Di Balik Alasan Mulianya Profesi Guru

Ada satu bait dalam lirik lagu Hymne Guru yang diciptakan oleh Sartono pada tahun 1980-an yang menjelaskan betapa pentingnya kehadiran seorang guru. Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa. Satu bait terakhir dalam lagu tersebut, telah meletakkan profesi guru sama dengan pahlawan.

Mengapa profesi seorang guru begitu dimuliakan? Bukan hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi kelangsungan hidup suatu bangsa di negara mana pun. Padahal jika dibandingkan dengan pahlawan pada masa sebelum kemerdekaan, yang membawa senjata dan berlumuran darah, menjadi guru bukankah terlihat jauh lebih mudah?

Bertanggung Jawab dalam Melahirkan Generasi yang Cerdas

Sosok guru bertanggung jawab untuk mencerdaskan generasi di masa depan suatu bangsa. Di tangan mereka, seorang anak yang mulanya bodoh akan menjadi cerdas, dan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.

Misalnya dahulu ada anak kecil yang bodoh dan tidak mengerti matematika, namun ia memiliki mimpi menjadi seorang arsitek. Guru yang bijak akan membantu anak itu untuk meraih mimpinya, dengan membantunya belajar matematika. Ketika ia menjadi dewasa, si anak yang bodoh tersebut akhirnya bisa menjadi seorang arsitek dengan mampu melakukan perhitungan yang tepat karena ada seorang guru matematika yang dulu mengajarkannya berhitung.

Menjadi Penyemangat bagi Muridnya

Seorang guru mampu memotivasi muridnya untuk berani bermimpi besar bagi masa depan. Kehadirannya yang pantang menyerah dalam mengajarkan seorang murid, mampu menularkan semangat bagi murid tersebut.

Berkat jasanya pula akan lahir tokoh-tokoh besar yang nantinya berperan dalam membangun perkembangan suatu bangsa.

Suri Tauladan bagi Murid-muridnya

Kebaikan seorang guru mampu menjadi kenangan tersendiri bagi muridnya, ketika mereka beranjak dewasa. Dengan keikhlasan dan kesabarannya dalam mengajar, banyak murid yang akan  berubah perilakunya menjadi lebih baik dalam menyikapi persoalan hidup.

Guru Aini, Hasil Cinta Kasih Guru terhadap Muridnya

Novel berjudul Guru Aini karya Andrea Hirata, menjadi bukti bahwa cinta kasih seorang guru bisa terkenang selalu bagi muridnya. Ia mempersembahkan Guru Aini untuk Ibu Marlis, seorang guru yang hebat bagi Andrea.

Sosok Bu Marlis hadir dalam novel dengan nama Bu Desi Istiqomah, guru matematika yang berada di pelosok Sumatra. Kehebatan Bu Desi dibuktikan dengan tidak meninggalkan murid-muridnya yang berada di Kampung Ketumbi, yang sulit sekali memahami mata pelajaran yang ia ajarkan. Meskipun ia bisa saja mengusulkan pindah tugas ke kota yang lebih besar, namun idealismenya sebagai seorang guru tidak membuatnya goyah.

Apalagi ia bertemu dengan seorang murid yang sangat anti matematika bernama Aini. Nilai matematikanya tidak pernah beranjak dari 0 bahkan 1. Dengan mimpi besar Bu Desi untuk bisa menciptakan seorang murid yang cerdas dalam bidang matematika di daerah pelosok, tentu ia tidak akan menyerah dengan tantangan yang ia hadapi. (Justika Imaniar)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta