Kata Siapa Musik Rock Telah Mati? Yuk Nostalgia Bareng!

Apa lagu rock yang Sobat Bentang sering dengar? Stairway to Heaven Led Zeppelin? Welcome to the Jungle-nya Gun N’ Roses? atau Sweet Child O’Mine?. Lagu rock emang jaya pada era tahun 90’an. Walaupun musisi dan lagu-lagu rock populer pada era 80-90-an, di era sekarang masih banyak juga, lho yang menikmati. Engga hanya via lagu yang sengaja diputar tapi juga novel!, nostalgia gitu lah ceritanya sekaligus mengingat zaman muda, wkwk. 

“Baca juga:[Salman Aristo Rilis Novel Bernuansa Musik dan 90-an]”

Photo by Sebastian Ervi: https://www.pexels.com/photo/people-in-concert-1763075/

Musik rock memang punya magis tersendiri, ampuh bikin semangat dan mata melek!, hehe.  Karena salah satu manfaat mendengar musik rock adalah  mampu meningkatkan aktivitas otak. Jadi wajar aja, kalau banyak generasi muda yang suka. Walaupun identik dengan lagu lawas, musik rock juga digemari para generasi milenial!. Buktinya, lagu rock masih banyak diputar di kafe, resto maupun warung kopi terdekat. Mendengarkan lagu rock juga masih banyak dipilih banyak orang untuk menemani aktivitas sehari-hari. 

Musik rock juga dikenal sebagai genre yang mampu memberikan sumber kenyamanan dan media pelepas emosi bagi jiwa-jiwa yang sedang dihajar pengalaman dan aktivitas yang berat dan melelahkan. Musik rock juga bisa jadi sumber inspirasi, termasuk bagi Sabit. Bocah SMA yang terpana oleh kecantikan kakak kelasnya, Saira. Sabit makin jatuh cinta pada Saira yang ternyata suka membawa kotak kaset album Gun N’ Roses, Appetite for Destruction. Ia senang bukan kepalang mengetahui senior yang dikaguminya juga menyukai Gun N’ Roses. Band yang lagu-lagunya menginspirasi hari-hari Sabit yang suntuk akibat kondisi keluarganya yang diujung tanduk.

Apa itu musik rock bagi Sabit?

Musik rock adalah sumber inspirasi bagi Sabit. Walaupun kondisi orang tuanya di ujung tanduk. Bagi Sabit, mata Ibunya yang walau menyimpan amarah tetap memancarkan kasih sayang itu mampu mengantarnya pada lirik lagu Sweet Child O’Mine, “I’d hate to look into those eyes and see an ounce of pain”. Saat mendengar lirik itu, Sabit langsung teringat sosok Ibu. Lirik lagu memang hanya sekumpulan kata, tapi bagi Sabit mampu mengingatkannya pada orang terkasih.

Musik rock juga sumber keyakinan Sabit dalam menjalani realitas hidup. Lagi-lagi melalui lirik lagu, Sabit langsung teringat pada yang terkasih, Saira. Misalnya, saat ia terbuai dalam lirik lagu Patience, Gun N Roses. “If I can’t have you right now, I’ll wait, dear.” Saat mendengar lirik lagu itu, Sabit semakin ditampar kenyataan layaknya telah ditinggal kawin oleh senior yang dianggapnya sempurna itu. Lirik-lirik lagu rock yang didengarkannya tak hanya mampu mengingatkan pada sosok yang terkasih, tapi juga mampu menampar realitas hidup yang dihadapinya.

Ciri-ciri Musik Rock Secara Filosofis, hehe

Sabit memang suka musik rock, dia juga punya band dan kelak ingin menjadi musisi. Nama band yang sering latihan di studio musik belakang SD itu bernama Beraja. Hanya karena suka mendengarkan lagu rock, band itu terus latihan walaupun latihannya isinya tengkar mulut antar personel, haha!. Hingga akhirnya, Sabit diajak oleh Saira senior yang dikaguminya itu untuk ke markas band Slank. Karena Sabit tak mengetahui ada band rock asal Indonesia yang lirik dan personelnya keren. Saira pun dengan entengnya berkata “Lo nggak tahu markasnya Slank!? Anak band macam apa lo!?”

Dari diskusi yang diadakan oleh Slank di daerah Potlot, Sabit pun mulai kagum dengan band rock asal Indonesia yang baru saja ia ketahui itu. Ia jadi menemukan inspirasi perihal musik rock Indonesia dan latihan untuk band Beraja-nya. Lirik dengan kata dan kalimat yang slenge’an nan cemerlang, lirik lagu yang penuh dengan gugatan atas ketidakadilann sosial, arasemen musik yang penuh eksperimen merupakan ciri-ciri musik rock yang baru yang akhirnya menjadi inspirasinya.

 

Sobat Bentang pasti merasa dan sering banget kan nemuin kalimat, “Musik rock udah engga zaman!” atau “Musik rock udah mati!?”. Agar tidak dianggap mati sekaligus membuktikan betapa magisnya music rock dengan sentuhan nostalgia era kejayaan musik rock di Indonesia. Sobat Bentang bisa ikuti cerita Sabit dan Saira, dua remaja rebel alias pembangkang yang hidup di era tahun 90-an dalam novel My Rocket Queen karya penulis skenario film, produser dan juga sutradara, Salman Aristo. Sobat Bentang juga bisa merasakan sensasi baca novel bertema musik rock sekaligus dengerin lagu rock melalui novel ini, lho. Penasaran gimana sensasinya? Bisa cek langsung informasi bukunya di Shopee Bentang Shop Official, ya!. Let’s rock n’ roll, Sobat Bentang!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta