Baper Dengan 6 Kutipan Dalam Serial #Untukkamu

Bagaimana rasanya telah jatuh cinta kepada seseorang, tapi berada di waktu yang salah? Atau, jika sudah di waktu yang tepat, eh malah orangnya yang kurang tepat? Rasanya segala hal bisa dibawa baper atau bawa perasaan. Dibahas sedikit baper. Dicolek sedikit makin baper. Jika kamu pernah berada pada dua kondisi itu, yuk merapat!

Perkara hati memang bukan hal yang mudah. Bahkan untuk membuatnya berlabuh, kita tidak bisa mengatur dengan siapa dan kapan waktunya. Seolah-olah hati memiliki kendali kepada siapa ia akan jatuh. Dan sebagai pemilik hati, baru deh, kita yang menentukan akan bertahan atau berhenti pada perasaan tersebut. Sayangnya, tidak semua orang mudah memilih di kedua pilihan itu.

Novel Serial #Untukkamu, Siap Menjadi Teman Jatuh dan Patah Hatimu

Ada tiga novel yang bisa kamu pilih sesuai dengan apa yang sedang dialami. Ada Teman karya Ainur Rahmah, Kita karya Innayah Putri, dan Jeda karya Bayu Permana. Ketiga novel ini mengandung kutipan-kutipan manis dan bisa bikin galau, sehingga dapat mewakili perasaan jatuh dan patah hatimu. Ditambah ada alur cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang akan menempatkan kamu (read: pembaca) sebagai pemeran utama.

Meskipun terbilang galau, ketiga novel ini tidak akan membuatmu semakin menangis sesenggukan di pojokan kamar. Justru akan hadir rasa lega karena perasaan kusutmu telah terwakilkan. Penasaran seperti apa kutipan-kutipan yang ada dalam ketiga novel tersebut? Check it out!

  1. Untuk yang jatuh hati pada orang yang tidak pernah peka.

Sebuah tragedi.

Ketika kamu menaruh hati, pada seseorang yang tidak pernah menyadari.

Teman – Ainur Rahmah

Tragedi adalah suatu peristiwa yang menyedihkan. Bahkan dikenal dengan bencana, atau petaka. Bagaimana tidak disebut peristiwa yang menyedihkan, jika situasinya kamu jatuh hati tapi justru dengan orang yang sama sekali tidak menyadari atau peduli? Itu hati atau ucapan dari Mas/Mbak Kasir supermarket yang selalu mengucapkan ‘selamat pagi’?

  1. Hal simple yang membuat bahagia.

Yang senyum kamu.

Yang bahagia aku, selucu itu.

Teman – Ainur Rahmah

Ketika hati yang bergerak terkadang logika tidak bisa bertindak. Ada banyak hal-hal yang tidak masuk akal, tapi ketika hati yang berbicara justru menjadi hal yang normal. Hal kecil seperti senyum, rambut, warna mata, pakaian yang sering dikenakan, hingga kebiasaan yang tidak disadari justru menjadi perhatian utama orang yang sedang jatuh cinta dan membuat semakin baper. Mau menghindar, tapi justru dia yang ada di kepala dan terus berputar-putar.

  1. Galau di antara dua pilihan.

Aku berada di saat;

terlalu sakit untuk bertahan, tapi terlalu sulit untuk melepaskan.

Kita – Innayah Putri

Kalau kata Kunto Aji dalam salah satu lagunya, “Relakanlah yang tak seharusnya untukmu.” Seharusnya seperti itu. Ketika kita merasa apa yang ada dalam hidup, tidak seharusnya untuk kita, misalnya hal itu membuat kita lupa arti bahagia dan justru menangis terus-menerus. Kita memiliki hak untuk melepaskan hal tersebut.

Tapi, bagaimana jika hal yang akan dilepaskan adalah yang paling sulit dilakukan?

  1. Hati bukan bahan untuk bercanda.

Menyenangkan bukan menjadikan hati orang lain sebagai bahan bercandaan?

Kita – Innayah Putri

Sebenarnya pertanyaan itu adalah pertanyaan skeptis. Pertanyaan yang ditujukan dengan perasaan sinis. Bukankah kita sudah tahu bahwa hati bukanlah bahan atau objek bercanda? Bahkan, ada salah satu kutipan atau nasihat yang meminta kita untuk berhati-hati dengan yang namanya hati.

Hanya saja, sering kali kita menemui banyak peristiwa orang yang kehilangan semangat hidup karena persoalan hati (amit-amit, deh). Sementara pelaku seolah bodo amat dengan apa yang telah diperbuatnya.

  1. Berlaku sewajarnya agar tidak terlalu kehilangan.

Berharap seperlunya, agar tidak terlalu kecewa.

Memahami apa yang kita punya dan memaknainya.

Agar tidak kehilangan segalanya.

Jeda – Bayu Permana

Perlakuan dan sikap yang berlebihan memang tidak pernah berakhir baik. Seperti makan cokelat manis terus-menerus akan membuat lidah terasa pahit. Begitupun perasaan. Kita harus pintar memahami dan memaknai apa yang sedang kita rasakan, sehingga kita bisa mengatur kadar perasaan. Agar tidak berlebihan dan membuat kita hilang kendali.

Lalu jika kendali saja sudah hilang, ya siap-siap aja deh kehilangan segalanya.

  1. Kutipan di setiap harinya.

Rabu.

Segenap hati menggebu.

Berharap dalam pelukmu, aku lebih dari mampu,

untuk terus melaju bersama kamu dan waktu.

Jeda – Bayu Permana

Kamu butuh kutipan seperti ini di hari apa? Senin, Selasa, atau Rabu? Setiap hari memiliki kisah dan kutipan yang manis dan bikin baper. Sehingga kamu bisa memilih hari apa yang sesuai dengan kondisi hatimu.

Misalnya pada kutipan di atas, di harI Rabu, tokoh utama merasa optimis untuk bisa bersama dengan orang yang ia sayangi. Perasaan yang menggebu-gebu sudah tidak bisa dipendam lagi. Baginya, berada dalam pelukan orang yang ia sayangi, rasanya sudah pantas ia miliki.

Teman, Kita, dan Jeda: Perwakilan Setiap Hati yang Gelisah

Meskipun memiliki garis besar permasalahan seputar hati yang resah dan gelisah, ketiga novel ini memiliki kisah yang berbeda-beda dan tentunya dengan alur yang berbeda pula.

Teman karya Ainur Rahmah bercerita tentang teman yang terlampau nyaman, hingga akhirnya timbul perasaan, atau nama beken-nya friendzone. Salah satu hal yang sering terjadi sehingga kita mudah relate karena sering dijumpai. Walau begitu, tetap saja banyak korban berguguran karena terjebak dalam status tersebut.

Kita karya Innayah Putri menceritakan pasangan yang sudah bersama sejak lama, tetapi berada dalam hubungan yang masih abu-abu. Telah menjalani hubungan layaknya kekasih, tetapi selalu ada perasaan ragu-ragu yang menghantui. Sampai akhirnya ada satu pertanyaan yang timbul, kita ini sebenarnya apa?

Jeda karya Bayu Permana berkisah tentang seseorang yang jatuh hati dengan kekasih sahabatnya. Alih-alih merebutnya seperti orang ketiga, tokoh utama lebih memilih untuk memendam dan berusaha tetap mencintai tanpa harus menyakiti sahabatnya.

(Justika Imaniar Hijri)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta