Cara anak menunjukkan emosi sosialnya bisa jadi berbeda dengan anak lain walaupun mereka ada di tahap yang sama. Untuk memahaminya, orang tua dapat mempelajari psychological parenting. Saat ini, sudah banyak buku parenting yang membantu orang tua sadar akan perkembangan emosi anak, misalnya buku Gentle Discipline yang diterbitkan Bentang Pustaka.

 

Baca juga: Menangani Kemarahan kepada Anak hingga Akarnya

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta
Shopee bentangofficialshop

Tokopedia Bentang Pustaka
Shopee mizanofficialshop

Jogja
Akal Buku
Buku Akik

Malang
Book by Ibuk

Bondowoso
Rona Buku

Jakarta
Owlbookstore
Tangerang Selatan
Haru Semesta