Pola Asuh Anak yang Baik, Mulai Terapkan Hal Ini!

Pola asuh anak sangatlah bermacam-macam. Namun, apakah dari semua pola asuh tersebut bisa disebut baik? Tidak semua jenis pola asuh akan berdampak baik bagi kesehatan psikis maupun psikologis anak.

 

Untuk itu, kali ini kita akan mempelajari jenis pola asuh anak mana sih yang buruk dan baik tersebut? Melalui buku Mindful Parenting karya Zaneti Sugiharti, kamu bisa mempelajari bagaimana pola yang baik. Namun sebelum itu, mari kita pelajari terlebih dahulu bagaimana pola asuh anak yang buruk tersebut melalui artikel Bentang Pustaka berikut ini, ya!

Keluarga Disfungsional

Beberapa orang tua tidak dapat mengembangkan kepercayaan pada pengambilan keputusan anak atau kemampuan untuk membuat penilaian yang baik atau belajar dari kesalahan mereka. Hal ini mengarah pada apa yang oleh sebagian orang disebut pengasuhan berbasis rasa takut.

 

Pengasuhan ini akan menggambarkan berbagai gaya disfungsional yang muncul dari ketidakmampuan untuk memercayai anak-anak untuk menjaga diri mereka sendiri dan ketakutan bahwa mereka tidak akan berhasil tanpa campur tangan terus-menerus dari orang tua. Pendekatan ini termasuk pilihan orang tua yang dimaksudkan terutama untuk melindungi reputasi mereka sendiri.

 

Pengasuhan yang disfungsional tidak hanya mengancam ikatan antara orang tua dan anak, tetapi juga dapat merusak ikatan antara saudara kandung. Dalam rumah tangga yang disfungsional, anak-anak mungkin harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan perhatian atau kasih sayang orang tua, yang mengarah ke persaingan dan kebencian, dan ketika orang tua menjadi favorit, pengalaman memiliki masa kanak-kanak akan menjadi berbeda.

 

Baca Juga:

Pentingnya Belajar Ilmu Parenting Sejak Dini

Pola Asuh Anak Narsistik

Orang tua narsistik adalah orang tua yang mementingkan diri sendiri dengan citra diri yang tinggi dan menganggap dirinya lebih baik daripada yang lain. Mereka sering mengabaikan kebutuhan dan kepentingan orang lain, termasuk anak-anak mereka, karena mereka percaya bahwa kebutuhan dan perasaan merekalah yang paling penting. Dalam kasus yang parah, mereka menderita Narcissistic Personality Disorder (NPD).

 

Dalam keluarga narsistik, kebutuhan orang tua umumnya didahulukan daripada kebutuhan anak. Baik anak laki-laki maupun perempuan, daripada berfokus pada perkembangannya sendiri, mereka lebih mengutamakan menyenangkan orang tua. 

 

Dalam jenis dinamika keluarga ini, anak-anak menemukan bahwa penerimaan itu bersyarat, dan sebagian bergantung pada kepatuhan mereka pada tuntutan orang tua. Penolakan, kemarahan, dan kesalahan mungkin merupakan hal yang umum, sementara kerentanan akan tanggung jawab akan ditolak. Terutama, anak-anak dalam rumah tangga seperti itu akan tumbuh tanpa rasa aman secara emosional.

 

Baca Juga:

Pahami Ilmu Parenting Sebelum Menikah agar Mental Beneran Siap!

Helicopter Parenting

Orang tua helikopter berbagi beberapa ciri kepribadian, di antaranya kecemasan dan perfeksionisme. Orang yang tidak tahan hidup dengan ketidaksempurnaan atau ketidakpastian akan lebih cemas dan menghindari risiko, serta mereka akan lebih cenderung mengasuh secara berlebihan. 

 

Dibebani oleh kecemasan mereka sendiri, mereka mungkin melihat langkah untuk memecahkan masalah anak-anak sebagai satu-satunya cara untuk merasa aman tentang kinerja mereka sebagai orang tua—dan semakin sentral identitas dan peran mereka sebagai orang tua, semakin besar kemungkinan mereka mengadopsi pola asuh ini.

 

Pola asuh helikopter mengacu pada gaya pengasuhan di mana pengasuh sangat terlibat dalam kehidupan anak mereka. Fokus intens mereka dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak, citra diri, keterampilan mengatasi, dan banyak lagi.

 

Grandiositas adalah karakteristik inti dari narsisme. Orang tua narsis memiliki rasa kepentingan mereka sendiri yang berlebihan dan berfantasi tentang kekuatan, keunggulan, keunikan, dan kesempurnaan yang tidak terbatas. Mereka percaya pendapat dan ide mereka lebih baik daripada orang lain dan satu-satunya yang penting.

Mindful Parenting

Nah, setelah mengetahui beberapa pola asuh anak yang buruk, kali ini kita akan mempelajari bagaimana pola asuh yang baik. Mengasuh dengan penuh perhatian tidak berarti kamu harus bermeditasi, menjadi sempurna sepanjang waktu, atau tidak pernah frustrasi dengan anak-anakmu.

Mindful Parenting adalah upaya untuk menghadirkan kesadaran, perhatian, dan keingintahuan dalam interaksi orang tua dengan anak-anaknya. Hal ini melibatkan kegiatan mendengarkan, perenungan, dan memilih untuk merespons dengan cara yang sama-sama memenangkan kedua belah pihak, orang tua dan anak.

Ketika kamu mempraktikkan Mindful Parenting, kamu dapat memperlambat dirimu sendiri dengan cara kurang reaktif terhadap anak-anak. Yang artinya, kamu tidak harus berfokus pada anak secara terus-menerus karena kamu juga menjunjung kemandirian anak itu sendiri.

Hal ini membantu orang tua untuk mendapatkan kembali rasa tenang dan kendali. Sehingga orang tua dapat mempertahankan perspektif dan merasa tidak terlalu kewalahan. Serta hal ini dapat membebaskan ruang bagi orang tua untuk memproses emosi negatif dengan lembut dan mulai menghargai berkat kecil setiap hari.

 

Untuk bisa mempelajari lebih lanjut mengenai Mindful Parenting ini, kamu bisa mempelajarinya secara langsung melalui buku Mindful Parenting karya Zaneti Sugiharti. Kamu bisa membelinya melalui toko buku terdekatmu maupun membelinya secara online melalui official store Bentang Pustaka!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta