Surga dan Adagium Sejenis

Surga sering kali dianggap sebagai konsep yang abstrak dan utopis. Kedudukannya yang tak kasat mata dan tak maujud material, menjadikannya hanya dapat dipercaya melalui jalan keagamaan. Meskipun demikian, dalam Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Ajidarma, adagium surga diumpamakan dalam peristiwa-peristiwa yang real terjadi. Artinya, ia dapat tampak sebagai sesuatu yang nyata dan benar-benar ada, terlebih, dalam kisah Maneka dan Satya.

Kenestapaan

Kerap kita alami betapa menyedihkannya hidup ini. Kehilangan pekerjaan, putus cinta, keluarga tidak harmonis, dan peristiwa kenestapaan sejenis lainnya. Perasaan ingin mengakhiri hidup menjadi lebih sering muncul ketimbang semangat untuk tetap bertahan. Dalam kisah Maneka dan Satya, adagium ini tampak secara gamblang dalam latar belakang mereka berdua. Dua buah nasib yang beririsan dan membentuk kenestapaan yang serupa. Kita dapat melihat surga dalam wajah keduanya, wajah yang ikhlas menerima takdir tergariskan, wajah yang senantiasa ingin terus hidup meski dibunuh. Sementara, nirwana merupakan tempat merdeka bagi mereka-mereka yang di dunia terkungkung takdir. “Adalah surga bagi mereka yang senantiasa berbahagia meskipun dalam penderitaan.” Maneka dan Satya membuat kita dapat melihatnya dengan jelas, sangat jelas.

Baca juga https://bentangpustaka.com/kitab-omong-kosong-bukan-sekadar-omong-kosong/

Pencarian

Pencarian lebih sering memandu kita pada proses yang membosankan, yang menjenuhkan bukan main. Kita lebih sering berhenti sebelum menemukan apa yang kita cari. Padahal, sebenarnya kita telah menemukan sesuatu dalam pencarian itu sendiri, lewat kesabaran, lewat kekonsistenan. Sekali lagi, Maneka dan Satya membuat kita begitu mewajarkan surga sebagai sesuatu yang dekat. Orang-orang yang mencari itu, pada akhirnya, akan dipertemukan dengan tujuan. Perjalanan sekaligus pencarian akan buntut takdir dalam Kitab Omong Kosong menjadikannya sebuah perjalanan spiritual, perjalanan yang menemukan surga sepanjang rentang peristiwanya. Itulah sebabnya, saat kita mengimani esensi dari sebuah perjalanan, kita akan menemukan surga.

Dengan adanya dua adagium ini, kisah dalam Kitab Omong Kosong menjadi inklusif dan tidak dogmatis. Surga yang lekat dengan ajaran agama, mangklih menjadi hal yang dekat dengan realitas dan memberikan kita visual yang menarik, atau setidaknya memberikan kita kisi-kisi tentang bagaimana surga itu sebenarnya. Kita dapat merasakannya, setidaknya mendapatkan kisi-kisi sedikit gambaran mengenai surga. Masih banyak kisah yang membawa kita menemukannya dalam setiap peristiwa di dalam kisah ini. Selengkapnya dalam Kitab Omong Kosong.

 

Dapatkan di linktr.ee/Bentang dan toko-toko buku kesayanganmu~

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta