Melinda Gates dalam Pusaran Aktivisme

Nama Melinda Ann French mungkin terdengar asing di telinga kita manakala nama itu disebut. Namun, ketika nama Melinda Gates disebut, orang-orang akan mulai mengasosiasikan Melinda sebagai konglomerat karena menyandang nama “Gates” di belakangnya. Pandangan yang demikian mungkin sedikit seksis. Alasannya, Melinda sendiri sudah punya segudang prestasi untuk membuat namanya harum.

Sosok perempuan yang lahir pada 15 Agustus 1964 di Dallas, Texas, ini telah menyabet berbagai jenis penghargaan selama hidupnya. Misalnya, ia mampu menduduki peringkat 3 besar dalam daftar 100 Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia versi Forbes pada 2013, 2014, dan 2017; peringkat 4 pada 2012 dan 6 pada 2011.

Melinda muda mengawali kariernya sebagai pengajar Matematika dan Pemrograman Komputer untuk anak-anak. Setelah lulus dari Duke University, Melinda bergabung dengan Microsoft sebagai manajer pemasaran pada 1987. Di sana, ia bertanggung jawab untuk memimpin pengembangan berbagai produk multimedia Microsoft.

Karier dan kehidupan sosialnya berubah drastis pada awal 1990-an ketika ia diangkat sebagai General Manager Informasi Produk. Dan, selang empat tahun berikutnya, ia memutuskan untuk menikah dengan bos yang sekarang menjadi suaminya, Bill Gates. Setelah menikah dengan Bill, Melinda Gates berusaha mengaktualisasikan idealismenya bahwa perempuan di seluruh dunia ini harus bisa berdaya di seluruh bidang kehidupan.

Oleh karena itulah, pada tahun yang sama (1994), ia dan Bill mendirikan Yayasan Bill & Melinda Gates dengan tujuan mengatasi kesenjangan gender. Tepat saat itulah, Melinda mulai dikenal sebagai filantropis sekaligus aktivis perempuan yang banyak menginspirasi perempuan untuk berdaulat atas hidupnya sendiri. 

Mengapa Melinda Memilih Aktivisme?

Perempuan berzodiak Leo ini mempunyai passion yang luar biasa besar terhadap teknologi. Ia dan Bill meyakini dengan sepenuh hati bahwa teknologi harus bisa digunakan oleh semua orang. Mereka yakin suatu saat teknologi dapat mengubah dunia menjadi lebih baik.

Akan tetapi, sayang, dalam masyarakat yang timpang ini tidak banyak perempuan bisa meraih kesempatan untuk mendapatkan hak-hak dasarnya. Banyak perempuan tidak memiliki akses untuk memperoleh pendidikan, mencari nafkah, dan mengembangkan diri. Walhasil, perempuan-perempuan ini tak mampu untuk mengembangkan potensi terbesar dirinya.

Poin inilah yang ditekankan Melinda Gates ketika mencoba menjembatani antara privilege yang kita punya dengan keterlibatan untuk melakukan kegiatan sosial di masyarakat. 

Sebagai seorang feminis, Melinda menyadari pentingnya perempuan berjuang bersama-sama melawan ketimpangan gender. Ketika perempuan biasa memperoleh haknya, keluarganya ikut berkembang bersama dirinya—begitu pula masyarakat yang menghargai hak-hak perempuan juga akan ikut berkembang. Melinda meyakini bahwa terdapat prinsip kebenaran sederhana bahwa kesetaraan gender mengangkat harkat semua orang.

Kapan pun kita melibatkan suatu kelompok yang telah diasingkan, dianggap tidak ada, dan diminoritaskan, kita dapat mendatangkan manfaat bagi semua orang. Dan, ketika kita mau bekerja dalam skala global untuk melibatkan perempuan dan gadis, yang jumlahnya setengah dari tiap populasi, kau bekerja untuk mendatangkan manfaat bagi semua anggota dari setiap komunitas.

Seperti yang Melinda katakan dalam buku The Moment of Lift, “Jika kamu ingin memperjuangkan kemanusiaan, berdayakanlah perempuan. Sebab, ia merupakan investasi paling komprehensif, luas, dan besar dampaknya yang bisa kamu sumbangkan bagi manusia.” Dan, tentu saja di buku The Moment of Lift banyak pelajaran tentang pemberdayaan perempuan yang dapat kita teladani. (Tejo)

3 replies

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] Melinda Gates dalam The Moment of Lift, rata-rata perempuan di seluruh dunia menghabiskan waktu mereka dua kali […]

  2. […] tetapi laki-laki boleh membentak di kantor? Respons emosional mana yang lebih dewasa?”, tanya Melinda Gates dalam bukunya The Moment of […]

  3. […] satu kisah yang dibagikan Melinda Gates lewat bukunya The Moment of Lift adalah kisah perjalanannya ke India 20 tahun silam. Di sana, ia […]

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta