Jl. Pesanggrahan No.8 RT/RW : 04/36, Sanggrahan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, 55584.
Bentang Pustaka terus berkomitmen untuk memperkaya pengalaman membaca masyarakat dan menjadi bagian penting dari ekosistem penerbitan buku di Indonesia.
. . . . .
Antara Sabun dan Hand Sanitizer
/in Artikel, Parenting/by Bentang PustakaPenggunaan sabun dan hand sanitizer meningkat selama pandemi, sebab pada masa pandemi orang-orang diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan. Namun perlu dipahami bahwa keduanya memiliki efektivitas yang berbeda. Mencuci tangan menggunakan sabun dinilai lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan hand sanitizer.
Photo: Freepik
Perbandingan Antara Sabun dan Hand Sanitizer
Bagaimana keunggulan keduanya jika dibandingkan? Berikut beberapa uraian perbandingannya.
– Mencuci tangan dengan sabun dapat membantu mengeluarkan sel-sel virus dari tangan. Sedangkan penggunaan hand sanitizer kurang efektif untuk membunuh virus.
– Meskipun pembersih tangan berbasis alkohol mampu mengurangi jumlah mikroba di tangan, hand sanitizer tidak dapat menghilangkan semua jenis kuman. Sehingga, cuci tangan dengan sabun lebih efektif untuk membunuh kuman
– Hand sanitizer juga tidak bisa membersihkan tangan yang terlalu kotor atau berminyak, serta yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Mengapa Sabun Lebih Efektif?
Sabun dan hand sanitizer memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membersihkan tangan. Namun dibandingkan hand sanitizer, sabun memiliki kandungan bahan yang dapat mematikan kuman serta virus di tangan. Molekul sabun efektif menghancurkan permukaan membran virus dan bakteri.
Selain itu, menggosok tangan saat cuci tangan dengan sabun dapat menciptakan gesekan yang mengangkat kotoran, lemak, dan mikroba. Sabun membutuhkan waktu 20 detik untuk bisa membersihkan dan mematikan kuman di tangan.
Meskipun tidak lebih efektif daripada sabun, penggunaan hand sanitizer tetap dianjurkan pada beberapa waktu. Misalnya saat sedang bepergian jauh dan kesulitan mencari tempat cuci tangan, hand sanitizer bisa menjadi solusi. Keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni membersihkan tangan dari kuman penyebab timbulnya penyakit.
Di antara hand sanitizer dan sabun cuci tangan, biasanya anak-anak lebih suka menggunakan yang ringkas yakni hand sanitizer. Namun melihat pentingnya cuci tangan dengan sabun, perlu ditanamkan juga kepada anak-anak kebiasaan mencuci tangan. Mengajarkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun bisa dimulai melalui buku Cican dan Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri karya Wahyu Aditya. Serial Cican hadir untuk menemani anak belajar mencuci tangan dengan asyik dan menyenangkan. Dapatkan bukunya di sini.
Mengatasi Perbedaan Metode Pengasuhan dengan Pasangan
/in Artikel, Buku Anak, Parenting/by Bentang PustakaDalam proses mengasuh anak di rumah, sering kali tantangan terbesar justru datang dari pasangan sendiri. Perbedaan metode pengasuhan pasangan ini sepertinya dirasakan hampir di seluruh rumah tangga. Ayah ingin menggunakan pola asuh tradisional seperti masa kecilnya dulu, namun si ibu ingin menerapkan metode modern yang lebih relevan.
Perbedaan metode dalam mengasuh anak ini jika tidak dikendalikan dengan baik, akan memberikan dampak buruk di keluarga. Khususnya bagi si anak. Dia akan mengalami kebingungan, ketika kedua orang tuanya memiliki pendapat yang berbeda saat mengasuhnya. Alhasil, tumbuh kembangnya justru akan terganggu.
Photo by Prostooleh on Freepik
Mengatasi Perbedaan Metode Pengasuhan
Lantas, bagaimana solusinya? Berikut tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi perbedaan metode pengasuhan dengan pasangan di rumah:
Perbedaan metode pengasuhan dan perbedaan pendapat adalah hal yang wajar terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Konsekuensinya, kita perlu belajar mengelola emosi dan membuka komunikasi dengan pasangan. Setiap orang tentu memiliki gaya berkomunikasi yang berbeda, termasuk juga pasangan kita.
Buatlah kesepakatan metode pengasuhan dengan pasangan sebelum menerapkannya kepada si anak. Dengan kesepakatan yang telah dibuat, maka tidak akan ada lagi perbedaan metode pengasuhan yang akan menimbulkan kebingungan dan pertentangan di rumah tangga.
Jika kesepakatan telah dibuat maka pasangan harus berkomitmen untuk menaati dan melaksanakannya. Perlu dipahami bahwa mengasuh anak bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak saja, bukan hanya tanggung jawab ayah atau ibu saja. Diperlukan kerja sama kedua belah pihak.
(Baca juga artikel terkait: Menjadi Teladan Bagi Anak)
Menjadi orang tua juga merupakan proses belajar sehingga jangan segan untuk saling mengingatkan dan memberi support dalam mengasuh anak. Terutama dalam menjaga komitmen dan konsisten terhadap kesepakatan yang telah dibuat. Kerja sama yang baik dengan pasangan akan menciptakan keluarga yang hangat, sehingga perbedaan pengasuhan dapat diminimalkan.
Sebagai implementasi proses belajar menjadi orang tua, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan membaca buku parenting. Buku yang direkomendasikan salah satunya adalah buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan Parenting. Buku ini membahas pertanyaan-pertanyaan seputar parenting dan permasalahan pola asuh dalam keluarga sehari-hari. Cara mengatasi perbedaan metode pengasuhan dengan pasangan juga dibahas lengkap di buku ini. Segera miliki dengan melakukan pemesanan di sini, atau di toko buku kesayangan Anda.
Menjadi Teladan Bagi Anak
/in Artikel, Parenting/by Bentang PustakaSebagai orang tua tentu selalu menginginkan anaknya menjadi pribadi yang unggul dan berkepribadian baik. Sering kali orang tua baik secara sadar maupun tidak, memerintah anak-anaknya untuk melakukan ini dan itu. Hal tersebut semata-mata bertujuan untuk membentuk anak-anak menjadi anak yang baik dan tidak nakal. Namun, sebenarnya dibandingkan menyuruh mereka melakukan ini itu, menjadi teladan bagi anak adalah jalan terbaik untuk membentuk kepribadian mereka.
Ya, menjadi teladan bagi anak bukanlah hal yang mudah. Terkadang para orang tua masih saja melakukan hal-hal buruk yang sebetulnya tidak ingin hal tersebut dilakukan oleh anaknya. Misalnya, setelah menggunakan sandal atau sepatu, kita tidak langsung meletakkannya di rak. Sedangkan orang tua menginginkan anaknya selalu meletakkan barang-barang di tempat semula setelah digunakan. Anak-anak akan susah menuruti karena kita, sebagai orang tua saja, tidak melakukan hal tersebut. Orang tuanya belum bisa menjadi teladan bagi anaknya.
Menjadi Orang Tua juga Belajar
Pada dasarnya menjadi orang tua juga mengalami tahapan belajar. Sehingga yang belajar di keluarga, tidak hanya anak-anak kita. Termasuk salah satunya menjadi teladan bagi anak adalah proses belajar yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
Dalam buku A-Z Tanya Jawab Montessori & Parenting, Rosalynn Tamara menuliskan bahwa anak memiliki kecenderungan untuk meniru perbuatan orang dewasa. Oleh karena itu, anak-anak akan lebih sulit diberikan nasihat atau disuruh ini itu. Namun, mereka cenderung mudah menirukan perbuatan orang tuanya. Maka dari itu, menjadi teladan bagi anak merupakan hal yang patut diperhatikan apabila kita ingin anak-anak kita memiliki kepribadian unggul.
Baca juga: Sulit Mengajari Anak Disiplin?
Coba perhatikan, misalnya pada suatu waktu kita sedang mengelap meja, tiba-tiba anak kita berinisiatif melakukan hal yang sama. Atau ketika kita selalu menggosok gigi sebelum tidur, si kecil akan meniru perbuatan kita tersebut. Hal itu lebih mudah dilakukan daripada kita menyuruhnya untuk menggosok gigi, sedangkan kita tidak melakukannya. Menjadi teladan bagi anak adalah cara yang efektif untuk menanamkan kepribadian baik pada dirinya.
Banyak sekali hal menarik seputar parenting yang perlu diketahui para orang tua, selain menjadi teladan bagi anak. Semuanya sudah terangkum dengan baik di buku A-Z Tanya Jawab Montessori & Parenting karya Rosalynn Tamara. Buku ini bisa didapatkan di sini atau di toko buku kesayangan anda.