Pangeran dari Timur, Perjuangan Melawan Waktu

Setelah melalui masa proses kreatif yang cukup panjang, novel Pangeran dari Timur akhirnya terbit. Novel ini bercerita tentang sosok pelukis tanah air yang karya-karyanya populer di Eropa dengan ciri khas lukisannya yang mengandung unsur romantisme Jawa. Tidak lupa pula, sisi kontroversial dari sang maestro dikulik oleh Kurnia Effendi dan Iksaka Banu.

Di balik proses kepenulisan novel Pangeran dari Timur sekitar 20 tahun, tentu ada berbagai macam godaan dan hambatan dalam menyelesaikannya.

Perjuangan Melawan Waktu

Kurnia Effendi dan Iksaka Banu kemudian berpikir ulang apakah tidak eman-eman apabila novel ini dihentikan? Berhubung sudah di tengah perjalanan, akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan menulis Pangeran dari Timur dengan catatan mereka saling menyemangati satu sama lain.

Di antara jeda yang cukup lama, sekitar 20 tahun. Novel Pangeran dari Timur ini menjadi ibu dari lahirnya karya-karya mereka yang lain, seperti cerpen, puisi yang masih satu tema tentang Raden Saleh. Dalam poses kepenulisan Pangeran dari Timur membutuhkan banyak literatur, mulai dari tahun 1811 – 1833 dan plot keduanya dari 1900-1953, sehingga banyak sekali bahan yang bisa dipakai untuk lahirnya karya-karya yang lain.

Dan itu salah satu yang memotivasi mereka berdua agar tetap menyelesaikan novel Pangeran dari Timur. Benar-benar Perjuangan!

Tidak Ada di Novel Lainnya

Di dalam kepenulisan novel ini ada beberapa kesepakatan yang ditaati oleh Kurnia Effendi dan Iksaka Banu. Mereka berdua membuat semacam panduan istilah-istilah maupun kosa kata yang tidak mungkin ada di awal abad 20 dan abad 19. Contohnya kata “Anda” yang jelas belum digunakan di abad itu, kata “beliau”, dan lain sebagainya. Jadi, dalam menulis novel ini, bahasa harus disesuaikan dengan latar waktu cerita masing-masing.

Tidak hanya itu, yang menjadi ciri khas unik dari proses kreatif novel ini salah satunya membuat kamus nama-nama jalan. Nama-nama jalan yang terdapat dalam novel ini adalah nama jalan  yang ada di abad 19 dan abad 20.

Yang jelas tujuan adanya kesepakatan tersebut adalah untuk membawa pembaca seakan-akan mereka benar-benar berada di zaman Raden Saleh hidup. Keren, kan? (Rizal)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta