Jl. Pesanggrahan No.8 RT/RW : 04/36, Sanggrahan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, 55584.
Bentang Pustaka terus berkomitmen untuk memperkaya pengalaman membaca masyarakat dan menjadi bagian penting dari ekosistem penerbitan buku di Indonesia.
. . . . .
Biarkan Anak Membantu, Yuk!
/in Artikel, Parenting/by Bentang PustakaPernahkah kita melihat anak berniat untuk membantu kita? Bagaimana respons kita atas hal tersebut? Apakah kita senang dan biarkan anak membantu atau justru menganggap mereka hanya mengganggu? Ketika anak memiliki niatan untuk membantu kita, sebenarnya karena mereka sedang berusaha aktif. Hal ini, menurut Montessori, adalah hal yang baik. Ketika anak banyak bekerja, justru hal tersebut semakin baik karena menurut Montessori hidup adalah aktif.
Anak-anak memiliki hasrat untuk bekerja; dalam hal ini adalah membantu kita. Namun, banyak dari kita yang belum memahami hal ini. Sehingga, banyak dari kita yang justru membatasi anak untuk membantu atau mengekspresikan keinginan mereka tersebut. Justru, kita sebagai orang dewasa malah menyuruh anak untuk bermain terus-menerus. Kita harus mulai mengenali insting anak untuk membantu kita mulai sekarang.
Baca juga: Penerapan Praktis Metode Montessori
Anak Senang Membantu
Saat kita membersihkan rumah atau memasak, anak melihat yang kita lakukan. Mereka suka sekali dengan keteraturan, sehingga timbul dalam diri mereka untuk ikut bekerja bersama kita. Mereka akan sangat senang jika diperbolehkan untuk membantu pekerjaan kita. Selain itu, anak memang memiliki hasrat untuk bekerja selain bermain.
Jika anak terlihat tertarik untuk membantu maka kita bisa membiarkan mereka untuk terlibat. Jangan berpikir bahwa anak hanya akan membuat keadaan kacau atau berpikiran negatif lainnya. Anak-anak memang senang membantu, kok. Jadi, biarkan anak membantu kita ya!
Membantu Bukan Bikin Berantakan
Sering kali ketika kita melihat anak sedang menyapu atau berusaha merapikan meja yang berantakan, kita justru melarang mereka untuk melanjutkan aktivitas tersebut. Kita khawatir jika anak malah menghancurkan barang berharga yang ada di sekitar meja atau membuat lantai semakin kotor. Padahal, mereka juga masih sedang dalam proses belajar dan tugas kita sebagai orang dewasa adalah membantu mereka untuk belajar.
Jangan menganggap bahwa anak membantu hanya untuk merusak atau membuat keadaan semakin berantakan. Anak-anak memang senang membantu dan mereka juga belajar bagaimana untuk bekerja. Jadi, jika anak melakukan kesalahan, kita cukup memberi tahu kepada mereka bagaimana cara kerja yang benar.
Insting anak untuk bekerja memang ada dan kita sebagai orang dewasa perlu memahami hal tersebut. Ketika anak mulai menunjukkan hasratnya ini, kita harus peka dan menyediakan apa yang mereka butuhkan. Alih-alih memberikan mainan yang mahal dan banyak kepada anak untuk membuat mereka bermain, kita bisa memanfaatkan insting mereka ini untuk membantu pekerjaan kita. Kita juga bisa memanfaatkannya untuk mengajak dan mengajari anak agar bekerja sesuai yang mereka minati.
Melalui buku Montessori: Seni Menggali Potensi Anak Sejak Dini karya Paula Polk Lillard ini, ia mengajak kita untuk memahami buah pemikiran anak dan menggali potensi mereka. Buku ini bisa kamu dapatkan di sini atau toko buku kesayanganmu.
Bermain Air di Toilet, Bolehkah?
/in Artikel, Parenting/by Bentang PustakaKetika anak kita biarkan mandi sendiri, kita malah jadi khawatir jika mereka ternyata bermain air. Dan, benar saja. Ketika anak lama di dalam kamar mandi dan kita intip, ternyata mereka sedang asyik dengan air. Banyak sekali yang mereka imajinasikan. Entah sedang merasa berada di kolam renang atau pantai, atau hal lainnya. Kita jadi khawatir jika anak jadi demam dan sakit karena terlalu lama bermain air. Tapi, sebenarnya boleh atau tidak, sih?
Saat anak berada di dalam toilet, bisa jadi banyak hal yang mereka bayangkan dan kita tentu tidak bisa melarang mereka untuk mengeksplor imajinasi. Namun, kita juga perlu sedikit memberi batasan kepada mereka perihal bermain air di toilet. Bagaimana caranya?
Baca juga: Mengajak Anak Membersihkan Toilet Umum
Mengingatkan, Bukan Melarang untuk Bermain Air
Saat anak bermain di dalam toilet dan kita rasa sudah terlalu lama, maka kita perlu mengingatkan bahwa mereka sudah terlalu lama berada di toilet. Katakan dengan lembut bahwa jika terlalu lama dan terus-menerus, mereka bisa sakit. Satu hal yang perlu kita hindari adalah melarang mereka dengan cara yang kasar. Sering kali, kita tidak menyadari hal ini. Entah kita memarahi atau membentak anak.
Tidak salah jika anak bermain di toilet, tetapi katakan pula bahwa bermain juga ada waktunya. Bermain air memang menyenangkan, tetapi kita perlu mengontrol diri agar tidak terlalu lama. Beri tahu mereka juga apa saja dampak yang bisa terjadi jika terlalu lama bermain air. Kita perlu mengingatkan mereka kapan dan berapa lama bagi anak untuk berada di toilet.
Boleh, Asal Tidak Berlebihan
Bermain air memang menyenangkan, bukan? Tetapi, bermain air juga ada batasannya, lho! Kita sebagai orang tua bisa memberi batasan kepada anak. Misalnya, berapa lama waktu yang boleh mereka habiskan untuk berada di toilet. Jika sudah waktunya, kita bisa mengingatkan mereka secara halus. Katakan bahwa jam bermain sudah habis dan kini saatnya untuk keluar dari toilet.
Hal ini bisa membuat anak senang dan juga bisa membangun kedisiplinan dalam diri anak. Mereka jadi tahu kapan harus bersenang-senang, kapan menyelesaikannya, dan kapan harus belajar. Hal-hal sederhana seperti ini bisa mulai kita terapkan sejak dini. Anak tidak akan memberontak jika kita pun sudah bersepakat dengan mereka. Untuk itu, kita perlu bernegosiasi dengan anak kapan mereka bisa bermain air.
Bermain air tidak selalu buruk. Banyak manfaat yang bisa dirasakan. Bagi anak, hal tersebut adalah sesuatu yang menyenangkan, selain itu mereka juga bisa mengeksplor banyak hal yang hanya mereka dapatkan. Kita, sebagai orang tua bisa memulai pendisiplinan kepada anak dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengganggu anak. Selain itu, banyak hal yang bisa kita ajarkan kepada anak mengenai toilet.
Melalui buku Cican Bisa ke Toilet Sendiri karya Wahyu Aditya, kita akan belajar bagaimana toilet dimanfaatkan oleh Cican untuk buang air dan sekaligus mengajak anak untuk mulai bisa ke toilet sendiri tanpa perlu kita antar. Buku ini bisa didapatkan di sini atau di toko buku kesayanganmu.
Pengasuhan yang Dibutuhkan Anak
/in Artikel, Parenting/by Bentang PustakaSering kali ketika kita melihat anak yang tantrum, kita jadi berpikir, “pengasuhan seperti apa yang dibutuhkan anak?” Kita mencari berbagai cara, mempelajari berbagai metode pengasuhan, bahkan mengikuti seminar-seminar tentang pengasuhan anak. Terkadang kita juga tidak memberikan bantuan kepada anak sehingga kita tidak bisa memahami dunia mereka lebih dalam. Lantas, pengasuhan seperti apa yang dibutuhkan anak?
Baca juga: Sifat Anak yang Tersembunyi
Anak Butuh Sarana
Tugas kita sebagai orang dewasa bukanlah membantu anak membentuk diri mereka, karena hal tersebut adalah tugas alam. Tetapi, sebagai orang dewasa kita bisa memberikan sarana untuk manifestasinya. Kita bisa menyediakan bermacam-macam hal yang dibutuhkan anak untuk pembentukan diri mereka.
Selain itu, kita juga perlu menyediakan lingkungan yang memadai untuk embrio psikis. Karena tugas kita hanyalah menyediakan sarana kepada anak, kita tidak perlu menginterupsi perkembangan anak dengan bermacam-macam bantuan. Kita bisa membiarkan anak untuk berkembang secara mandiri bersamaan dengan alam.
Anak Butuh Dorongan Psikis
Selain anak membutuhkan sarana, mereka juga butuh untuk membuktikan eksistensi kehidupan psikis mereka. Kita sebagai orang dewasa berperan untuk mendorong mereka melakukan gerakan-gerakan secara sadar. Ketika kita melihat anak sedang bergerak, kita juga perlu menyadari bahwa anak juga sedang mengutarakan perasaan mereka.
Ketika anak bergerak dari perasaan mereka atau bergerak karena menginginkan sesuatu, maka kita bisa memberikan lagi dorongan psikis pada mereka dengan cara membantu mereka menggerakkan tubuh dan mengekspresikan keinginan mereka. Kehidupan psikis anak terutama balita mesti diamati dengan cermat. Kita mesti memulai dari masa ketika indra anak mulai menangkap dan mengumpulkan impresi sadar mengenai dunia luar.
Kemampuan Pengamatan Kita
Ketika ingin membantu anak dalam pengasuhan, kita sebenarnya tidak memerlukan kemampuan pengamatan yang luar biasa. Kita juga tidak perlu mampu untuk menafsirkan hasil dari pengamatan. Kita cukup memiliki kemauan untuk membantu pikiran anak yang tersembunyi. Selanjutnya, kita hanya perlu mengikuti anak.
Maria Montessori juga menuliskan bahwa pengasuhan yang diperlukan oleh anak sebenarnya sederhana sekaligus praktis. Contohnya seperti ini. Kebanyakan dari kita meyakini bahwa bayi tidak bisa duduk tegak sehingga mereka harus selalu berbaring mendatar. Karena anggapan ini, hubungan indrawi pertama antara bayi dengan lingkungan adalah langit, bukan daratan atau bumi. Dengan demikian, bayi tetap membutuhkan penglihatan sebagai impresi pertama mereka.
Banyak hal yang tidak pernah kita ketahui tentang dunia anak. Seolah mereka hanyalah manusia yang lemah dan tidak mengetahui banyak hal, padahal sebenarnya banyak yang tersembunyi pada pikiran mereka. Pengasuhan anak tidaklah bertele-tele. Mereka hanya membutuhkan sesuatu yang sederhana dan kita sebagai orang dewasa juga hanya menyediakan hal-hal di atas. Singkatnya, kita hanya menyediakan fasilitas dan dorongan psikis kepada anak, serta kita perlu mengamati mereka.
Melalui pengamatan, kita bisa memahami dunia anak dengan baik. Kita bisa memahami apa yang mereka lakukan, mengapa mereka melakukan gerakan tersebut, dan bahkan kita bisa berkomunikasi dengan mereka meskipun mereka belum bisa bicara. Dengan demikian, kita saling mengerti satu sama lain dan membentuk bonding yang baik dengan anak.
Dalam buku Maria Montessori berjudul Montessori: Keajaiban Dunia Anak yang Terlupakan, banyak diulas mengenai dunia anak dan bagaimana kita bisa memahami anak melalui kacamata mereka. Buku ini bisa didapatkan sekarang melalui linktr.ee/Bentang atau dapatkan di toko buku kesayanganmu.