Belajar Menjadi Generasi Jompo Ala Allan Karlsson Dalam Novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window And Dissapeared

Apa Arti Jompo bagi Allan Karlsson?

 

Fenomena remaja jompo atau generasi jompo sedang banyak dirasakan oleh kaum muda yang hidupnya tak bisa lepas dari koyo, balsem, dan minyak kayu putih. Sobat Bentang yang kakinya sudah sering ngilu, badan rasanya pengen rebahan terus di atas kasur bisa belajar menjadi jompo yang bahagia dari sosok Allan Karlsson. Tokoh utama dalam novel The-100-Year-Who Climbed Out Of The Window And Dissapeared itu memang betul sudah jompo, kakek tua itu usianya sudah 100 tahun. Walau jalannya pelan dan lutut kakinya sering ngilu, Ia bisa melompat dari jendela dan melewati pagar Rumah Lansia untuk kabur entah kemana.

 

Ia kabur dengan memakai sandal rumah berjalan jauh sampai ke terminal. Kemanakah Ia akan pergi? Ia pun tak tahu, karena Allan tak menetapkan tujuan spesifik akan kemanakah lelaki jompo itu. Selain masih kuat berjalan jauh, Allan juga kuat menarik koper di jalanan berbatu dalam hutan. Entah apa isi koper itu, yang ia tahu koper itu berat tapi harus tetap ia tarik masuk ke dalam hutan.

 

Panti Jompo Adalah Tempat yang Hanya Membuatnya Tak Ingin Memulai Sesuatu

 

Panti Jompo tempat tinggal Allan Karlsson sebelum kabur dalam novel itu dikenal sebagai Rumah Lansia (nursing house). Pada hari di mana Allan berulang tahun, pihak Rumah Lansia menggelar acara ulang tahun Allan yang ke-100 bagi Allan. Sebuah pencapaian usia yang jarang sekali dimiliki manusia. Tepat satu jam sebelum acara yang juga akan dihadiri walikota itu berlangsung Allan memilih kabur. Ia tidak ingin mengakhiri hidupnya di tempat itu. Ia pun menjelajahi beragam tempat dan negara walau usianya telah renta. Tak ada yang terlambat bukan jika kita mau mencoba, bukan?

 

Walau Sudah Jompo tapi Berani Ambil Resiko

Di usianya yang sudah tiga digit, Allan masih tergolong gesit untuk usianya. Tempat yang dikiranya akan menjadi tempat tinggalnya terakhir di muka bumi itu harus Ia tinggalkan dengan cara yang tak akan pernah terpikirkan oleh siapapun. Sudah jompo kok bisa kabur melalui dinding kamar itu pikiran dari mana coba?. Allan berani mengambil resiko, karena metode kaburnya hanya dengan berjalan kaki, kakinya pun nyeri selepas kabur dari panti jompo itu. Namun prinsipnya kuat, “lebih baik aku segera pergi selagi aku bisa.”

 

Jompo Fisik Boleh, Jompo Jiwa Jangan!

Para remaja jompo kini sekaligus Allan Karlsson yang sudah sangat jelas jompo dari usianya boleh saja lemah dari segi fisik tapi masalah jiwa boleh diadu. Remaja jompo memang betul selalu nempel koyo tapi semangat tak pernah loyo. Begitu pula Allan, semangatnya terlihat dari betapa komedi dan santainya perjalanan hidup yang menyangkut dirinya. Perjalanan hidup Allan selama 100 tahun itu dihadapi dengan tenang, damai, dan santai. 

 

Bagaimana tidak tenang, damai, dan santai? ia hidup di masa dunia masih berperang, ia juga bagian dari beberapa agenda politik para pemimpin dunia melalui keahliannya membuat bahan peledak. Herannya, ia bisa berteman dengan presiden Truman juga pemimpin Rusia, Stalin yang jelas-jelas beda paham. Lalu sekarang, Allan juga dengan santainya terus menjelajah walaupun ia sedang dicari pihak kepolisian akibat menghilang di rumah lansia saat hari ulang tahunnya. Juga dikejar organisasi preman yang mengejar koper yang ternyata berisi banyak uang.

 

Novel best-seller internasional ini walau memuat konten sejarah dan agenda politik dari para pemimpin dunia tetap seru untuk dibaca. Pertama, karena karakter kuat kakek tua Allan. Kedua, komedi satire hasil celetukan Allan yang kocak. Dan Ketiga, upaya pencarian dan perjalanan Allan yang sulit ditebak. Novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared ini bisa Sobat Bentang dapatkan terbitan aslinya di sini ya. Selamat “berjompo” ria bersama Allan Karlsson, Sobat Bentang!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta