Memaknai Hidup dengan Memberikan 3 Caption untuk Hidupmu!

Memaknai hidup itu sebenarnya hal yang sering menjadi kebingungan kita semua. Kita sering menemui kesusahan dalam permasalahan, namun di sisi yang sama juga susah menemui solusinya. Ternyata, ada sesuatu yang belum kita canangkan dalam kehidupan. Caption. Kok bisa?

Siapa yang tak mengenal media sosial? Semua lapisan sudah mengenalnya. Berbagai media seperti Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, dan lain-lain sudah dijajaki oleh kita semua. Setiap kali ingin mengunggah foto ataupun video, tak lupa kita memberikan caption agar lebih menarik perhatian pengikut atau teman kita. Caption juga ditambahkan sebagai penyanding atau pelengkap agar mempercantik kualitas unggahan, tentunya agar para pengikut atau teman-teman kita mengerti apa yang sedang kita rasakan dengan unggahan tersebut.

Begitu juga dalam kehidupan, kita juga perlu untuk memberikan caption, loh. Fungsi dari caption untuk hidup kita tak lain agar bisa memaknai perjalanan hidup yang lebih berharga, menafsirkan berbagai perspektif dengan bijaksana, dan lebih memiliki kecakapan dalam menentukan keputusan.

Ada tiga hal utama di bawah ini yang bisa kalian jadikan sebagai tambahan dalam memaknai arti hidup yang sesungguhnya. Ketika sudah menemukan tafsiran hidup yang sesungguhnya, berikan caption atau narasi terbaik yang berkelanjutan dalam kehidupan mendatang. Jadikan setiap caption atau narasi yang telah dibuat sebagai doa yang takkan henti dirapalkan agar kita bisa lebih mudah menjalani serangkaian kehidupan. Mari kita simak bersama.

Memaknai Hidup: Jangan Biarkan Orang Lain Memberikan Justifikasi kepadamu

Memaknai hidup bisa dimulai dari lebih mengenali diri sendiri. Setiap orang memiliki cerita dalam hidupnya. Kita bisa memberikan caption untuk diri kita sendiri. Ketika sudah dimulai dari diri sendiri, sebarkan hal-hal baik untuk yang lainnya pula.

Perlu disadari bersama, kita semua punya otoritas diri masing-masing. Jangan biarkan orang lain menceritakan tentangmu kepada temannya bahwa dirimu manusia yang tak mengenakkan hati, buruk, ataupun diberikan sebuah deklarasi yang tak bagus.

Bila kita kembali pada kisah awal penciptaan, Sang Pencipta membentuk manusia dari tanah dan debu. Artinya, kita ini dibuat dengan niat yang sangat tulus dan kehati-hatian yang amat sangat dengan tangan-Nya.

Control of the Content of Your Mind

Semua yang kita lihat, dengar, dan pikir, haruslah dapat kita kendalikan. Kendalikan dalam artian, setiap yang masuk ke indra kita,mau tidak mau harus kita saring.

Ambil saja contohnya ketika kita berkumpul dengan teman-teman yang sudah pasti tidak sefrekuensi denganmu. Misalkan saja ketika berkumpul, kita akan menghasilkan gosip-gosip terhangat atau intinya tak ada hasil yang bernilai ketika berkumpul, ya kenapa masih saja dilanjutkan? Sudahi saja perkumpulan yang membawa dampak negatif itu.

Jangan Hanya Berpikir Positif

Toxic Positivity sudah merebak seiring dengan perkembangan peradaban. Muncul ke permukaan kita karena toxic positivity berdalih untuk memberikan kita gencaran semangat terus-menerus dan mengharamkan yang namanya mengeluh ataupun melakukan sesuatu di luar batasan. Toxic positivity bisa menjadi racun bagi kita semua ketika terlalu berambisi akan sesuatu di luar nalar.

Berpikirlah dengan sebelumnya meminta kebijaksanaan kepada Sang Pencipta yang jelas akan mencukupimu secara cuma-cuma bila kita memintanya. Cuma-cuma tidak berarti murah, melainkan generous. Generous karena Sang Pencipta memiliki sumber tak terbatas akan kebijaksanaan tersebut.

Terlalu mudah berpikir positif dapat membuat kita tanpa disadari deny the real problem or danger (mengingkari kenyataan bahwa ada masalah) dan langsung buru-buru ingin mencari solusi, padahal pengakuan akan adanya sebuah masalah diperlukan terlebih dahulu sebagai langkah awal.

So, ketika kita menemui hal-hal negatif atau yang dirasa kurang mengenakkan hati, jangan memalingkan situasi atau merasa gengsi karena telah memiliki hal negatif tersebut. Cobalah untuk menerima dan mengevaluasi diri dari hal-hal tersebut yang nantinya akan dijadikan bahan pembelajaran di kemudian hari.

Tanpa sadar, jika ditempa masalah, kita mungkin terbiasa mendengar saran selayaknya: Forgive yourself and move on! Namun, dalam kenyataannya tak semudah yang diucapkan oleh orang-orang. Ternyata, ada satu faktor yang terlupa, faktor yang justru lebih penting daripada diri kita, yaitu tentang dari mana semua–termasuk diri ini–bermula. Alasan mendasar diri kita bisa hadir hingga saat ini, hidup dan berkarya di bumi, adalah Sang Pencipta, Sang Maha Kasih.

That’s why, dekatilah Sang Pencipta, agar hidupmu lebih bermakna dan berharga. Sertakan Sang Pencipta dalam setiap pengorbanan hidupmu. Ia yang selalu siap mengampuni dan menerima kita apa adanya. Tentunya, semua orang–termasuk kita–menginginkan akan sebuah penerimaan dan keberadaan, kan? Maka dari itu, berikan rasa TRUTH untuk Sang Pencipta, Sang Maha kolabarasi semesta.

Salam,

Anggit Pamungkas Adiputra.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta