Sujiwo Tejo: Ingin Beri Mawar dan Dupa ke Pembaca

IMG_20160509_131103

Bukan tanpa alasan Sujiwo Tejo menggubah novel-grafis-bermusik. Romantis, awal dari trilogi pertamanya Sujiwo beri judul, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati. Karya ciamik Sujiwo berupa 187 halaman bergambar disertai sembilan lagu pengiring ini merupakan bukti tekad Sujiwo untuk menyajikan persembahan yang luar dari biasa kepada pembacanya.

Dalam proses penggarapan Serat Tripama, Sujiwo tak sendirian. Di bawah naungan penerbit Bentang Pustaka, ia menggaet komikus, musisi, hingga penyanyi. Sebagai penata letak dan penyelaras akhir, Sujiwo percayakan pada komikus Agung SW. Sedangkan penyanyi Joel Kriwil, Sujiwo dapuk sebagai vokal tokoh Sumantri.  Sementara musisi Bintang Indrianto dipercaya sebagai bassis, penata mixing, dan mastering sembilan lagunya. Selain itu, bersama Sujiwo, masih ada peranan Putri Ayu, Julius Firdaus, Fakira Yusuf, dan masih banyak lagi.

Setelah melalui proses yang panjang meliputi produksi lukisan dan musik, lahirlah novel-grafis-bermusik pertama Sujiwo, awal dari trilogi Serat Tripama, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati. Namun, meski telah berhasil meluncurkan novel-grafis-bermusiknya, Sujiwo mengaku belum juga puas. “Aku menulis novel-grafis-bermusik karena dulu aku percaya bahwa kata-kata terbatas. Tapi kemudian setelah aku menggambar, ternyata gambar juga terbatas. Ternyata masih belum seperti yang aku inginkan,” kata Sujiwo. “Tapi inilah yang paling bisa sudah,” pasrahnya.

Oleh karenanya, bagi Sujiwo kini, kata-kata, bergambar, dan bermusik, novel-grafis-bermusik ini pun belum cukup untuk menyampaikan maksudnya. “Kalau misalkan boleh satu per satu aku akan bawakan bunga ke tiap pembaca. Sehingga selain musik, selain gambar, selain kata-kata, ada wangi juga, gitu lho,” akunya antusias. “Nih, membaca ini, dengarkan musiknya, tak kasih wanginya ini. Atau aku bakarkan kemenyan. Atau aku akan menari di hadapan mereka, sehingga seluruh bahasa tersampaikan,” tambahnya lagi.

Intinya, dalam novel-grafis-bermusik ini, Sujiwo ingin berkomunikasi secara maksimal melalui tiga unsur; kata, rupa, dan nada.

Fitria Farisa IMG_20160509_131103

Bukan tanpa alasan Sujiwo Tejo menggubah novel-grafis-bermusik. Romantis, awal dari trilogi pertamanya Sujiwo beri judul, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati. Karya ciamik Sujiwo berupa 187 halaman bergambar disertai sembilan lagu pengiring ini merupakan bukti tekad Sujiwo untuk menyajikan persembahan yang luar dari biasa kepada pembacanya.

Dalam proses penggarapan Serat Tripama, Sujiwo tak sendirian. Di bawah naungan penerbit Bentang Pustaka, ia menggaet komikus, musisi, hingga penyanyi. Sebagai penata letak dan penyelaras akhir, Sujiwo percayakan pada komikus Agung SW. Sedangkan penyanyi Joel Kriwil, Sujiwo dapuk sebagai vokal tokoh Sumantri.  Sementara musisi Bintang Indrianto dipercaya sebagai bassis, penata mixing, dan mastering sembilan lagunya. Selain itu, bersama Sujiwo, masih ada peranan Putri Ayu, Julius Firdaus, Fakira Yusuf, dan masih banyak lagi.

Setelah melalui proses yang panjang meliputi produksi lukisan dan musik, lahirlah novel-grafis-bermusik pertama Sujiwo, awal dari trilogi Serat Tripama, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati. Namun, meski telah berhasil meluncurkan novel-grafis-bermusiknya, Sujiwo mengaku belum juga puas. “Aku menulis novel-grafis-bermusik karena dulu aku percaya bahwa kata-kata terbatas. Tapi kemudian setelah aku menggambar, ternyata gambar juga terbatas. Ternyata masih belum seperti yang aku inginkan,” kata Sujiwo. “Tapi inilah yang paling bisa sudah,” pasrahnya.

Oleh karenanya, bagi Sujiwo kini, kata-kata, bergambar, dan bermusik, novel-grafis-bermusik ini pun belum cukup untuk menyampaikan maksudnya. “Kalau misalkan boleh satu per satu aku akan bawakan bunga ke tiap pembaca. Sehingga selain musik, selain gambar, selain kata-kata, ada wangi juga, gitu lho,” akunya antusias. “Nih, membaca ini, dengarkan musiknya, tak kasih wanginya ini. Atau aku bakarkan kemenyan. Atau aku akan menari di hadapan mereka, sehingga seluruh bahasa tersampaikan,” tambahnya lagi.

Intinya, dalam novel-grafis-bermusik ini, Sujiwo ingin berkomunikasi secara maksimal melalui tiga unsur; kata, rupa, dan nada.

Fitria Farisabentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta