sebuah buku tua yang memancarkan manfaat seperti karya Kahlil Gibran

Karya Kahlil Gibran Satu Abad yang Tetap Terkini

Kahlil Gibran dikenal oleh khalayak umum sebagai sastrawan dunia dengan karya-karya yang berdiksi indah. Padanan kata yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang memiliki karakteristik khas seorang Kahlil Gibran. Tidak hanya dikenal dengan keindahannya semata, karya-karya Kahlil Gibran juga dikenal dengan kritik sosial yang terjadi pada masanya. Konflik-konflik yang berada di lingkungannya diadaptasi menjadi suatu karya tulis yang menarik. Tidak hanya demikian, tulisan-tulisan beliau seolah menjadi rujukan para penyair “berguru”. Daya tarik lainnya sebab karya ini juga dipercaya sebagai adaptasi kisah cinta dari sang maestro sendiri

Satu Abad yang Tak Kunjung Padam

Salah satu karya yang lahir dari tangan piawai Kahlil Gibran adalah Sayap-Sayap Patah. Karya ini perdana terbit dengan judul The Broken Wings, terbit sebagai poetic-novel yang dituliskan pertama kali dalam Bahasa Arab. Terbitan pertama kali pada tahun 1912. Terhitung pada tahun ini, karya sastra dunia ini telah hadir di dunia literasi sejak 109 tahun yang lalu. Satu abad lebih! Karya tersebut terus-menerus dikonsumsi oleh para pembaca—bahkan dari seluruh dunia, dan telah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Sayap-Sayap Patah yang merupakan kisah cinta dengan diksi indah dan romantis, menambah daya tarik karya satu ini. Seolah menjadi satu paket yang utuh, kisah cinta dengan diksi yang indah ditawarkan lewat karya sastra dunia yang satu ini.

Baca juga https://www.arabnews.com/node/1613941/lifestyle

Karya yang direkomendasikan

The Broken Wings terus hadir menjadi karya yang dirujuk untuk proses kreatif. Begitupun dalam Bahasa Indonesia, telah diterjemahkan dengan judul Sayap-Sayap Patah. Di tahun 2021 ini, Bentang Pustaka menghadirkan karya ini kembali dalam edisi bahasa Indonesia. Bentang Pustaka menghadirkan penerjemah yang mampu menerjemahkan karya Kahlil Gibran menjadi relevan di Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Edisi Sayap-Sayap Patah kali ini seolah tetap menjaga karya ini terus menarik perhatian, tanpa menghilangkan orisinalitas, sekaligus menyesuaikan dengan pembahasaan di Indonesia. 109 bukan tahun yang sebentar, tapi relevansi karya ini masih begitu kentara dan direkomendasikan untuk para pembaca di seluruh dunia.

 

 

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta