cerita rakyat

Puzzle Book: Cara Baru Mengenal Cerita Rakyat

Ada sebuah cerita rakyat yang menceritakan kisah seorang perempuan bernama Bawang Putih. Pada suatu hari, Bawang Putih diperintahkan oleh ibu tirinya untuk mencuci pakaian di sungai. Saat sedang mencuci, salah satu selendangnya hanyut di sungai. Sesegara mungkin, dia mengikuti selendang tersebut dan berusaha mengambilnya. Namun, tiba-tiba muncul seorang nenek .…

Tidak asing dengan penggalan cerita di atas? Penggalan di atas merupakan penggalan dari cerita rakyat Bawang Merah Bawang Putih. Sebagai masyarakat Indonesia, kita pasti akrab dengan cerita rakyat Indonesia seperti Ande-Ande Lumut, Tangkuban Perahu, Lutung Kasarung, Keong Mas, hingga yang sangat terkenal yaitu Malin Kundang, Timun Mas, dan Bawang Merah Bawang Putih.

 

Kurangnya Pengenalan Cerita Rakyat Indonesia

Pada awal 2000-an, cerita rakyat Indonesia bisa kita nikmati dari berbagai sumber, seperti tayangan televisi hingga buku bacaan. Sayangnya, sekarang cerita rakyat sudah sulit diakses. Bahkan, tayangan televisi dan buku bacaan sudah tidak lagi menceritakan cerita rakyat kepada generasi muda Indonesia. Sekarang ini, media hiburan Indonesia lebih suka menayangkan cerita Disney atau dongeng-dongeng luar negeri.

Sulitnya mengakses cerita rakyat membuat generasi penerus bangsa kurang mengerti cerita-cerita rakyat Indonesia. Mereka lebih tahu cerita Frozen, Beauty and The Beast, dan sebagainya. Padahal, cerita rakyat Indonesia penting untuk dipelajari, terlebih bagi anak-anak. Dengan membaca cerita rakyat Indonesia, anak-anak dapat mengambil pesan moral positif sebagai pondasi moral yang sesuai dengan budaya Indonesia. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari sejarah dan keragaman budaya Indonesia.

Untungnya, masih ada media yang peduli terhadap pengenalan cerita rakyat kepada anak-anak. Salah satunya adalah Penerbit Bentang Pustaka. Bentang Pustaka telah menerbitkan seri Cerita Klasik Indonesia. Seri Cerita Klasik Indonesia telah mengangkat dua cerita rakyat dalam dua buku berbeda yaitu Bawang Merah Bawang Putih dan Timun Mas.

Bawang Merah Bawang Putih dan Timun Mas yang ditulis oleh Tria Ayu K. merupakan read and play puzzle book. Artinya, dalam buku tersebut terdapat cerita, ilustrasi, dan juga puzzle untuk bermain anak-anak. Buku tersebut cocok untuk anak usia satu sampai lima tahun.

 

Sinopsis Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih dan Timun Mas

Bawang Merah Bawang Putih yang diadaptasi oleh Tria Ayu K. bercerita tentang Bawang Putih yang sedang mencuci pakaian di sungai. Tiba-tiba, salah satu selendangnya hanyut di sungai. Bawang Putih berusaha mengambilnya, tetapi gagal. Lalu, Bawang Putih bertemu dengan seorang nenek. Dia bertanya mengenai selendangnya. Namun, sebelum menjawab pertanyaan Bawang Putih, Nenek meminta Bawang Putih untuk membantunya. Karena kebaikan Bawang Putih, Nenek memberinya labu yang ternyata berisi emas. Emas tersebut diambil oleh Bawang Merah dan Ibu Tiri. Karena serakah, mereka ingin mendapatkan labu berisi emas. Bawang Merah pun menemui Nenek dan Nenek pun membantunya. Bukannya mendapatkan labu berisi emas, Bawang Merah hanya mendapatkan labu busuk.

Sementara itu, Tria Ayu membuat sedikit modifikasi pada cerita Timun Mas. Diceritakan bahwa ada seorang perempuan bernama Mbok Srini yang memetik timun berisikan bayi. Kemudian, bayi tersebut diberi nama Timun Mas. Suatu ketika, ada Raksasa yang ingin mengambil Timun Mas darinya. Untuk membantu Timun Mas, Mbok Srini meminta pertolongan dari seorang Pratapa yang memberinya bungkusan berisi benih timun, duri, garam, dan trasi. Timun Mas pun mengalahkan Raksasa dengan isi bungkusan tersebut. Ternyata, pada akhir cerita dikisahkan bahwa Raksasa tidak ingin berbuat jahat kepada Timun Mas. Dia hanya ingin mendapatkan teman bermain dengan menjadikan Timun Mas sebagai adiknya. Timun Mas dan Raksasa akhirnya berteman.

 

Cerita dan Ilustrasi yang Cocok untuk Usia Anak

Seri Cerita Klasik Indonesia memiliki gaya penyampaian cerita yang sederhana dan tidak bertele-tele sehingga mudah dipahami oleh anak-anak. Selain itu, pesan moral yang dapat diambil juga disampaikan dengan jelas. Contohnya, dalam read and play book Bawang Putih Bawang Merah, pesan moral yang penulis ingin sampaikan dapat disimpulkan dengan mudah bahwa manusia tidak boleh serakah. Kebaikan dan rezeki yang diharapkan tidak akan datang sesuai harapan ketika kita serakah terhadap sesuatu.

“Bawang Putih menatap Ibu Tiri dan Bawang Merah dengan sedih. Mungkin, itu adalah balasan bagi sikap serakah mereka.”

Selain penyampaian yang sederhana, seri Cerita Klasik Indonesia juga menggunakan cara penceritaan yang tidak menyeramkan. Jika kebanyakan cerita Bawang Merah Bawang Putih, labu yang Bawang Merah dapatkan berisi lebah atau sesuatu yang mengerikan, Tria Ayu menceritakan bahwa labu yang Bawang Merah dapatkan adalah labu busuk. Mendapatkan labu busuk lebih cocok diceritakan kepada anak-anak daripada tersengat lebah. Hal yang sama juga diterapkan pada cerita Timun Mas ketika Raksasa bukanlah raksasa yang jahat. Dengan begitu, anak tidak merasa ketakutan yang berlebihan sehingga menyebabkan mimpi buruk.

Dalam menyampaikan cerita, Tria juga menyajikan ilustrasi pada seri ini. Ilustrasi yang disajikan dapat membantu anak untuk mengimajinasikan cerita yang dibacakan sehingga anak lebih mudah untuk mengerti dan membayangkan apa yang terjadi. Ilustrasi dalam buku tersebut cocok untuk anak-anak karena menarik, jelas, sederhana, dan tidak menyeramkan. Contohnya, Raksasa dalam buku Timun Mas tidak diilustrasikan memiliki taring dan wajah seperti monster sehingga anak dapat melihat ilustrasi dengan nyaman.

Menariknya, seri Cerita Klasik Indonesia juga dilengkapi dengan dua bahasa: bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Cerita bilingual ini dapat membantu anak belajar bahasa asing sekaligus. Mengenal bahasa Inggris sejak dini memudahkan anak untuk belajar bahasa Inggris lebih dalam ketika mereka tumbuh.

 

Buku yang Berkualitas

Keistimewaan dari seri Cerita Klasik Indonesia adalah tersedianya puzzle di akhir halaman. Puzzle ini berilustrasikan tokoh yang ada dalam cerita. Dengan adanya puzzle, anak bisa mengasah area motoriknya.

Selain itu, seri Cerita Klasik Indonesia memiliki kualitas buku fisik yang tinggi. Karena buku ini ditujukan anak usia 1―5 tahun, buku-buku seri Cerita Klasik Indonesia menggunakan round corner. Setiap buku menggunakan kertas ivory 350 gram sebagai kertas isi dan grey board sebagai kertas sampul. Jumlah halaman tidak terlalu tebal, yaitu 21 halaman dalam buku Timun Mas dan 22 halaman dalam buku Bawang Merah Bawang Putih membuat buku-buku tersebut ringan untuk diikuti oleh anak.

Mengenalkan anak dengan read and play book memiliki banyak manfaat, seperti melatih imajinasi anak, kemampuan membaca, dan kemampuan motorik melalui puzzle. Dengan adanya ilustrasi dan puzzle, mengenal cerita rakyat pun akan semakin menyenangkan sehingga anak tidak mudah bosan. Selain itu, Tria Ayu menyesuaikan penyampaian cerita sesuai dengan usia anak sehingga akan semakin mudah mengikuti dan memproses cerita.

baper

Baper Dengan 6 Kutipan Dalam Serial #Untukkamu

Bagaimana rasanya telah jatuh cinta kepada seseorang, tapi berada di waktu yang salah? Atau, jika sudah di waktu yang tepat, eh malah orangnya yang kurang tepat? Rasanya segala hal bisa dibawa baper atau bawa perasaan. Dibahas sedikit baper. Dicolek sedikit makin baper. Jika kamu pernah berada pada dua kondisi itu, yuk merapat!

Perkara hati memang bukan hal yang mudah. Bahkan untuk membuatnya berlabuh, kita tidak bisa mengatur dengan siapa dan kapan waktunya. Seolah-olah hati memiliki kendali kepada siapa ia akan jatuh. Dan sebagai pemilik hati, baru deh, kita yang menentukan akan bertahan atau berhenti pada perasaan tersebut. Sayangnya, tidak semua orang mudah memilih di kedua pilihan itu.

Novel Serial #Untukkamu, Siap Menjadi Teman Jatuh dan Patah Hatimu

Ada tiga novel yang bisa kamu pilih sesuai dengan apa yang sedang dialami. Ada Teman karya Ainur Rahmah, Kita karya Innayah Putri, dan Jeda karya Bayu Permana. Ketiga novel ini mengandung kutipan-kutipan manis dan bisa bikin galau, sehingga dapat mewakili perasaan jatuh dan patah hatimu. Ditambah ada alur cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang akan menempatkan kamu (read: pembaca) sebagai pemeran utama.

Meskipun terbilang galau, ketiga novel ini tidak akan membuatmu semakin menangis sesenggukan di pojokan kamar. Justru akan hadir rasa lega karena perasaan kusutmu telah terwakilkan. Penasaran seperti apa kutipan-kutipan yang ada dalam ketiga novel tersebut? Check it out!

  1. Untuk yang jatuh hati pada orang yang tidak pernah peka.

Sebuah tragedi.

Ketika kamu menaruh hati, pada seseorang yang tidak pernah menyadari.

Teman – Ainur Rahmah

Tragedi adalah suatu peristiwa yang menyedihkan. Bahkan dikenal dengan bencana, atau petaka. Bagaimana tidak disebut peristiwa yang menyedihkan, jika situasinya kamu jatuh hati tapi justru dengan orang yang sama sekali tidak menyadari atau peduli? Itu hati atau ucapan dari Mas/Mbak Kasir supermarket yang selalu mengucapkan ‘selamat pagi’?

  1. Hal simple yang membuat bahagia.

Yang senyum kamu.

Yang bahagia aku, selucu itu.

Teman – Ainur Rahmah

Ketika hati yang bergerak terkadang logika tidak bisa bertindak. Ada banyak hal-hal yang tidak masuk akal, tapi ketika hati yang berbicara justru menjadi hal yang normal. Hal kecil seperti senyum, rambut, warna mata, pakaian yang sering dikenakan, hingga kebiasaan yang tidak disadari justru menjadi perhatian utama orang yang sedang jatuh cinta dan membuat semakin baper. Mau menghindar, tapi justru dia yang ada di kepala dan terus berputar-putar.

  1. Galau di antara dua pilihan.

Aku berada di saat;

terlalu sakit untuk bertahan, tapi terlalu sulit untuk melepaskan.

Kita – Innayah Putri

Kalau kata Kunto Aji dalam salah satu lagunya, “Relakanlah yang tak seharusnya untukmu.” Seharusnya seperti itu. Ketika kita merasa apa yang ada dalam hidup, tidak seharusnya untuk kita, misalnya hal itu membuat kita lupa arti bahagia dan justru menangis terus-menerus. Kita memiliki hak untuk melepaskan hal tersebut.

Tapi, bagaimana jika hal yang akan dilepaskan adalah yang paling sulit dilakukan?

  1. Hati bukan bahan untuk bercanda.

Menyenangkan bukan menjadikan hati orang lain sebagai bahan bercandaan?

Kita – Innayah Putri

Sebenarnya pertanyaan itu adalah pertanyaan skeptis. Pertanyaan yang ditujukan dengan perasaan sinis. Bukankah kita sudah tahu bahwa hati bukanlah bahan atau objek bercanda? Bahkan, ada salah satu kutipan atau nasihat yang meminta kita untuk berhati-hati dengan yang namanya hati.

Hanya saja, sering kali kita menemui banyak peristiwa orang yang kehilangan semangat hidup karena persoalan hati (amit-amit, deh). Sementara pelaku seolah bodo amat dengan apa yang telah diperbuatnya.

  1. Berlaku sewajarnya agar tidak terlalu kehilangan.

Berharap seperlunya, agar tidak terlalu kecewa.

Memahami apa yang kita punya dan memaknainya.

Agar tidak kehilangan segalanya.

Jeda – Bayu Permana

Perlakuan dan sikap yang berlebihan memang tidak pernah berakhir baik. Seperti makan cokelat manis terus-menerus akan membuat lidah terasa pahit. Begitupun perasaan. Kita harus pintar memahami dan memaknai apa yang sedang kita rasakan, sehingga kita bisa mengatur kadar perasaan. Agar tidak berlebihan dan membuat kita hilang kendali.

Lalu jika kendali saja sudah hilang, ya siap-siap aja deh kehilangan segalanya.

  1. Kutipan di setiap harinya.

Rabu.

Segenap hati menggebu.

Berharap dalam pelukmu, aku lebih dari mampu,

untuk terus melaju bersama kamu dan waktu.

Jeda – Bayu Permana

Kamu butuh kutipan seperti ini di hari apa? Senin, Selasa, atau Rabu? Setiap hari memiliki kisah dan kutipan yang manis dan bikin baper. Sehingga kamu bisa memilih hari apa yang sesuai dengan kondisi hatimu.

Misalnya pada kutipan di atas, di harI Rabu, tokoh utama merasa optimis untuk bisa bersama dengan orang yang ia sayangi. Perasaan yang menggebu-gebu sudah tidak bisa dipendam lagi. Baginya, berada dalam pelukan orang yang ia sayangi, rasanya sudah pantas ia miliki.

Teman, Kita, dan Jeda: Perwakilan Setiap Hati yang Gelisah

Meskipun memiliki garis besar permasalahan seputar hati yang resah dan gelisah, ketiga novel ini memiliki kisah yang berbeda-beda dan tentunya dengan alur yang berbeda pula.

Teman karya Ainur Rahmah bercerita tentang teman yang terlampau nyaman, hingga akhirnya timbul perasaan, atau nama beken-nya friendzone. Salah satu hal yang sering terjadi sehingga kita mudah relate karena sering dijumpai. Walau begitu, tetap saja banyak korban berguguran karena terjebak dalam status tersebut.

Kita karya Innayah Putri menceritakan pasangan yang sudah bersama sejak lama, tetapi berada dalam hubungan yang masih abu-abu. Telah menjalani hubungan layaknya kekasih, tetapi selalu ada perasaan ragu-ragu yang menghantui. Sampai akhirnya ada satu pertanyaan yang timbul, kita ini sebenarnya apa?

Jeda karya Bayu Permana berkisah tentang seseorang yang jatuh hati dengan kekasih sahabatnya. Alih-alih merebutnya seperti orang ketiga, tokoh utama lebih memilih untuk memendam dan berusaha tetap mencintai tanpa harus menyakiti sahabatnya.

(Justika Imaniar Hijri)

launching karya andrea hirata

Guru Aini, Maryamah Karpov Kedua Andrea Hirata

[Review Buku] Membaca buku ini membuat pikiran saya melayang di suatu masa ketika guru matematika itu melempari saya dengan sebatang kapur. Di saat ia dengan serius menjelaskan rangkaian angka-angka, saya malah asyik makan kuaci bunga matahari di dalam kelas.

Guru Aini adalah prekuel dari novel Andrea Hirata: Orang-Orang Biasa. Prekuel itu awalan dari cerita sebelumnya. Novel Guru Aini sejenis novel from zero to hero. Dulu Andrea pernah menulis semacam ini ketika membuat novel Maryamah Karpov. Kali ini palagan itu bukan catur, melainkan matematika, ibu segala ilmu, piston yang menggerakkan seluruh mekanika kepandaian.

Guru Matematika yang Idealis

Nuraini binti Syafrudin atau Aini biasa ia dipanggil adalah tokoh novel ini yang paling bebal dalam pelajaran matematika. Sejak SD sakit perutnya kambuh kalau ada pelajaran itu. Sebuah kebiasaan yang entah kenapa bisa diturunkan dari ibunya Aini, Dinah, dulu sewaktu masih sekolah. ”Kalau ada pemilihan putri paling tak becus matematika tingkat Provinsi Sumatera Selatan, lekas kudaftarkan kau, Dinah!” kata Guru Matematika Desi Istiqomah.

Semua berubah ketika ayah Aini jatuh sakit dan ia tak naik kelas karena absen selama 7 bulan untuk menjaga ayahnya. Sang tabib bilang kepada Aini kalau penyakit ayahnya ini hanya bisa disembuhkan dengan pengobatan modern. Sejak itu Aini ingin menjadi dokter.

Masalahnya adalah ia harus menaklukkan matematika agar bisa kuliah di fakultas kedokteran. Untuk itu ia harus belajar kepada guru terbaik: Guru Desi. Guru matematika yang terkenal idealis. “Tanpa idealisme, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan,” kata Guru Desi.

Nazar yang Aneh

Guru Desi juga dikenal sebagai guru yang galak, genius, dan punya nazar yang aneh. Guru Desi tidak akan pernah mengganti sepatu pemberian ayahnya yang sudah dipakai sejak pertama kali pergi ke tempat terpencil itu, sampai ia menemukan murid yang pintar matematika. Di sinilah cerita guru eksentrik dan murid bebal terjalin menarik.

Guru Desi tak serta-merta menerimanya. Ia harus mengetahui seberapa kuat nyali Aini. Menurut Guru Desi ada tiga cara mempersulit diri sendiri di sekolah itu: “Pertama, masuk kelasku. Kedua, belajar matematika. Ketiga, belajar matematika dariku.”

Dengan berjalannya t kecil (baca: waktu) Guru Desi menerima Aini. Namun kebebalan seperti pungguk pengkor yang tak mau terbang dari tempurung kepala Aini. Guru Desi berusaha mencari cara bagaimana Aini bisa memahami matematika, tidak menjadi monumen kegagalannya mengajar, dan tak menjadi bagian dari statistik suram matematika dunia.

Juga Aini dengan tekad kuat berusaha tabah dengan kelakuan gurunya. “Di tiang bendera mana kepalamu pernah terbentur sehingga kau telat mikir begini?!” teriak Desi kepada Aini kalau tak mampu menjawab soal matematika. Guru Aini hampir menyerah sampai ia menemukan suatu cara terakhir.

Kuaci dan Fibonacci

Seperti biasa Andrea mahir memancing haru biru juga gelak tawa dengan humor-humornya. Karakter Guru Desi yang kuat menjadi daya pikat novel yang terbit di awal Februari 2020 ini walaupun bab pertamanya terasa membosankan. Tidak ada komentar lain selain ini.

Kemudian, bagaimana cara jitu Guru Desi mengajari matematika kepada Aini? Mampukah Aini seperti pesan Guru Desi kepadanya di suatu hari? “Buatlah sesuatu, supaya aku tak dapat melupakan namamu!” Bisakah Aini masuk fakultas kedokteran?

Tentu, menikmati dengan membaca sendiri novel itu lebih berkesan daripada mendengar akhir ceritanya dari orang lain. Oh ya, ingat dengan kuaci bunga matahari? Melihat pola bunganya, tersembunyi urutan Fibonacci. Matematika juga. Kalau saja guru matematika itu tahu dan saya tak bebal.

Selamat membaca.

Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
10 Februari 2020

 

Review ini dikutip atas izin penulis dari

https://rizaalmanfaluthi.com/2020/02/10/resensi-buku-guru-aini-maryamah-karpov-kedua-andrea-hirata/

Sprint: Menghasilkan Produk Terbaik dalam Waktu Cepat | Review Buku

Di buku ini, Jake Knapp, John Zeratsky, dan Braden Kowitz, dari Google Ventures (GV) berbagi metode menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat dan dengan hasil luar biasa. Menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan sebuah proyek pekerjaan tak menjamin akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Terlebih, pekerjaan di bidang kreatif berbasis teknologi. Di buku ini, Jake Knapp, John Zeratsky, dan Braden Kowitz, dari Google Ventures (GV) berbagi metode menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat dan dengan hasil luar biasa. Mereka menyebutnya metode membuat atau mengembangkan sebuah produk hanya dalam waktu lima hari.

Umumnya, dalam mengembangkan produk kreatif, waktu banyak terbuang dalam rapat berbulan-bulan karena perdebatan memecahkan masalah dan menguji ide. Dengan Jake dan kawan-kawan telah membuktikan mampu memangkas waktu menjadi lima hari saja, bahkan termasuk mencari tahu hasil akhir dari produk dan bagaimana reaksi konsumen sebelum produk diluncurkan. Alih-alih menunggu meluncurkan produk minimalis untuk menguji, perusahaan kami mendapatkan data yang jelas dari purwarupa yang realistis, tulisnya (h xxxi).

Pembaca dipandu mulai persiapan awal sebelum menjalankan sprint, sampai jadwal yang harus dilakukan dari hari ke hari selama lima hari tersebut. Sebelum memulai sprint, kita butuh tantangan, tim yang tepat, serta waktu dan tempat untuk pelaksanaannya. Dalam membentuk tim, sprint bisa dilakukan dengan merekrut tujuh orang atau kurang yang terdiri dari pengambil keputusan, ahli keuangan, ahli pemasaran, ahli konsumen, ahli teknologi, dan ahli desain.

Setelah tim terbentuk, kita diberi jadwal kerja per hari. Hari Senin dimulai dengan diskusi terarah yang menentukan panduan kerja selama seminggu. Di sini, ditekankan pentingnya memulai dari akhir, yakni bagaimana memulai pekerjaan dengan melihat jauh ke depan; menjawab pertanyaan atau tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, jika kita pergi ke enam bulan atau setahun ke depan, apa saja yang telah berkembang dalam bisnis Anda yang merupakan hasil dari proyek ini? Menggunakan waktu pada Senin untuk menggambarkannya secara spesifik sangat bermanfaat, tegas Jake (h 45).

Gambaran yang jelas tentang tantangan dan target yang hendak dicapai harus sudah terjawab pada Senin. Pada Selasa, tim akan mulai mencari solusinya dengan mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide yang sudah ada pada anggota tim. Siang harinya, setiap orang harus membuat sketsa, kemudian dipilih sketsa terbaik untuk dibuat purwarupa dan pengujian. Dalam pengembangan produk, sketsa penting untuk membantu membuat ide yang awalnya abstrak menjadi tergambar lebih konkret.

Setelah sketsa-sketsa terbaik muncul, hari Rabu adalah waktunya mengkritisi sekaligus menentukan solusi terbaik. Siang harinya, sketsa terbaik dibuat dalam sebuah papan cerita yang berisi rencana langkah demi langkah untuk membuat purwarupa pada hari Kamis. Berdasarkan pengalaman membuat ratusan purwarupa, Jake Knapp merangkum empat hal penting dalam merancang purwarupa; memilih perangkat yang tepat, membagi tugas, menjalin semua menjadi satu, dan melakukan uji coba.

Hari Jumat waktunya wawancara ke konsumen dan melihat reaksi mereka terhadap purwarupa yang telah dibuat. Di sini semakin terlihat bagaimana sprint membuat pekerjaan menjadi sangat cepat, efektif, dan efisien, bahkan sebuah produk sudah bisa diuji di hari ke lima dan mendapatkan feedback dari konsumen. Penulis menyarankan agar satu orang tim menjadi pewawancara dan lainnya memantau di ruang lainnya dengan menonton video proses wawancara, serta mencatat reaksi konsumen. Wawancara ini memungkinkan Anda menguji fasad produk, jauh sebelum Anda membuat produk aslinya dan jatuh hati dengannya, jelas Jake (h 214).

Jake, John, dan Braden dari Google Ventures tak sekadar menyuguhkan konsep-konsep pengembangan produk secara teoritis. Setiap tahap selalu dilengkapi contoh kasus berbekal pengalaman kerja sama dengan para pendiri Twitter, Blogger, Medium, 23andMe, hingga Youtube. Sprint tak hanya bisa digunakan dalam pengembangan produk startup. Metode sprint terbukti berhasil di berbagai bidang. Seperti oleh guru atau dosen dalam mengajar, lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan nirlaba, sampai firma teknologi besar seperti di perusahaan Airbnb dan Facebook. Buku ini akan membantu kita mengatur waktu dan efisiensi dalam bekerja.

*Resensi ini telah dimuat di Koran Jakarta, 21 Agustus 2018. Al-Mahfud

Traveling Tanpa Bikin Kantong Kering | Review Buku

Buku karya Trinity dan Yasmin, dua sahabat yang sudah berpengalaman dalam hal traveling ini memberi 69 cara yang bisa kita coba untuk bisa mendapatkan kesempatan traveling gratis. Traveling atau jalan-jalan kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Bagi mereka yang punya cukup uang, traveling ke pelbagai tempat, baik di dalam maupun luar negeri tentu bukan menjadi soal. Tapi, bagaimana dengan mereka yang tak punya cukup uang? Kita tahu, melakukan perjalanan, apalagi ke luar negeri, butuh biaya tak sedikit. Buku karya dua orang sahabat yang sudah berpengalaman dalam hal traveling ini memberi 69 cara yang bisa kita coba untuk bisa mendapatkan kesempatan traveling gratis.

Trinity adalah penulis buku travel terlaris seri The Naked Traveler. Sedangkan Yasmin adalah sahabatnya yang sudah sering traveling keliling dunia tanpa menghabiskan banyak biaya. Di buku ini, keduanya berkolaborasi memberi kita tips-tips menarik untuk bisa traveling gratis. Paduan pengalaman dan pengetahuan mereka mampu menghasilkan tips-tips yang cerdik, ringan, dan menghibur.

Tips-tips yang diberikan tak sembarang tips. Namun benar-benar bisa diupayakan jika kita sungguh-sungguh mengerjakan atau menggelutinya. Sebab, tips-tips traveling gratis kebanyakan berupa pekerjaan-pekerjaan atau hobi yang bisa membawa kita keliling dunia atau singgah di pelbagai tempat. Misalnya, menjadi Anak Buah Kapal (ABK), Blogger, Diplomat, Fotografer, Reporter, Host Acara Jalan-jalan, Artis, Selebgram, Masinis atau pramugari, Peneliti, Penulis, Penyanyi, dan sebagainya.

ABK merupakan orang yang membantu operasi, perawatan, atau pelayaran sebuah kapal. Karena bekerja di kapal, ABK tentu menjelajah perairan ke mana-mana. Namun, tegas penulis, untuk bisa berkarier di bidang ini orang perlu mengambil pendidikan di sekolah pelayaran. Jika bekerja di kapal pesiar, dan saat kapal merapat ke sebuah destinasi, kita bisa ikutan turun kapal dan jalan-jalan di tempat-tempat keren di Eropa dan Amerika (hlm 3).

Bagi seorang blogger, traveling gratis bisa didapat ketika mendapat undangan melakukan perjalanan gratis dari hotel, maskapai penerbangan, tourism board, atau dari pemilik brand tertentu. Umumnya blogger dibayar dengan kesempatan traveling gratis, sebagai imbalan atas tulisan atau review di blognya. Semakin bagus dan ngetop blog yang kita miliki, semakin besar kemungkinan kita mendapat undangan jalan-jalan (hlm 21). Hal sejenis bisa kita dapatkan ketika menggeluti fotografer, selebgram, dan sebagainya.

Menariknya, tips traveling gratis tak melulu dari pekerjaan-pekerjaan atau hobi tertentu. Di buku ini, dipaparkan juga beberapa tips yang terkesan cerdik, seperti menginisiasi liburan dalam keluarga, atau memanfaatkan momen-momen tertentu seperti saat Kuliah Kerja Nyata (KKN), atau pertukaran pelajar luar negeri. Ketika mengajak keluarga berlibur, kita bisa mengajukan diri menjadi pengurus rencana liburan dan memberikan gambaran dan panduan liburan pada orang tua, sehingga orang tua tertarik dan mengajak kita melakukan liburan.

Ketika KKN atau pertukaran pelajar, kita bisa memanfaatkan momen-momen ketika bertugas untuk menikmati tempat-tempat bagus di daerah tempat kita ditempatkan. Tentu, selama tidak meninggalkan tugas utama kita di lokasi tersebut. Membaca tip demi tip yang dipaparkan buku ini kita akan sadar bahwa melakukan traveling, bahkan ke luar negeri sekalipun, sebenarnya bisa dilakukan siapa saja. Artinya, bukan hal yang mustahil kita bisa jalan-jalan ke luar negeri meski tak punya uang yang cukup. Asalkan ada niat, kesungguhan, pengetahuan, jaringan, dan juga kecerdikan.

*Resensi ini telah dimuat di Tribun Jateng, 26 Agustus 2018. Al-Mahfud

Sekelumit Perkenalan tentang Jurnalisme Islam | Review Buku

Bahasan tentang jurnalisme dan media massa, yang terkoneksi nilai-nilai keislaman dengan kekayaan corak dan sudut pandang, menarik perhatian seorang peneliti asal Amerika Serikat bernama Prof. Janet Steele. Akademisi dari Universitas Goerge Washington itu melakukan pengamatan di sejumlah kantor berita yang ada di Indonesia maupun Malaysia. Dalam studi pemberitaan tentang Islam, dikenal setidaknya tiga latar belakang pemuatan kabar. Yakni, superioritas Islam, tudingan kebobrokan umat Islam golongan tertentu, dan kabar baik atau buruk tentang Islam yang dimuat seobjektif serta seprogresif mungkin.

Bila dalam kajian tasawuf, dikenal tiga latar belakang dalam menjalankan ketakwaan, yakni, ketakutan pada neraka, motivasi meraih surga, dan kecintaan yang tulus pada Tuhan, dalam studi pemberitaan tentang Islam, dikenal setidaknya tiga latar belakang dalam pemuatan kabar. Yakni, superioritas Islam, tudingan kebobrokan umat Islam golongan tertentu, dan kabar baik atau buruk tentang Islam yang dimuat seobjektif serta seprogresif mungkin.

Masing-masing latar belakang, memiliki kantor-kantor media partisan yang sejak awal secara khusus mewartakan soal isu-isu tadi, dengan kepentingan yang tentu berbeda-beda. Mulai dari kepentingan yang berlandaskan ideologi agama, ekonomi bisnis, politik, dan lain sebagainya.

Perusahaan media melakukan framing dengan peran yang diistilahkan McQuail (Mass Communication Theories, 4th Edition, 2000) sebagai filter atau gatekeeper. Jadi, media memilihkan khalayak tentang apa-apa yang pantas diketahui dan mendapat atensi publik, dengan patokan bedasarkan subjektifitas pengelola media tersebut.

Senyampang itu terjadi, khususnya di negara berpenduduk muslim mayoritas seperti Indonesia dan Malaysia, problem seputar Islam selalu menarik untuk didiskusikan. Pasalnya, belakangan ini Islam tidak hanya menjadi urusan domestik pemeluknya. Namun seakan telah terkomodifikasi dengan aneka macam distorsi. Sehingga muncul istilah ekonomi syariah, sementara bank-bank yang menamakan diri syariah banyak pula yang masih menyusu pada bank konvensional.

Juga ada istilah politik Islam, sementara mereka yang mengklaim sebagai politisi atau pegiat politik Islam justru menampakkan ujaran kebencian, ghibah, bahkan fitnah pada lawan politik. Termasuk, istilah musik religi jelang Ramadan, padahal sebagian musisinya mungkin saja masih sering ke diskotek, minum bir, menghisap ganja, dan gonta-ganti pacar.

Bahasan tentang jurnalisme dan media massa, yang terkoneksi nilai-nilai keislaman dengan kekayaan corak dan sudut pandang, menarik perhatian seorang peneliti asal Amerika Serikat bernama Prof. Janet Steele. Akademisi dari Universitas Goerge Washington itu melakukan pengamatan di sejumlah kantor berita yang ada di Indonesia maupun Malaysia. Juga, mewawancarai sejumlah responden atau jurnalis yang beragama Islam di dua Negara itu kemudian merangkum semua yang didapatkannya dalam Mediating Islam, Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim Asia Tenggara. Buku ini merupakan terjemahan dari versi berbahasa Inggris yang sudah lebih dulu terpublikasi di Singapura dan Amerika Serikat.

Perusahaan media yang dijadikan jujukan penelitiannya di Indonesia antara lain Republika yang mengambil segmen utama kaum muslimin, Tempo yang mengusung semangat pluralisme progresif, serta Sabili yang gencar memberitakan dakwah dan dianggap sebagian kalangan keras dalam beragama. Sedangkan perusahaan media dari Malaysia antara lain, Harakah yang memiliki wartawan dengan afiliasi partai politik Islam, serta Malaysiakini yang dikenal sebagai media independen oposisi.

Salah satu temuan perempuan yang meraih gelar Doktor dari Universitas Johns Hopkins ini, seperti yang diungkapkannya dalam bedah bukunya di Jakarta Maret lalu, adalah kenyataan bahwa sejumlah wartawan tidak hanya menganggap pekerjaan sebagai tanggungjawab sosial. Melainkan pula, tanggungjawab spiritual yang berkaitan dengan ibadah pada Tuhan.

Meski bila berkaca pada kenyataan dewasa ini, idealisme semacam itu rentan untuk ditunggangi aneka kepentingan. Bisa jadi, kepentingan dari owner atau pemilik modal, untuk mendapat pengaruh di aspek ekonomi, bisnis, maupun politik. Terlebih, tak sedikit perusahaan media massa di Indonesia yang memiliki bos merangkap ketua partai.

Riset yang dilakukan Steele ini menjadi begitu memikat karena dia menarik kesimpulan, apa yang dilakukan wartawan muslim, baik di Indonesia maupun Malaysia, dalam mengawal pengungkapan kasus kejahatan, termasuk korupsi, mirip dengan falsafah jurnalisme anjing penjaga yang ada di Barat. Meski bisa jadi, strategi yang ditempuh bakal berbeda.

Sejarah modern di Indonesia maupun Malaysia membuktikan, keadilan, kebebasan, dan demokrasi yang sehat tidak akan terwujud tanpa media yang independen. Steele menegaskan, dalam beberapa hal, Islam memang memiliki batasan-batasan selayaknya agama-agama lain di muka bumi. Walau begitu, tak ada yang bisa membantah bahwa nilai-nilai moral keislaman sudah menginspirasi ranah jurnalistik dan wawasan para wartawan di Asia Tenggara (halaman 245).

Pada bagian lain, mesti diakui pula, eksistensi pemberitaan dari kantor media telah memiliki pesaing kuat dalam kaitan penyebaran informasi. Era new media yang tercipta berkat kelahiran internet, sudah memunculkan sarana interaksi berbentuk media sosial dengan beragam jenis paltform.</p>

Dalam pengantar Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi (2011), Elvinaro Ardianto mengungkapkan, media sosial memiliki kekuatan sosial yang sanggup memengaruhi opini publik di masyarakat. Penggalangan dukungan atau gerakan massa bisa terbentuk karena isu yang dipanasi di dalam media sosial. Artinya, karakter media sosial, memiliki kemiripan dengan produk pers yang punya kemampuan memengaruhi komunitas masyarakat dan menjaga keseimbangan dalam sebuah negara.

Sementara itu, di media sosial akhir-akhir ini, konten tentang superioritas Islam, tudingan kebobrokan umat Islam golongan tertentu, dan kabar baik atau buruk tentang Islam yang dimuat seobjektif serta seprogresif mungkin, sudah menjadi santapan rutin pembaca linimasa: disukai, dikomentari, dibagikan, dihapus, disumpahserapahi atau malah dijadikan alat menikam ritual kawan sendiri. (*)

*Resensi ini telah dimuat di harian Duta Masyarakat, 22 September 2018. Rio F. Rachman, Dosen Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Koordinator Divkominfo Mata Garuda

Bersaing di Era Jurnalisme Daring | Review Buku

Dalam hal informasi, kecenderungan masyarakat mulai bergeser dari media konvensional ke media online. Perubahan tersebut kemudian membawa konsekuensi pada praktik jurnalisme yang berkembang. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak luar biasa bagi seluruh aspek kehidupan. Dalam hal informasi, kecenderungan masyarakat mulai bergeser dari media konvensional ke media online. Perubahan tersebut kemudian membawa konsekuensi pada praktik jurnalisme yang berkembang. Di buku ini, Wendratama memaparkan pelbagai hal penting seputar jurnalisme online.

Pengajar Jurnalisme Online di Departemen Ilmu Komunikasi UGM ini memaparkan dengan cukup lengkap, baik yang bersifat konseptual sampai petunjuk praktis tentang hal-hal yang berkaitan dengan jurnalisme online. Menurutnya, perkembangan jumlah media daring talah menciptakan persaingan sangat ketat. Sebab, rentang perhatian khalayak terhadap konten internet semakin pendek. Riset Microsoft menunjukkan, rentan perhatian khalayak internet saat mengonsumsi sebuah laman daring rata-rata hanya 8 detik (2015), turun dari 12 detik pada tahun 2010.

Persaingan merebut perhatian khalayak tersebut juga dianggap ikut menurunkan kualitas jurnalisme daring. Sebab, media harus mengejar jumlah klik dan kecepatan menerbitkan berita. Namun, ada sisi positif dari persaingan tersebut. Yakni, beragam inovasi muncul seiring dengan tantangan yang dinamis. Hampir setiap hari, berbagai pubikasi terkait jurnalisme digital seperti Nieman Lab dan Poynter Institute menerbitkan bermacam cara dan eksperimen yang dilakukan media pers dalam memanfaatkan internet, mulai dari ragam konten hingga model bisnis,tulis Wendratama (hlm 4).

Di samping dari segi tampilan medianya, perkembangan tersebut juga menuntut jurnalis memiliki kecakapan khusus yang berbeda dengan era media cetak. Pertama, jurnalis online harus mampu menggunakan pelbagai alat mulitimedia. Kedua, secara umum, teks media daring lebih ringkas daripada media cetak, tetapi lebih panjang daripada radio dan televisi. Untuk itu, kemampuan menulis secara efisien menjadi penting. Ketiga, jurnalis harus bekerja lebih cepat, meski kecepatan bukan segalanya. Efisiensi, kepraktisan, dan kecepatan menjadi kunci media online.

Setelah memberi gambaran perkembangan media online, penulis mulai mengulas dasar-dasar jurnalisme dan kaitannya dengan jurnalisme online. Di sini, dipaparkan tentang cara menulis berita atau liputan dengan bahasa efisien dan sesuai kaidah, kecakapan menyunting, merangkum, dan disertai contoh-contoh dan latihan yang dibuat untuk memudahkan pemahaman pembaca.

Kita diajak melangkah ke materi tentang bagaimana menampilkan hasil liputan, terutama di media daring. Terkait liputan, penulis memaparkan tiga jenis liputan jurnalistik. Yakni liputan pendek, liputan langsung, dan liputan panjang. Pemaparan poin-poin dari setiap jenis liputan banyak disertai referensi dari media-media online ternama seperti Time, CNN, BBC.com, hingga theguardian.com.

Misalnya, dalam hal menulis lead, yang menjadi kunci liputan pendek, ditunjukkan contoh gaya yang sangat padat dalam merangkum dan tiap alinea hampir selalu tersusun atas satu kalimat saja. Ketika memberi contoh liputan langsung yang menarik, disuguhkan gaya tampilan Guardian.com. Tanda liputan langsung yang berkedip-kedip di pojok kiri atas artikel menunjukkan nilai kebaruan yang kuat, yang bisa bersaing dengan televisi dalam menyajikan liputan langsung, terangnya (hlm 70-71).

Penulis juga menerangkan penggunaan pelbagai alat mulitimedia yang tak terpisahkan dengan jurnalisme online, baik itu berupa teks, foto, slideshow, video, timeline, infografik, animasi, tautan, dll. Misalnya, terkait teks di media online, gaya tulisan percakapan yang santai biasanya banyak digunakan untuk menghibur khalayak daring. Biasanya, tulisan yang santai digunakan sebagai pengantar akun media sosial milik situs berita sebagai promosi. Meski menggunakan bahasa santai, setiap ungkapan harus bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai promosi di medsos ataupun judul berita menjadi clickbait yang menipu khalayak, tegas Wendratama (hlm 79).

Buku ini juga memberi perhatian khusus terkait media sosial. Medsos menyediakan banyak sumber berita bagi jurnalis online. Bahkan, menggunakan medsos dan laporan warga sebagai sumber cerita merupakan keniscayaan bagi jurnalisme onlline. Konten non-liputan jurnalis ini bentuknya bisa beragam, mulai kicauan di Twitter, foto atau meme di Instagram, status di Facebook, atau infografik di Tumblr. Konten di medsos menyimpan sumber berita melimpah dan tinggal bagaimana pengelolaan dan penyajiannya menjadi berita yang menarik bagi khalayak internet.

Akhirnya, buku yang dikemas dengan bahasa ringan dan sistematis ini merupakan panduan yang cocok bagi siapa pun sebelum mendalami jurnalisme online. Bahasan yang lengkap, mulai prinsip-prinsip dan etika mendasar penulisan berita, karakter media dan jurnalisme online, pemanfaatan beragam alat mulitimedia, sampai gambaran bisnis media online terkini merupakan pengetahuan mendasar yang bisa menjadi pijakan awal untuk mendalami jurnalisme di era digital sekarang.

 

*Resensi ini telah dimuat di Radar Mojokerto, 22 April 2018. Al-Mahfud

© Copyright - Bentang Pustaka