Keseimbangan Hubungan yang Bikin Kamu Makin Langgeng dengan Pasangan!
Keseimbangan Hubungan. Tulisan kali ini hadir diperuntukkan para laki-laki, perempuan, dan yang sedang menjalin kisah asmara, sebelum memasuki jenjang pernikahan. “Lho, kenapa yang sudah menikah tidak diikutsertakan?” Ya, karena saya belum menikah juga! Baiklah, ini masih paragraf pertama, jadi jangan membuat letupan amarah. Maksud saya, jikalau sudah memiliki ikatan resmi secara hukum dan agama, berbeda lagi aturannya.
Latar belakang tulisan ini bisa ditulis dan muncul di layar gawai maupun laptop kalian karena saya sering menemui fenomena di dunia nyata dan maya sepasang kekasih yang mengumbar aktivitas berpacarannya. Yang perlu saya benahi bukan dari segi mempertontonkan kepada khalayak, tetapi sikap mereka dalam berhubungan yang tidak memiliki keseimbangan.
Apa maksudnya? Tulisan ini terinspirasi dari buku The Moment of Lift, karya Melinda Gates, seorang perempuan tangguh yang menceritakan sejumput kisahnya perihal transformasi wanita independen dalam hal pemikirannya, memberikan kontribusi nyata dalam ranah sosial dan kemanusiaan, dan tentunya kepeduliannya akan hak serta tanggung jawab seorang wanita itu sendiri.
Keseimbangan dalam hubungan. Kita sering kali menjadi peran yang tanpa disadari secara penuh belum bisa menempatkan posisi yang semestinya. Dalam hal ini, belum mampu memberikan tupoksi yang setara dengan pasangan kita masing-masing. Selalu ingin menang sendiri. Mementingkan perasaan diri sendiri. Jarang sekali untuk berkaca pada hubungan yang sehat itu seperti apa.
Beberapa poin sederhana di bawah ini semestinya bisa dilakukan semua pasangan. Terkecuali kalau memang sudah menjadi sebuah kesepakatan awal dan tak ada yang berat hati dari salah satu pihak. Mari kita simak bersama.
Jika Pasanganmu Membelikan Tiket Bioskop, Imbangilah dengan Membeli Snack atau Minuman
Ya, terkecuali kalau memang niatnya ditraktir, tak apa. Takkan menjadi masalah. Terlebih jika kalian masih belum ada hubungan, kan jadinya …. Heheh.
Cari amannya, ya, memang harus part-bills atau secara bergantian. Kalian belum ada kewajiban untuk membiayai satu sama lain. Jangan pula merasa tak enak jika harus membicarakan perihal pembayaran saat kencan, tapi juga jangan perhitungan yang secara berlebihan. Intinya dibicarakan senyaman mungkin. Berikan kesimbangan demi kesehatan hubunganmu.
Jangan pernah bangga menjadi seorang penerima saja, berpangku tangan kepada orang lain. Saya bukan niat hati untuk menggurui, tetapi memang keseimbangan dalam contoh kasus seperti ini belum banyak khalayak yang bisa memahaminya. Semuanya ingin enaknya saja.
Kalau Pasanganmu Marah, Jangan Ikutan Marah!
Keseimbangan Hubungan: Tolong, teruntuk Sahabat Bentang, jangan mengglorifikasikan sifat kekanak-kanakannya, ya. Belajar menyikapi suatu permasalahan dengan tenang. Emosinya perlahan dikontrol. Jangan menaruh pikiran jika pasanganmu marah berarti ia tak sayang denganmu. Tidak. Bukan begitu, kok.
Kalau pasanganmu marah, ada dua cara yang bisa kalian lakukan. (1) Kalian bisa memberikan jeda untuk dia memulihkan perasaannya. Sebelum membiarkannya sendirian, beri tahu dengan tuturan lembut. (2) Ajak diskusi santai. Sebenarnya, apa yang masing-masing dari kalian harapkan. Tuturkan secara bergantian. Saling bisa memberi ruang untuk menyampaikan argumen.
Menolak Itu Wajar, Menerima Bukan Sebuah Keharusan
Keseimbangan Hubungan: Tak jarang kita selalu kesulitan untuk mengatakan sebuah penolakan kepada pasangan kita. Kalau bahasa gaulnya, bucin atau budak cinta. Saking kita telanjur sayang dan cinta dengan pasangan, berbagai tawaran dan ajakan pun harus mengikuti keinginannya.
Seolah-olah, sebuah penolakan semacam “Maaf, aku belum bisa”, “Maaf, aku nggak mau”, atau sejenisnya, merupakan sebuah untaian dosa. Padahal, tak seperti itu jika ingin membina hubungan yang sehat. Kalian, baik perempuan ataupun laki-laki harus memiliki pendirian yang kuat. Memiliki pasangan bukan berarti meruntuhkan konsisten menjadi inkonsisten.
Seperti contoh, ketika kalian sedang kantong kering atau bujet akhir bulan sudah menipis, ya jangan dipaksakan menuruti keinginan pasangan untuk jalan ke luar. Cari alternatif lain agar tetap bisa kencan berdua dengan bujet yang seminimal mungkin. Kasus lain seperti ketika salah satu dari kalian ada yang mengajak berzina, jelas-jelas belum ada ikatan yang resmi. Saking kita cintanya, sulit rasanya jika menolak ajakan pasangan.
Baca Juga: 10 Bacaan Nonfiksi untuk Kamu yang Dijamin Nggak Bikin Ngantuk
Jangan Pernah Melontarkan Jawaban “Terserah”
Keseimbangan Hubungan: Memiliki pasangan tidak membuat kamu lantas menjadi seseorang yang manja ataupun penurut. Kalian juga harus memiliki otoritas terhadap diri sendiri. Miliki pendirian yang jelas. Jangan hanya karena keinginanmu tidak dituruti sepenuhnya oleh pasangan, membuat jawaban yang dibutuhkan pasanganmu menjadi sinis atau cuek.
Jangan pernah sesekali menambah prahara yang sudah ada sebelumnya atau memperkeruh suasana. Cobalah saling mengerti keadaan pasangan demi kelanggengan hubungan kalian. Temukan benang merah antara dirimu dengan pasanganmu.
Ketika Pasanganmu atau Kalian Berdua sedang Memiliki Banyak Planning, Diskusikan Bersama
Keseimbangan Hubungan: Menjalin hubungan tak sekadar menanyakan kabar, mengingatkannya segera makan agar tak sakit, ataupun berkencan ria. Lebih daripada itu, adanya pasangan juga berguna untuk mendiskusikan suatu hal, apa pun itu. Ketika salah satu di antara kalian sedang ingin mendiskusikan bersama, lakukan saja. Arahkan hubungan kalian dengan pasangan ke dalam hubungan yang sehat dan berkualitas. Saling memberikan feedback terkait kompleksitas hidup yang kalian hadapi.
Jangan merasa malu atau gengsi ketika bercerita. Justru, ketika pasangan kalian libatkan dalam pengambilan keputusan, pasti dirinya merasa senang dan merasa dianggap berguna serta berharga.
So, itu tadi beberapa poin sederhana yang sering kali kita abaikan. Jikalau belum memiliki kemandirian secara finansial, emosional, dan hal-hal lain yang seharusnya bisa dimiliki, jangan menaruh ekspektasi terlalu jauh kepada pasangan kita. Dikhawatirkan pula akan memberikan dampak yang serius bagi kalian kemudian hari.
Tulisan ini terinspirasi dari buku The Moment of Lift yang membahas tentang pemberdayaan perempuan dan sikap kemanusiaan yang lain. Kalian bisa mengintip kisah menarik di dalamnya melalui laman mizanstore.com.
Salam,
Anggit Pamungkas Adiputra
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!