Resensi The Leader Who Had No Title: Ini Rahasia Jadi Pemimpin

The Leader Who Had No Title merupakan buku tentang kepemimpinan karya Robin Sharma yang sangat inspiratif. Alih-alih menjejali pembaca dengan untaian kalimat motivasi ala pebisnis, penulis justru menyuguhkan teori kepemimpinan lewat storytelling yang menarik. Uniknya, tak semua karakter yang mengajarkan rahasia jadi pemimpin dalam cerita ini punya jabatan mentereng.

Blake adalah seorang karyawan di toko buku yang merasa hidupnya hambar. Pasca pulang dari tugas perang, dia mengalami trauma yang lantas menempatkannya sebagai korban. Blake menilai dirinya payah dan tak punya karier cemerlang.

Pada titik nadir itulah, Blake bertemu sahabat mendiang orang tuanya bernama Tommy. Meski sudah berusia lanjut, Tommy adalah pribadi penuh semangat yang mau mengajarkan seputar kepemimpinan pada Blake. Jenis kepemimpinan yang Tommy ajarkan juga unik: seni memimpin tanpa jabatan.

Lewat empat mentor yang dulu mengajari Tommy, Blake akhirnya belajar beberapa rahasia jadi pemimpin yang baik. Berikut ini Bentang Pustaka kasih sedikit bocorannya buat kamu: 

Tak Butuh Jabatan untuk Jadi Pemimpin

Mentor pertama Blake bernama Anna. Dia adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai pengurus rumah tangga di sebuah hotel besar. Dari apa yang Anna kerjakan, jelas dia tak punya jabatan pemimpin layaknya orang kebanyakan. Namun, itulah yang membuat Anna unik.

Menurut Anna, seseorang tidak butuh jabatan atau status untuk bisa menjadi pemimpin. Anna dengan percaya diri dapat menyebut dirinya sebagai pemimpin. Pasalnya, dia memiliki karakter-karakter sebagai pemimpin: bertanggung jawab, mencintai pekerjaan, berkomitmen, dan mau terus belajar.

Pada akhirnya, pola pikir seperti Anna inilah yang menjadikan seseorang sanggup layak jadi pemimpin. Ini yang kemudian jadi konsep kepemimpinan pertama dalam buku The Leader Who Had No Title. Kalau penasaran apa saja isi pemikiran Anna, kamu mesti baca lengkap buku ini!

Masa-Masa Bergejolak Melahirkan Pemimpin Hebat

Selanjutnya, Blake berkesempatan bertemu mentor keduanya: Ty. Dia merupakan mantan juara dunia slalom ski yang kemudian membuka toko perlengkapan ski. Sosoknya tak kalah unik dari Anna. Terlebih Ty sudah banyak makan asam garam lewat kariernya sebagai atlet.

Konsep kedua The Leader Who Had No Title yang Blake pelajari dari Ty adalah seni bertahan dalam masa-masa sulit. Ketika sedang mengalami banyak masalah, seseorang justru punya kesempatan untuk berkembang. Nah, masa sulit itulah yang nantinya membentuknya punya karakter pemimpin.

Bagi Ty, kesulitan atau masalah hanyalah perkara sudut pandang. Masalah dapat kamu sebut masalah jika kamu menganggapnya sebagai masalah, bukan kesempatan. Wah, sepertinya ajaran dari Ty ini bikin kamu makin kepo ingin belajar soal kepemimpinan ya!

Makin Dalam Hubungan, Makin Besar Kepemimpinan

Mentor ketiga Blake adalah Jackson Chan yang merupakan mantan CEO sebuah perusahaan besar. Selepas pensiun, Jackson memilih menjadi pegawai di perpustakaan kota New York. Sebagai tukang kebun, dia sukses mengubah atap suram perpustakaan menjadi kebun cantik.

Blake mendapat banyak pelajaran penting dari Jackson. Pengalamannya sebagai mantan CEO tidak bisa dipandang remeh. Menurut Jackson, pemimpin yang sukses bukan hanya yang cerdas bekerja, melainkan juga yang mampu menjalin hubungan baik dengan banyak orang.

Saat sudah memiliki jabatan sebagai pemimpin, mau tidak mau seseorang harus berhubungan dengan banyak orang. Entah itu bawahan maupun kolega. Salah satu kunci sukses menjadi pemimpin adalah membuat hubungan yang ada tetap hangat dan terjaga.

Untuk Jadi Pemimpin Besar, Jadilah Orang Besar Dulu

Nah, inilah yang jadi rahasia pamungkas dalam buku The Leader Who Had No Title. Melalui mentor terakhirnya, Jet Brisley, Blake belajar hal penting: sebelum jadi pemimpin, seseorang mesti mampu memimpin dirinya sendiri.

Jet sendiri merupakan terapis pijat yang memiliki banyak pelanggan. Kesuksesan serta kecintaannya dalam pekerjaan salah satunya karena kesanggupan menjadi pemimpin buat diri sendiri. Dia percaya bahwa kedisiplinan diri dapat membentuk seseorang punya karakter pemimpin.

Kira-kira pelajaran apalagi yang Blake dapatkan dari Jet? Kamu dapat menemukan jawabannya kalau membaca buku ini sampai habis!

Wah, buku seni memimpin tanpa jabatan ini sepertinya seru banget ya. Biar kamu nggak terus-terusan penasaran, buruan pesan The Leader Who Had No Title lewat  https://linktr.ee/Bentang sekarang!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta