Tag Archive for: Guru Aini

rekomendasi novel masa pandemi

Cita-Cita Mengalahkan Segalanya

Manusia, mana mungkin dapat berteman dengan kengerian. Mana mungkin tidak menghadapi ketakutan. Dan mana mungkin luput dari hidup dianggap beban. Apalagi beban pendidikan. Namun fakta tak berucap demikian. Membela—karena pintar bukan peniiaian lewat satu sisi. Bukan kenamaan yang terlihat lewat sekelebat. Sisi lain perlu dikaji.

***

Kisah ini tentang manusia dan lingkaran ilmu pasti, bernama matematika. Hantu di ruang kelas pendidikan yang menawarkan kengerian bagi beberapa orang tak suka. Formula-formula yang menakutkan bisa jadi muncul lebih dari satu kali dalam hitungan saban minggu. Ini tampaknya  cukup menggambarkan kisah-kisah dalam buku Guru Aini ini. Kisah-kisah lintas generasi dengan menyuguhkan seputar ilmu matematika lewat cerita menggelitik.

Ciri khas yang selalu disuguhkan oleh Andrea Hirata adalah kisah-kisah jenaka dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kisah sederhana dan penyampaian fakta-fakta menyentuh pada setiap kehidupan apalagi para murid yang masih duduk di bangku sekolah. Belum lagi diksi-diksi yang cukup menarik menjadikan pembaca seolah mendapat hiburan (cukup berkomedi).

Kisah di novel ini dimulai dari anak yang bercita-cita mulia menjadi guru matematika. Terinspirasi dari guru matematikanya saat SMA. Maka, ia pun melanjutkan studinya di program guru matematika. Tidak hanya itu, alasannya menjadi guru matematika salah satunya adalah melihat kelangkaan guru matematika di Indonesia.

Desi Istiqomah, istiqomah sesuai dengan idealismenya. Sejak cita-cita itu muncul dan kuliah di sebuah perguruan tinggi, maka nantinya ia harus bersedia ditempatkan dimanapun bahkan pelosok negeri yang menjadi prioritas akibat kelangkaan guru matematika.

Setelah lulus dari perguruan tinggi beserta ilmunya yang tidak dapat diragukan lagi. Tibalah dimana Desi harus menerima kenyataan ditempatkan di sebuah daerah bahkan namanya saja tidak dapat ditemui di dalam peta. Namun semua itu tidak  menyurutkan langkahnya akan cita-cita menjadi guru matematika. Penggambaran perjalanan Desi cukup berhasil membuat pembaca yakin bahwa sulit meraih daerah paling pelosok itu.

Tidak berhenti di situ, tantangan hidupnya seolah telah terdaftar rapi setelah ia sampai dan mengajar salah satu sekolah di Kampung Ketumbi. Misinya adalah menemukan siswa jenius matematika. Nantinya ia akan mengajari, mendidik bahkan mengikutkannya dalam sebuah lomba. Pada akhirnya, Ibu Desi menemukan siswa dalam misinya walaupun tak memberikan akhir kebahagiaan. Debut Awaludin, siswa jenius matematika. Diikuti Rombongan sembilan yang bertolak belakang membuang matematika.

Pada kisah ini pula, Bu Desi seolah diuji nurani keguruannya. Debut menolak untuk dididiknya. Menolak untuk menjadi kian lebih pintar. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan. Itu semua berhasil memuncakkan kekecewaan Bu Desi. Setelah kejadian yang tidak mengenakkan ini, bukan malah surut idealismenya. Tapi semakin mantap untuk kian mencari, lebih-lebih atas keyakinan dirinya ini.

Dalam kurun waktu yang lama itu, ia malah menjadi guru yang sangat disegani karena kegalakannya dan yang paling diingat murid-murid di Kampung Ketumbi. Di saat kegalakannya kepada murid semakin banyak dikenal, bukan menemui siswa jenius matematika. Tapi didatangi bencana intelektualitas yang lebih menguji lagi hidupnya sebagai guru.

Nuraini datang dengan beban terberat: tidak menyukai matematika. Namun Aini seolah otomatis melangkah demi Ayahnya yang sakit keras. Dengan menjadi dokter untuk menyembuhkan ayahnya maka  ia harus pintar matematika dengan belajar langsung kepada pakarnya. Pilihan berat jatuh kepada Bu Desi yang bahkan saat pertama masuk ke sekolah, Aini doakan tolak bala’ agar tidak mengajar matematika dikelasnya. Dan itulah Aini menganalogikan dirinya saat itu.

Ketidaksukaan Aini kepada matematika telah dengan sempurna dikalahkan oleh cita-cita. Langkahnya secara yakin mengarahkan dirinya kepada Bu Desi. Walau harus dengan tertatih belajar. Dan selama itu masih sering muncul keputusasaan. Bahkan ketika berbagai cara telah Bu Desi jejali untuk menjauhkan Aini dari kegelapan akan matematika. Akankah Aini mampu keluar dari kegelapan itu? Dan untuk para pembaca, novel Pak Cik Andrea Hirata senantiasa menanti kalian.

 

 

Fatmawati, anggota ekskul KIR-literasi “Sabha Pena” dan kru Majalah Pendidikan “Al-Mashalih” MAN Bondowoso

*Pernah dipublikasikan di koran Bharata edisi 26 Juli 2020

rekomendasi novel masa pandemi

Memijarkan Semangat Melalui Rekomendasi Novel Masa Pandemi

Masa pandemi bikin kamu males baca rekomendasi novel? Di musim wabah ini, yang demikian menguras energi, terutama pikiran kita akan keselamatan diri dan keluarga, jangan sampai kita terjebak paranoid massal. Salah satu penawarnya, terutama bagi saya, ya membaca karya sastra. Lantunan kata indah, pulasan kalimat memukai, dalam balutan fiksi, sejenak membawa benak kita pada realitas lain. Pada bayangan lain yang umumnya bercerita keindahan kenyataan, sekaligus di sisi lain menyetuh hati.

Rekomendasi Novel Masa Pandemi Untukmu

Itu pula yang coba ditawarkan novelis asal Belitung, Andrea Hirata, dalam novel ke-10 nya. Dalam 300 lembar lebih halaman buku ini, berfokus pada dua orang: Nuraini binti Syafrudin atau Aini (seorang murid SMA) beserta guru matematika-nya, Desi Istiqomah.

Aini dilakonkan sebagai anak paling bebal dalam pelajaran matematika. Sejak SD, sakit perutnya kambuh jika ada pelajaran tersebut. Kebiasaan yang entah kenapa bisa diturunkan dari ibunya Aini, Dinah, dulu sewaktu masih sekolah. ”Kalau ada pemilihan putri paling tak becus matematika tingkat Provinsi Sumatera Selatan, lekas kudaftarkan kau, Dinah!” kata gurunya tersebut.

Akan tetapi, kisah berubah ketika ayah Aini jatuh sakit dan ia tak naik kelas karena absen 7 bulan untuk menjaga ayahnya. Sang tabib bilang kepada Aini kalau penyakit ayahnya ini hanya bisa disembuhkan pengobatan modern. Sejak itu, Aini ingin menjadi dokter.

Masalahnya, agar jadi dokter, tentu harus menaklukkan matematika agar bisa kuliah di fakultas kedokteran. Untuk itu, sekalipun berhadapan dengan guru super killer, ia harus berhadapan Bu Desi, guru terbaik matematika di Pulau Belantik tersebut.

Guru Aini: Guru Matematika yang Idealis

rekomendasi novel masa pandemiSeorang guru matematika yang terkenal idealis. “Tanpa idealisme, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan,” kata Bu Guru, selalu, di muka kelas. Selain galak, terkenal esentrik karena hobi baca Novel berbahasa Latin serta punya nazar relatif aneh.

Guru Desi tidak akan pernah mengganti sepatu pemberian ayahnya yang sudah dipakai sejak pertama kali pergi ke tempat terpencil itu, sampai ia menemukan murid yang pintar matematika. Di sinilah cerita guru eksentrik dan murid bebal terjalin menarik.

Akankah Aini berhasil menaklukkan matematika, sekaligus membuatnya masuk Fakultas Kedokteran demi cinta pada ayahnya? Seluruh jawab pertanyaan ini digambarkan Andrea dengan gaya khas tulisannya-nya selama ini: Runtun menggambarkan, penuh kejutan dari sisi plot, diselipi humor cerdas, sesekali ilmiah, dan seluruhnya khas Melayu.

Andrea seolah “sadar” untuk kembali pada kisah andalannya yakni perjuangan merebut mimpi dari segala lemah keterbatasan. Setelah pada novel ke-9, Orang-Orang Biasa, memunculkan kisah konspirasi pembobolan bank oleh amatir yang lucunya bisa berhasil –dan terkait kisah Aini di novel sekarang. Sebuah genre baru, yang sekalipun gayanya tetap khas Melayu, namun bukan masuk kategori “Andrea banget”. Penasaran bagaimana kisah dari Guru Aini? Dapatkan di sini. Kamu juga bisa dapatkan Guru Aini di Mizanstore.com.

Guru Aini mengobarkan semangat berpijar agar semua kita berani bergerak melampaui keterbatasan. Semuanya mungkin selama tekad tercanangkan dan dijaga betul. Sebuah novel yang menarik dibaca pada periode penuh tantangan dan gejolak pada spirit kita.

Muhammad Sufyan Abdurrahman, Dosen Digital PR FKB Telkom University

*Pernah dipublikasikan di Tribun Jabar 29 Maret 2020

stres

Ketika Tokoh Novel Menghadapi Stres

Stres. Sejak dulu hingga sekarang, stres itu merupakan bagian dari peradaban. Bahkan bukan hanya manusia yang stres, hewan dan tumbuhan pun bisa. Menurut cerita para peternak ayam, suara jalanan yang sangat ramai bisa membuat ayam-ayam itu berhenti bertelur karena stres. Cerita lain dari seorang kawan yang merupakan pembuat roti dengan ragi alami, bahkan ragi pun enggan makan sehingga hasil rotinya pun kurang maksimal.

Stres sendiri pada dasarnya merupakan mekanisme alami tubuh saat sedang bersiap menghadapi bahaya atau ketidaknyamanan. Pada saat itu, tubuh mengeluarkan hormon kortisol yang berfungsi mengatur gula darah untuk diubah menjadi energi. Energi inilah yang nantinya akan digunakan untuk menghadapi masalah yang muncul. Namun, terlalu banyak kortisol di dalam tubuh juga mendatangkan masalah, misalnya kenaikan berat badan, naiknya tekanan darah, osteoporosis, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kita perlu mengelola stres yang kita hadapi.

Tokoh-tokoh dalam novel juga selalu menghadapi tekanan. Tekanan-tekanan itu kemudian juga menjadi salah satu penggerak alur, atau bisa juga sekadar menjadi latar cerita. Yuk, kita simak bagaimana tokoh dalam novel-novel Andrea Hirata mengatasi stresnya.

 

Memelihara Binatang

Saat Bu Desi, tokoh dalam novel Guru Aini, kali pertama tiba di tempatnya bertugas, Ketumbi, warga desa yang antusias sekaligus iba terhadap anak gadis yang jauh dari perantauan berbondong-bondong menyumbangkan perkakas dan kebutuhan sehari-hari seperti dipan, sayuran, baskom, bangku, hingga beberapa ekor ayam. Namun, Bu Desi yang minimalis hanya mengambil sedikit barang karena menurut buku manual menjadi pengajar matematika yang dibawanya, seorang guru matematika sebaiknya memiliki hewan peliharaan supaya tidak stres. Wajar jika profesi guru matematika penuh tekanan. Matematika menjadi momok di sekolah-sekolah sejak dulu sampai sekarang. Bagi sebagian murid, angka-angka itu seperti makhluk asing dari planet lain, apalagi jika disandingkan dengan simbol-simbol lengkung yang bernama integral, derivasi, logaritma, trigonometri, dan sejenisnya. Padahal, para guru matematika juga dikejar tuntutan kurikulum dan standar nilai yang berlaku. Jadi, untuk menghindari stres, bisa kita tiru cara Bu Desi ini, yaitu memelihara binatang.

 

Berbagi Solidaritas Bersama Kawan Senasib

Pepatah mengatakan, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.” Kesulitan apa pun akan lebih ringan jika dibagi bersama. Salud, salah satu tokoh dalam novel Orang-Orang Biasa, adalah sosok remaja yang selalu di-bully di sekolah karena keadaan fisiknya. Menjadi anak-anak yang terpinggirkan karena faktor prestasi di sekolah ataupun fisik bukanlah hal yang mudah. Meskipun demikian, dia bisa bertahan karena di deret bangku belakang kelas ada anak-anak lain yang bernasib serupa. Ya, memang hanya kawan senasib yang bisa memahaminya. Terlebih lagi, Tohirin, teman sebangkunya. Kehadiran Tohirin membuat Salud merasa tidak sendiri saat menghadapi dua geng perundung di sekolahnya, yaitu Trio Bastardin dan Duo Boron. Tak heran jika Salud menuliskan kalimat indah ini di buku matematikanya: Dalam keadaan apa pun, berdua tetap lebih baik.

 

Minum Kopi di Warung Kopi

Banyak orang meyakini bahwa kopi mampu meredakan stres. Harumnya aroma kopi hangat mampu menimbulkan perasaan rileks sehingga perasaan tertekan dan kesedihan yang mendera akan menguap bersama pekatnya kopi. Novel-novel Andrea Hirata tidak pernah lepas dari kopi. Warung kopi bertaburan di jalanan Belitong, dari Warung Kopi Maryati Kawin Lagi, Warung Kopi Kupi Kuli, hingga Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi dan Warung Kopi Keluarga Besar Penggemar Shah Rukh Khan Kehidupan. Bahkan dalam Buku Besar Peminum Kopi, Ikal sempat mencatat penilaiannya terhadap karakter pengunjung warung kopi. Baginya, dan juga orang Melayu lainnya, “Kopi bukanlah sekadar air gula berwarna hitam, tapi 12 teguk kisah hidup. Bubuk hitam yang larut disiram air mendidih pelan-pelan menguapkan harapan, kekecewaan, dan rahasia nasib.”

Di kedai kopi itulah mereka saling bertukar cerita. Membahas pahitnya nasib, dan memperbincangkan indahnya kehidupan.

 

Mentertawakan Nasib

Dalam novel-novel Andrea Hirata, banyak sekali kisah yang menampilkan keadaan menekan. Namun, tokoh-tokoh di dalam novel Pak Cik ini selalu tampak mampu mentertawakan kesulitannya. Pada dasarnya ketika seseorang mampu mentertawakan masalah atau nasib pahit yang sedang dihadapinya, pada saat itulah dia sedang mengembangkan kemampuannya memandang hidupnya dari perspektif berbeda. Dia sedang mencoba menerima keadaan dan berdamai dengannya.

 

Pemicu stres bisa berupa apa saja dan datang kapan saja. Kita tidak bisa menghindarinya. Meskipun demikian, kita masih mempunyai pilihan cara dalam menghadapinya. Andrea Hirata sudah menunjukkan beberapa cara lewat novel-novelnya. Kalau kamu, apa saranmu untuk mengatasi stres?

Guru Aini

Pelajar Sejati dalam Diri Kita

Selama masa isolasi diri ini semua anak menghabiskan waktu belajar di rumah, tentu saja bersama saya yang juga bekerja dari rumah atau work from home. Setiap hari guru mereka menitipkan tugas-tugas melalui grup di aplikasi percakapan WhatsApp, sesuai dengan jadwal pelajaran. Biasanya tugas tersebut berupa bahan bacaan yang diikuti latihan.

Bagi saya, hal ini memperlihatkan betul bagaimana profesi guru membutuhkan sebuah keahlian khusus yang tidak sembarangan orang mampu menguasainya. Contohnya, ketika anak saya mendapat tugas mempelajari luas bangun datar. Tidak mudah mengajari konsepnya.

Ya, menguasai materi bukan berarti mampu mengajarkannya kepada orang lain. Setiap orang memiliki alam pikirnya sendiri. Cara menyerap sebuah informasi, apalagi pengetahuan baru, pastilah berbeda. Para ahli bahkan membedakannya menjadi beberapa tipe, antara lain audio, visual, dan kinestetik. Ketika seseorang tidak bisa memahami sebuah materi dengan cara membaca, bisa jadi dia lebih paham jika menyanyikannya atau malah mendiskusikannya.

Mengajar satu anak saja terkadang sudah cukup untuk merenggut kesabaran saya. Lantas saya membayangkan para guru yang harus menghadapi puluhan anak dengan beban kurikulum di pundak mereka. Dalam waktu yang sangat terbatas pula. Sudah barang tentu, itu bukan perkara mudah.

Kebetulan belum lama ini saya menyunting naskah Guru Aini, yang ditulis oleh Andrea Hirata. Guru Aini berkisah tentang Bu Desi, yang sangat mencintai matematika dan memiliki obsesi menemukan murid genius di daerah terpencil, jauh dari sentuhan teknologi dan kilau kota besar. Dia bahkan rela menempuh perjalanan berhari-hari demi mengejar idealismenya menjadi guru Matematika di daerah pelosok.

Pertemuannya dengan Aini, siswanya di SMA yang nilai matematikanya bak bilangan biner komputer, 1 0 1 0, membuatnya merasa tertantang. Dia pernah menemukan seorang murid genius, tetapi anak itu justru menyia-nyiakan kecerdasannya sehingga Bu Desi pun patah hati.

Dengan Aini, Bu Desi yang telah patah hati semakin tertekan. Nilai Aini yang selalu menempati peringkat bawah sepertinya tidak menyisakan harapan sedikit pun. Namun, Aini memiliki semangat yang berbeda. Dia tidak kenal menyerah. Impiannya hanya 1, menguasai matematika agar dia bisa masuk sekolah kedokteran. Maka dimulailah cerita dua orang keras kepala ini.

Kisah Guru Aini sangat jamak terjadi di sekitar kita. Anak-anak seperti Aini yang memiliki kemauan tinggi untuk belajar. Orang-orang seperti Bu Desi yang selalu punya banyak cara untuk membuka cahaya ilmu pengetahuan. Hanya saja, tidak selalu orang-orang macam itu saling bertemu. Yang lebih sering terjadi adalah pembelajar dengan rasa ingin tahu tinggi bertemu pengajar yang kurang bersemangat. Atau, pengajar yang penuh dedikasi dan pengabdian, bertemu dengan siswa yang malas-malasan. Situasi-situasi itu kerap berakhir mematahkan semangat, seperti yang pernah dialami Bu Desi.

Meskipun demikian, ada di posisi mana pun, kita tidak seharusnya patah semangat. Seperti halnya Aini yang belajar keras mengejar impiannya, tak peduli dengan kondisinya saat itu. Atau, Bu Desi, yang setengah mati belajar menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan matematika kepada Aini. Seharusnya kita bisa meniru semangat belajar itu. Semangat belajar yang diterjemahkan menjadi persistensi dan berbuah kreativitas dalam mencari jalan mencapai tujuan.

Bagaimanapun, selamanya manusia akan menjadi makhluk belajar untuk bisa bertahan hidup. Situasi-situasi tidak mengenakkan kerap singgah dalam hidup. Misalnya, bertahan untuk tetap di rumah saja dalam situasi wabah pandemi COVID-19 jelas tidak mudah. Godaan untuk tamasya ke luar rumah, wisata kuliner, bolak-balik ke warung di pertigaan jalan untuk beli kebutuhan dapur, atau sekadar ngobrol dengan teman di kafe pun terpaksa dikurangi atau bahkan ditunda. Namun, mau tidak mau kita harus belajar beradaptasi dengan situasi ini. Seperti halnya Bu Desi dan Aini yang terus belajar beradaptasi dengan situasi tidak bersahabat untuk mempertahankan tujuannya, semangat ini pula yang harus kita tumbuhkan dalam diri, terutama dalam era wabah ini, bentuk sederhananya adalah semangat mempelajari cara yang menyenangkan untuk mengajar anak-anak selama masa belajar di rumah.

Bacalah Guru Aini, Anda akan menemukan pijar semangat yang mencerahkan tentang pelajar sejati. Siapa yang ingin belajar tak bisa diusir.

launching karya andrea hirata

Guru Aini, Maryamah Karpov Kedua Andrea Hirata

[Review Buku] Membaca buku ini membuat pikiran saya melayang di suatu masa ketika guru matematika itu melempari saya dengan sebatang kapur. Di saat ia dengan serius menjelaskan rangkaian angka-angka, saya malah asyik makan kuaci bunga matahari di dalam kelas.

Guru Aini adalah prekuel dari novel Andrea Hirata: Orang-Orang Biasa. Prekuel itu awalan dari cerita sebelumnya. Novel Guru Aini sejenis novel from zero to hero. Dulu Andrea pernah menulis semacam ini ketika membuat novel Maryamah Karpov. Kali ini palagan itu bukan catur, melainkan matematika, ibu segala ilmu, piston yang menggerakkan seluruh mekanika kepandaian.

Guru Matematika yang Idealis

Nuraini binti Syafrudin atau Aini biasa ia dipanggil adalah tokoh novel ini yang paling bebal dalam pelajaran matematika. Sejak SD sakit perutnya kambuh kalau ada pelajaran itu. Sebuah kebiasaan yang entah kenapa bisa diturunkan dari ibunya Aini, Dinah, dulu sewaktu masih sekolah. ”Kalau ada pemilihan putri paling tak becus matematika tingkat Provinsi Sumatera Selatan, lekas kudaftarkan kau, Dinah!” kata Guru Matematika Desi Istiqomah.

Semua berubah ketika ayah Aini jatuh sakit dan ia tak naik kelas karena absen selama 7 bulan untuk menjaga ayahnya. Sang tabib bilang kepada Aini kalau penyakit ayahnya ini hanya bisa disembuhkan dengan pengobatan modern. Sejak itu Aini ingin menjadi dokter.

Masalahnya adalah ia harus menaklukkan matematika agar bisa kuliah di fakultas kedokteran. Untuk itu ia harus belajar kepada guru terbaik: Guru Desi. Guru matematika yang terkenal idealis. “Tanpa idealisme, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan,” kata Guru Desi.

Nazar yang Aneh

Guru Desi juga dikenal sebagai guru yang galak, genius, dan punya nazar yang aneh. Guru Desi tidak akan pernah mengganti sepatu pemberian ayahnya yang sudah dipakai sejak pertama kali pergi ke tempat terpencil itu, sampai ia menemukan murid yang pintar matematika. Di sinilah cerita guru eksentrik dan murid bebal terjalin menarik.

Guru Desi tak serta-merta menerimanya. Ia harus mengetahui seberapa kuat nyali Aini. Menurut Guru Desi ada tiga cara mempersulit diri sendiri di sekolah itu: “Pertama, masuk kelasku. Kedua, belajar matematika. Ketiga, belajar matematika dariku.”

Dengan berjalannya t kecil (baca: waktu) Guru Desi menerima Aini. Namun kebebalan seperti pungguk pengkor yang tak mau terbang dari tempurung kepala Aini. Guru Desi berusaha mencari cara bagaimana Aini bisa memahami matematika, tidak menjadi monumen kegagalannya mengajar, dan tak menjadi bagian dari statistik suram matematika dunia.

Juga Aini dengan tekad kuat berusaha tabah dengan kelakuan gurunya. “Di tiang bendera mana kepalamu pernah terbentur sehingga kau telat mikir begini?!” teriak Desi kepada Aini kalau tak mampu menjawab soal matematika. Guru Aini hampir menyerah sampai ia menemukan suatu cara terakhir.

Kuaci dan Fibonacci

Seperti biasa Andrea mahir memancing haru biru juga gelak tawa dengan humor-humornya. Karakter Guru Desi yang kuat menjadi daya pikat novel yang terbit di awal Februari 2020 ini walaupun bab pertamanya terasa membosankan. Tidak ada komentar lain selain ini.

Kemudian, bagaimana cara jitu Guru Desi mengajari matematika kepada Aini? Mampukah Aini seperti pesan Guru Desi kepadanya di suatu hari? “Buatlah sesuatu, supaya aku tak dapat melupakan namamu!” Bisakah Aini masuk fakultas kedokteran?

Tentu, menikmati dengan membaca sendiri novel itu lebih berkesan daripada mendengar akhir ceritanya dari orang lain. Oh ya, ingat dengan kuaci bunga matahari? Melihat pola bunganya, tersembunyi urutan Fibonacci. Matematika juga. Kalau saja guru matematika itu tahu dan saya tak bebal.

Selamat membaca.

Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
10 Februari 2020

 

Review ini dikutip atas izin penulis dari

https://rizaalmanfaluthi.com/2020/02/10/resensi-buku-guru-aini-maryamah-karpov-kedua-andrea-hirata/

Andrea Hirata

Tip Andrea Hirata bagi Para Penulis Pemula

Kalian suka menulis? Ingin menjadi penulis juga tapi kalian masih bingung harus mulai dari mana? Kebingungan untuk memulai memang menjadi masalah yang biasa dihadapi oleh orang yang baru mulai menekuni dunia menulis. Namun jangan khawatir, karena dalam artikel ini Bentang Pustaka akan memberikan tip bagi penulis pemula yang ingin menekuni dunia tulis-menulis dan ingin menjadi penulis andal. Orang yang memberikan tip ini juga bukan sembarangan. Pak Cik Andrea Hirata akan membagikan informasi menarik ini kepada kalian.

Andrea Hirata sendiri memberikan tip-tip kepenulisan bagi para pemula ini mengacu pada pengalamannya selama 15 tahun berkecimpung di dunia literasi. Sehingga tip darinya bisa kalian implementasikan secara langsung. Apa saja sih yang perlu dilakukan oleh penulis pemula saat ia akan menuliskan naskah pertamanya?

Menanamkan pada Diri Sendiri bahwa Kita Senang Bercerita

A good writer is a good storyteller. Ya, kemampuan bercerita dan berkisah adalah salah satu hal penting dan utama yang harus dimiliki oleh seorang penulis agar kariernya sukses di bidang ini. Kita bisa melihat contohnya pada sosok Andrea Hirata. Andrea Hirata merupakan salah satu penulis Indonesia yang memiliki kemampuan bercerita di atas rata-rata. Saat berkunjung ke kantor Bentang Pustaka pun terlihat sekali bahwa bercerita atau berkisah merupakan bakat alaminya. Ia senang menceritakan banyak hal, sehingga yang mendengarkan pun tidak bosan.

Hal tersebut juga tergambar saat ia menuangkan bakat berceritanya dalam bentuk tulisan. Bahasa yang mengalir, alur yang bernyawa, dan kisah yang terasa nyata selalu berhasil membius pembaca. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana jika kita tidak memiliki kemampuan bercerita? Tenang saja, jalan menjadi penulis masih lebar. Jika kemampuan bercerita tidak ada maka yang kita butuhkan adalah senang bercerita. Kalau kita senang bercerita dan melatihnya dengan rutin, kesenangan itu lama-lama menjadi sebuah kemampuan.

Percaya kepada Cerita

Tip “percaya kepada cerita” ini sebenarnya memiliki dua maksud. Maksud yang pertama adalah kamu harus percaya pada cerita. Apa maksudnya? Pernahkah kalian mendengar bahwa ada seseorang yang tidak menyukai buku-buku fiksi karena mereka menganggap bahwa membaca buku fiksi, yang isinya adalah cerita-cerita, merupakan kegiatan yang membuang-buang waktu? Ya, memang ada seseorang yang seperti itu, dan hal tersebut tidak dapat disalahkan. Namun, ketika kalian ingin menjadi penulis, apalagi penulis novel, haruslah percaya kepada cerita. Percaya bahwa ada banyak hal dan pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut. Lalu maksud yang kedua adalah kalian harus percaya pada cerita yang kalian tuliskan, harus percaya diri dengan alurnya dan segala hal yang sudah terbentuk di sana. Jika kalian saja tidak percaya diri pada cerita yang kalian buat sendiri, bagaimana orang lain mau percaya?

Memiliki Tujuan yang Baik dengan Bercerita

Tip terakhir adalah kalian harus memiliki tujuan yang baik dengan bercerita. Apa maksudnya? Kalian membuat novel, bercerita, dan berkisah bukan hanya untuk keperluan mencari uang atau ketenaran, namun lebih dari itu. Kalian harus memiliki misi dan tujuan yang baik dengan cerita kalian. Tujuan-tujuan baik itu dapat berupa memotivasi orang lain melalui cerita kalian, menyumbangkan sebagian dari royalti yang kalian dapatkan untuk membangun pendidikan, atau yang paling sederhana adalah menyebarkan kebaikan melalui cerita kalian. Jika tujuan kalian untuk menulis buku ini baik, maka buku tersebut akan lebih mudah diterima oleh masyarakat dan biasanya lebih bermakna untuk masyarakat.

Itulah ketiga tip yang diberikan oleh Pak Cik Andrea Hirata bagi kalian para penulis pemula yang ingin menekuni dunia tulis-menulis. Pesan tambahan dari beliau, yang terpenting saat kita memilih untuk menekuni bidang ini adalah rasa sabar dan tidak mudah menyerah. Sabar untuk membangun cerita serta menyelesaikan naskah, dan tidak mudah menyerah bila naskah kita ditolak oleh penerbit.

Tip menulis oleh Andrea Hirata bisa didengarkan juga di Podcast Bentang melalui Spotify dan Google Podcast.  (Nas)

 

Kenapa Guru Matematika Memiliki Persona Galak?

Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika mendengar kata matematika? Bisa dipastikan bahwa banyak yang akan menjawab pelajaran yang menakutkan, bukan? Lalu, apa yang akan kalian bayangkan ketika mendengar sebuah profesi bernama guru matematika? Masih bisa dipastikan bahwa akan banyak yang dengan spontan menjawabnya menggunakan satu kata: galak.

Ya, banyak di antara para siswa, mulai dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas yang menganggap bahwa guru matematika adalah guru yang paling galak. Hal tersebut pun tak jarang diamini oleh para guru matematika itu sendiri. Beberapa di antara mereka membagikan cerita di situs pribadi dan mengatakan sering mendapatkan imej galak dari para murid yang mereka ampu. Apakah memang benar bahwa guru matematika itu galak? Tentu saja tidak semuanya. Mungkin memang ada beberapa guru matematika yang galak, namun ada juga yang baik bahkan penuh kesabaran dalam mengajar siswa-siswinya, seperti Bu Desi mengajari matematika Aini. Lantas, mengapa sih banyak yang menganggap bahwa guru matematika itu galak? Mengapa pula imej tersebut begitu melekat?

Terbawa Predikat “Menakutkan” yang Disandang oleh Matematika

Banyak di antara para murid yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan, sangat serius, dan sulit. Karena mengampu mata pelajaran yang serius, dianggap sulit, dan dianggap menakutkan, maka logika asal-asalan para murid tersebut akan berpikir bahwa guru pengampu mata pelajarannya pun akan sama menakutkannya. Matematika yang merupakan benda mati saja sudah menakutkan, apalagi guru matematika yang merupakan makhluk hidup dan harus mereka temui setiap berapa kali seminggu, pasti lebih menakutkan lagi. Jadi, guru matematika memiliki imej menakutkan karena terkena paparan pelajaran matematika yang sudah dicap menakutkan terlebih dahulu. Padahal itu hanya persepsi mereka yang kadung merasa takut sebelum mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh. Guru matematika ada juga yang baik, kok, tenang saja!

Guru Matematika Itu Tegas, Bukan Galak

Seorang guru matematika haruslah menjadi seorang idealis. Tanpa idealisme, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan.”

Dalam novel Guru Aini, diceritakan bahwa sebagai guru matematika, Bu Desi memiliki sifat idealis, dan biasanya orang dengan sifat idealis juga cenderung bersikap tegas, sikap tegas ini rata-rata dimiliki oleh para guru matematika. Bahkan mungkin tingkat ketegasan mereka di atas guru mata pelajaran lain. Sikap tegas inilah yang oleh para siswa dikatakan galak. Guru matematika memang harus bersikap tegas. Mengapa? Karena banyak siswa yang sudah terlebih dahulu benci dengan matematika, mereka kemudian merasa malas untuk mempelajarinya, menganggap hal tersebut hanya membuang-buang waktu, dan akhirnya para siswa tidak menguasai ilmu penting ini. Guru matematika yang memiliki tanggung jawab untuk mengajari para siswa sampai bisa pastinya tidak ingin hal ini terjadi. Sehingga tidak ada pilihan baginya selain bersikap tegas agar para siswa mau dan serius mempelajari matematika. Sikap tegas ini pastinya harus dibarengi dengan sikap telaten dan sabar agar para murid tidak ketakutan.

Cara Mengajar yang Kurang Fun

Apa lagi yang membuat guru matematika terlihat menyeramkan dan galak? Ya, pelajaran yang ia ampu, seperti yang telah dijelaskan di poin pertama, guru matematika dicap galak karena matematika itu sendiri. Dikenal sulit di kalangan siswa, matematika tak jarang menjadi momok setiap semesternya. Oleh karena itulah para guru matematika harus memutar otak dan mencari cara bagaimana agar matematika dapat dipelajari dengan menyenangkan, santai tapi serius, dan menarik perhatian para siswa. Biasanya para guru matematika akan menggunakan alat peraga, game, atau cara-cara lain yang memungkinkan keterlibatan aktif para siswa untuk menjadikan kegiatan belajar-mengajar matematika ini menjadi menyenangkan. Kreativitas guru sangat dibutuhkan di sini.

Dipengaruhi oleh Persona Guru Matematika Lainnya

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena satu guru matematika yang menghardik, jadi kena guru matematika seluruhnya. Mungkin memang ada oknum guru matematika yang galak, bukan tegas ya, tapi memang galak. Oknum guru ini sering memarahi siswa dan mengatai-ngatai siswanya yang sulit diajari, bahkan tak jarang mengejek. Karena satu guru yang seperti ini, jadilah seluruh guru matematika terkena akibatnya, yaitu dianggap galak. Padahal, lagi-lagi, kita tidak dapat menggeneralisasi sifat orang, pasti ada banyak guru matematika yang baik dan sabar di luar sana, seperti halnya Bu Desi yang tetap sabar mengajari Aini yang bersikeras agar bisa menguasai matematika.

Perjuangan Bu Desi untuk mengabdi dan menjadi guru matematika yang baik dapat kalian nikmati dalam novel Guru Aini karya Andrea Hirata yang akan terbit pada tanggal 2 Februari 2020 nanti. Pastikan kamu menjadi saksi dari petualangan ajaib Bu Desi, ya! (Nas)

 

Di Balik Alasan Mulianya Profesi Guru

Ada satu bait dalam lirik lagu Hymne Guru yang diciptakan oleh Sartono pada tahun 1980-an yang menjelaskan betapa pentingnya kehadiran seorang guru. Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa. Satu bait terakhir dalam lagu tersebut, telah meletakkan profesi guru sama dengan pahlawan.

Mengapa profesi seorang guru begitu dimuliakan? Bukan hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi kelangsungan hidup suatu bangsa di negara mana pun. Padahal jika dibandingkan dengan pahlawan pada masa sebelum kemerdekaan, yang membawa senjata dan berlumuran darah, menjadi guru bukankah terlihat jauh lebih mudah?

Bertanggung Jawab dalam Melahirkan Generasi yang Cerdas

Sosok guru bertanggung jawab untuk mencerdaskan generasi di masa depan suatu bangsa. Di tangan mereka, seorang anak yang mulanya bodoh akan menjadi cerdas, dan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.

Misalnya dahulu ada anak kecil yang bodoh dan tidak mengerti matematika, namun ia memiliki mimpi menjadi seorang arsitek. Guru yang bijak akan membantu anak itu untuk meraih mimpinya, dengan membantunya belajar matematika. Ketika ia menjadi dewasa, si anak yang bodoh tersebut akhirnya bisa menjadi seorang arsitek dengan mampu melakukan perhitungan yang tepat karena ada seorang guru matematika yang dulu mengajarkannya berhitung.

Menjadi Penyemangat bagi Muridnya

Seorang guru mampu memotivasi muridnya untuk berani bermimpi besar bagi masa depan. Kehadirannya yang pantang menyerah dalam mengajarkan seorang murid, mampu menularkan semangat bagi murid tersebut.

Berkat jasanya pula akan lahir tokoh-tokoh besar yang nantinya berperan dalam membangun perkembangan suatu bangsa.

Suri Tauladan bagi Murid-muridnya

Kebaikan seorang guru mampu menjadi kenangan tersendiri bagi muridnya, ketika mereka beranjak dewasa. Dengan keikhlasan dan kesabarannya dalam mengajar, banyak murid yang akan  berubah perilakunya menjadi lebih baik dalam menyikapi persoalan hidup.

Guru Aini, Hasil Cinta Kasih Guru terhadap Muridnya

Novel berjudul Guru Aini karya Andrea Hirata, menjadi bukti bahwa cinta kasih seorang guru bisa terkenang selalu bagi muridnya. Ia mempersembahkan Guru Aini untuk Ibu Marlis, seorang guru yang hebat bagi Andrea.

Sosok Bu Marlis hadir dalam novel dengan nama Bu Desi Istiqomah, guru matematika yang berada di pelosok Sumatra. Kehebatan Bu Desi dibuktikan dengan tidak meninggalkan murid-muridnya yang berada di Kampung Ketumbi, yang sulit sekali memahami mata pelajaran yang ia ajarkan. Meskipun ia bisa saja mengusulkan pindah tugas ke kota yang lebih besar, namun idealismenya sebagai seorang guru tidak membuatnya goyah.

Apalagi ia bertemu dengan seorang murid yang sangat anti matematika bernama Aini. Nilai matematikanya tidak pernah beranjak dari 0 bahkan 1. Dengan mimpi besar Bu Desi untuk bisa menciptakan seorang murid yang cerdas dalam bidang matematika di daerah pelosok, tentu ia tidak akan menyerah dengan tantangan yang ia hadapi. (Justika Imaniar)

Kecintaan Andrea Hirata kepada Matematika

Dikenal sebagai seorang penulis novel di Indonesia, tak banyak yang tahu Andrea Hirata juga sangat menyukai dunia sains dan ilmu eksakta. Ia mengakui  dirinya suka dengan astronomi, fisika, kimia, dan statistik. Bahkan Andrea Hirata juga memiliki kecintaan kepada matematika. Sebab, ilmu ini merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang ia pelajari saat kuliah dahulu.

Karena kecintaannya di bidang literasi dan sastra, Andrea Hirata pun mengambil langkah serius dengan menulis. Lalu ia pun mencoba menerbitkan sebuah novel pada tahun 2005. Ya, novel tersebut tak lain dan tak bukan adalah Laskar Pelangi. Novel perdananya ternyata meledak di pasaran dan menjadi best seller hingga pada akhirnya difilmkan. Dari sanalah Andrea Hirata kemudian mencoba menekuni bidang ini hingga sekarang.

Tertarik pada Sains dan Ilmu Eksakta

Selama ini, kita mengenal Andrea Hirata sebagai sosok penulis novel Indonesia. Karya-karyanya dikenal khalayak luas, selalu dinantikan, bahkan salah satu novelnya yang berjudul Laskar Pelangi sudah diterbitkan di banyak negara dengan berbagai versi bahasa dan difilmkan oleh sinematografer terkenal di Indonesia. Selain itu, Andrea Hirata juga beberapa kali mendapatkan penghargaan terkait keterlibatannya di dunia literasi ini. Masyarakat awam atau siapa saja yang pertama kali mengenal Andrea Hirata pasti mengira bahwa ia merupakan seseorang yang menekuni bidang sastra dari awal. Dia juga sempat mengenyam pendidikan tinggi di bidang literature. Faktanya bukan seperti itu, Sahabat Bentang! Andrea Hirata merupakan lulusan salah satu universitas di Indonesia, di kampus tersebut ia justru mengambil studi ekonomi sebagai bidang yang ingin ia tekuni.

Jadi, pada dasarnya Andrea Hirata menyukai semua jenis ilmu. Buku-buku yang bertema ilmu-ilmu di atas juga dengan senang hati akan ia baca sampai habis. Oleh karena itulah sering kali kalian bisa menemui istilah-istilah ilmiah dalam novel Andrea Hirata. Ketertarikan Andrea Hirata dengan ilmu eksakta ini justru semakin memperkaya khazanah cerita dalam novel-novel yang ia tulis.

Matematika Menginspirasi Andrea Hirata Menulis Guru Aini

Karena kecintaannya kepada matematika, Andrea Hirata pun ingin menuliskan kisah yang terinspirasi dari ilmu tersebut, dan hal ini terealisasikan melalui novel Guru Aini. Penulisan novel ini juga sekaligus untuk mengajak siswa-siswi di Indonesia yang takut dengan matematika untuk menyukai dan menekuni ilmu tersebut, seperti tokoh Aini yang mulanya membenci matematika namun berkeinginan keras untuk menguasainya.

Novel Guru Aini ini akan bercerita tentang seorang guru matematika bernama Bu Desi yang bekerja di sebuah wilayah pelosok. Ia memiliki kesempatan untuk dipindahtugaskan ke wilayah yang lebih layak, namun menolak kesempatan itu. Bu Desi memiliki idealisme sendiri, di mana ia lebih ingin untuk mengajar anak-anak miskin di sebuah wilayah bernama Ketumbi. Di luar perkiraannya, mengajar murid-murid di Ketumbi ternyata penuh tantangan, Bu Desi harus memiliki stok kesabaran ekstra. Apalagi setelah bertemu dengan seorang murid bernama Aini yang anti sekali dengan matematika namun memiliki keteguhan hati untuk bisa menguasai ilmu ini. Sebagai guru matematika di sana, mau tidak mau Bu Desi harus mengajari Aini sampai bisa. Bagaimana perjalanan Bu Desi menjadi guru di pelosok? Apakah Bu Desi berhasil mengajari Aini matematika sampai bisa? Baca kisahnya lebih lanjut di novel Guru Aini. Novel terbaru Andrea Hirata ini juga sekaligus menjadi wadah baginya untuk bicara soal matematika. (Nas)

 

Guru Aini, Andrea Hirata

Guru Aini sebagai kecintaan Andrea Hirata kepada matematika.

Guru Aini

Matematika Bisa Sebabkan Psikosomatis?

Pernahkah kamu merasakan sakit di salah satu bagian tubuhmu, namun ketika ke dokter tidak ditemukan sakit apa pun alias baik-baik saja? Bisa jadi sakit yang kamu rasakan berasal dari mental atau emosional kamu sendiri.

Dalam dunia psikologi, hal tersebut dikenal sebagai psikosomatis. Psikosomatis dapat diartikan sederhana sebagai gangguan fisik yang disebabkan oleh psikis atau mental. Sebegitu kuatnya pengaruh pikiran sehingga mampu memengaruhi fisik seseorang.

Bagaimana Pikiran Memengaruhi Penyakit?

Seperti diketahui, pikiran dapat menyebabkan munculnya gejala atau perubahan pada fisik seseorang. Contohnya, ketika merasa takut atau cemas, bisa memunculkan tanda-tanda seperti denyut jantung menjadi cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah, gemetaran (tremor), berkeringat, mulut kering.

Gejala fisik tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas listrik atau impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Selain itu, pelepasan zat adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di atas.

Hingga kini, bagaimana persisnya pikiran bisa menyebabkan gejala tertentu dan memengaruhi penyakit fisik, seperti ruam kulit atau darah tinggi, belum diketahui dengan jelas. Impuls saraf yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh atau otak, diduga dapat memengaruhi sel-sel tertentu dalam sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan timbulnya gejala penyakit. Tapi keseluruhan dalam hal ini masih belum dipahami secara benar.

Psikosomatis: Teror Pelajaran Matematika

Matematika adalah pelajaran yang menggunakan banyak tenaga otak kiri daripada otak kanan. Banyak anak mempelajari matematika membutuhkan waktu yang panjang dan tenaga yang lebih untuk sekadar paham dan mengerti. Karena itu, ketika otak dipaksa untuk bekerja lebih dari normal, pikiran menjadi stres.

Akibatnya banyak siswa yang mengidap psikosomatis. Solusi dan cara untuk mencegahnya tergantung pada gurunya. Guru yang lebih tahu kondisi anak didiknya. Seberapa kadar anak didik dapat menerima materi yang menurutnya mampu dan keberatan.

Sebagaimana yang dikisahkan dalam novel Guru Aini karya Andrea Hirata, Pak Cik mengisahkan Bu Desi yang sabar dan perhatian kepada anak didiknya dalam mengajarkan matematika.

Terutama kepada Aini yang mengidap psikosomatis terhadap matematika dengan menunjukkan perilaku yang aneh seperti sakit perut, mengacak-acak rambut, mulut komat kamit sampai membayangkan guru matematikanya disambar petir di siang bolong.

Duh, kasihan sekali Aini!

Peran Guru Sebagai Obat Penyembuh yang Ampuh

Dengan adanya Bu Desi yang semangat sekali menemukan cara-cara terbaru untuk mengajari Aini hingga nyaman mempelajari matematika, kita jadi mengerti bahwa peran guru tidak main-main. Guru yang betul-betul berdedikasi adalah obat paling ampuh untuk murid-murid yang takut sekali akan matematika.

Perjuangan Bu Desi, idealisme, dan trik-triknya yang bisa kita baca dalam novel Guru Aini wajib kita baca. Kenapa? Tentu agar kita lebih tahu lagi bagaimana seharusnya melawan ketakutan belajar matematika. (Rizal)

© Copyright - Bentang Pustaka