Love Zone from Friend Zone, Siapa Bilang Nggak Bisa?

Terjebak dalam hubungan pertemanan tetapi memiliki perasaan lebih dari itu, memang tidak enak. Ada rasa yang harus rela dipendam karena terikat pada status yang harus dijaga. Selain itu, ada kegiatan atau aktivitas yang tidak mungkin dilakukan. Karena jika itu dilakukan, akan melampaui batas dan menyebabkan rusaknya pertemanan. Seperti menggenggam tangan, mengusap kepala ketika dia terlihat menggemaskan, hingga mengungkapkan rasa rindu dan cinta.

Mengubah status friend zone menjadi love zone, bukanlah persoalan yang mudah. Dibutuhkan keyakinan bahwa perasaanmu benar-benar lebih dari sekadar teman, dan juga keberanian untuk mulai bergerak untuk keluar dari zona teman. Selain itu, kamu juga harus berhati-hati plus peka untuk memperhatikan sinyal-sinyal dari teman yang kamu taksir.

Ada banyak kisah friend zone yang berakhir manis menjadi love zone. Karena di kehidupan nyata, dalam hubungan pertemanan antar-lawan jenis, pasti ada satu pihak yang memiliki perasaan lebih. Bahkan, tak jarang pula kedua pihak memiliki perasaan yang sama, tetapi memilih diam karena tidak mau mengungkapkan.

Daripada kamu termasuk tim menyesal karena cintamu bertepuk sebelah tangan. Kamu bisa mencoba beberapa tips ini untuk mengubah status friend zone menjadi love zone.

  1. Mengambil “jarak” agar hubungan kalian menjadi pulih

Mengambil jeda sejenak dalam hubungan kalian adalah upaya yang tepat agar kalian tidak semakin menjauh. Apalagi, jika salah satu dari kalian sudah mengetahui perasaan masing-masing, daripada dipaksakan untuk selalu bersama, tapi ketika bertemu, kalian akan menjadi canggung atau awkward.

Usahakan jangan menghubungi dia tanpa ada alasan yang benar-benar penting. Agar kamu dan dia memiliki waktu untuk diri kalian masing-masing. Dan dalam jarak ini, bisa kalian gunakan untuk memahami apa yang sebenarnya kalian berdua rasakan. Memberi jarak pada suatu hubungan juga akan membuat kalian menyadari seberapa penting arti kehadiran kamu dan dia.

Untuk berapa lama waktu jeda yang hendak kalian ambil, tentunya kalian bisa diskusikan dulu. Jangan tiba-tiba menghilang, ya! Nanti temanmu justru akan semakin khawatir.

  1. Melakukan pendekatan dengan hati-hati

Setelah mengambil jarak dan hubungan pertemanan kalian sudah kembali pulih, lakukan pendekatan dengan hati-hati. Sebagai teman, tentunya, kamu sudah paham apa hal-hal yang membuat temanmu menjadi tidak nyaman. Jangan sampai, deh, karena kamu melakukan pendekatan, justru kamu berubah menjadi orang yang membuat temanmu tidak nyaman.

Selain itu, jangan terlalu agresif hingga membuat temanmu bertanya-tanya, kenapa kamu menjadi berbeda. Lakukan dengan seperti apa yang kalian lakukan sebelumnya, tetapi dengan memberikan perhatian yang berbeda daripada sebelumnya.

Selalu jaga kendali atas dirimu agar kamu juga tidak melampaui batas. Jangan menanamkan harapan terlalu tinggi, yang nantinya justru akan menyakiti dirimu sendiri.

  1. Hindari pembicaraan yang membawa urusan personal

Meskipun kamu dalam misi “mendekatkan” diri sama dia, jangan terburu-buru untuk membuka urusan personalmu kepadanya. Karena, bisa saja reaksi yang ia berikan justru tidak nyaman karena tindakanmu. Dan, jangan sampai deh kecerobohan ini membuat kepercayaan temanmu hilang, karena dia menganggap kamu sudah berbeda.

Pilihlah topik-topik umum seperti: apa yang terjadi hari ini, film kesukaan, sampai musik apa yang sedang didengarkan. Topik umum ini akan membuat kalian semakin mengenal satu sama lain. Tidak hanya itu, semakin bergulirnya pembicaraan kalian, artinya ada rasa nyaman yang berhasil diciptakan karena dia bisa terbuka denganmu.

  1. Jika dia tidak memberikan sinyal balasan, yuk move on

Ketika semua hal sudah kamu lakukan, tapi dia masih biasa saja dan menganggapmu tetap sebagai teman, sebaiknya kamu move on sekarang juga. Jangan menghabiskan waktu kamu untuk berada dalam hubungan yang membuatmu selalu berharap.

Setidaknya apa yang sudah kamu lakukan memberikan kepastian apa yang temanmu rasakan. Kamu tidak akan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan yang membuatmu galau. Pada titik ini, kamu tidak akan membuang waktumu lagi dengan berharap hal yang tidak pasti.

Ketika apa yang kamu harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, bukan berarti kamu kalah. Tapi, bisa saja bukan dia yang terbaik buat kamu. Dan, bisa saja dia hadir hanya untuk memberikanmu pelajaran.

Hanya Tiga Kata, Apakah Kisah Friend Zone Disa dan Kevin akan Menjadi Love Zone?

Novel Hanya Tiga Kata karya Dwitasari bercerita tentang persahabatan antara Disa dan Kevin. Mereka sudah bersahabat bertahun-tahun, dan saling memberi perhatian satu sama lain. Tapi, apa yang mereka rasakan sebenarnya lebih dari sekadar teman. Seperti apa, sih, hubungan persahabatan antara Disa dan Kevin?

Disa heran dengan teman-teman cewek di sekolahnya. Untuk apa mereka mengidolakan Kevin? Bagi Disa yang sudah kenal Kevin dari balita, cowok itu nggak banget selain modal tampang doang. Apa yang bisa diharapkan dari jagoan sekolah yang hobi tawuran dan bolos kelas? Disa sebagai sahabat merasa gagal “mendidik” Kevin. Iya, sahabat, meski banyak yang mengira mereka lebih dari itu. Masih ada, ya, cowok-cewek murni sahabatan?

Tidak hanya itu, ujian persahabatan mereka hadir ketika mereka sudah memiliki pacar satu sama lain. Rasa cemburu semakin dirasakan Disa dan Kevin, seolah tidak rela jika sahabatnya memiliki orang yang disayang selain dirinya. Masalah yang dihadapi Disa juga semakin rumit, ketika keluarganya diujung tanduk, sedangkan orang yang paling mengerti dirinya adalah Kevin.

Lalu, apakah Kevin dan Disa akan tetap bertahan dalam status persahabatan mereka? Atau, mereka memutuskan untuk jujur terhadap perasaan mereka masing-masing? Jawabannya bisa kalian temukan dalam novel Hanya Tiga Kata karya Dwitasari, yang akan terbit pada 24 Juni 2020 nanti.

Klik untuk informasi pemesanan 

(Justika Imaniar Hijri)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta