Hanya Tiga Kata, Lahirnya Kembali Novel Dwitasari
Untuk kamu para penikmat kisah dengan cerita lika-liku percintaan, tentunya sudah tidak asing dengan perempuan bernama Dwitasari, atau yang dikenal sebagai Ratu Galau di media sosial. Seorang penulis yang sejak 2012 sudah melahirkan hampir 20 judul buku dengan tema jatuh cinta dan patah hati. Novel-novel Dwitasari tak jarang berhasil membuat hati teriris, sedikit meringis, dan tiba-tiba mata ikut menangis.
Tidak hanya terkenal sebagai kisah yang membuat galau, novel karya Dwitasari juga bisa menjadi obat bagi setiap hati yang terluka. Menjadi penyelamat bagi hati yang tersesat. Dan, menjadi solusi untuk hati yang telah disakiti.
Karya terakhirnya berjudul Tidak Pernah Ada Kita terbit pada tahun 2018. Setelah itu, dia tidak pernah lagi melahirkan novel dengan kisah-kisah yang galau. Ke mana, sih, Dwitasari?
Hiatus Selama Dua Tahun
Selama tahun 2018-2020, Dwitasari memfokuskan dirinya untuk mengisi seminar atau workshop seputar kepenulisan. Kurang lebih ada 31 event menulis yang telah dia kerjakan selama dua tahun. Sehingga, dia memilih hiatus melahirkan kisah galaunya dalam bentuk novel. Selain itu, dia juga disibukkan dengan proses adaptasi salah satu karyanya ke dalam project layar lebar.
Meskipun tidak hadir dalam bentuk buku, Dwitasari masih aktif membuat kutipan-kutipan kegelisahannya mengenai permasalahan hati di akun Twitter dan Instagram-nya.
Hanya Tiga Kata, Menceritakan Apa?
Bercerita tentang rumitnya pertemanan antara lawan jenis, Disa dan Kevin. Mereka telah bersahabat sejak kecil, dan tanpa pernah ada rasa “lebih dari sahabat” sedikit pun. Namun, persahabatan mereka harus diuji dengan hadirnya perasaan “lebih dari teman”.
Disa heran dengan teman-teman cewek di sekolahnya. Untuk apa mereka mengidolakan Kevin? Bagi Disa yang sudah kenal Kevin sejak balita, cowok itu nggak banget selain modal tampang doang. Apa yang bisa diharapkan dari jagoan sekolah yang hobi tawuran dan bolos kelas? Disa sebagai sahabat merasa gagal “mendidik” Kevin. Iya, sahabat, meski banyak yang mengira mereka lebih dari itu. Masih ada, ya, cowok-cewek murni sahabatan?
Hidup Disa semakin kusut. Sementara keutuhan keluarga cewek itu sedang di ujung tanduk, Kevin justru datang dengan masalah yang nggak main-main, menyangkut nyawa manusia. Belum lagi, orang ketiga yang muncul di antara mereka, juga desir aneh di hati keduanya. Disa merasa dituntut punya kekuatan super, berjibaku membereskan segalanya.
Hanya Tiga Kata, untuk Siapa?
Ada banyak alasan yang menyebabkan persahabatan antara lawan jenis bisa terjadi. Salah satunya rasa melindungi yang terkadang lebih mudah ditemukan pada sosok laki-laki. Atau, rasa perhatian yang mudah ditemukan pada sosok perempuan. Pada akhirnya, kedua hal itu bisa menimbulkan kenyamanan antar-kedua lawan jenis tersebut.
Akan tetapi, pertemanan dengan lawan jenis menjadi satu hal yang sangat diragukan kemurniannya oleh banyak orang. Rasanya mustahil, bila ada seorang laki-laki dan perempuan dalam suatu hubungan, yang tentunya sudah lama, tetapi tidak ada rasa nyaman yang berlebihan. Pasti ada salah satu pihak yang diam-diam akan menyimpan rasa tersebut.
Untuk kamu yang sedang dirundung perasaan galau akan pertemanan kalian, Hanya Tiga Kata bisa mewakili bingungnya hati kalian karena hadirnya perasaan “lebih dari biasanya”. Ketika teman yang biasanya menjadi ladang curhat gundah gulananya hatimu, justru menjadi penyebab hal itu terjadi. Ketika teman yang biasanya menjadi tempat solusi setiap masalahmu, justru menjadi masalah yang harus kamu temukan solusinya.
Masih dengan Gaya Menulis Khas Dwitasari
Konflik yang dihadirkan dalam Novel Dwitasari kali ini, tidak hanya berkutat dengan masalah galaunya hati Disa akan pertemanannya dengan Kevin. Namun, ada konflik-konflik lain yang ikut meramaikan cerita hidup Disa. Salah satu konflik yang akan menguras emosi pembaca adalah konflik yang justru hadir dalam keluarga Disa.
Dwitasari seolah mengajak kita untuk peka terhadap masalah yang (kemungkinan) bisa terjadi di hidup kita. Bukan hanya perihal cinta, bahkan perihal rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman dan nyaman, sewaktu-waktu bisa berubah menjadi tempat yang paling tidak aman.
Selain itu, ada banyak kutipan yang secara halus “menyindir”. Jika kutipan itu sangat dekat dengan apa yang sedang kamu rasakan, siap-siap emosimu akan teraduk-aduk. Kalau tidak membuatmu tersenyum, yaaa, siapkan tisu untuk mengelap air matamu yang akan menetes, ya!
Lahirnya Hanya Tiga Kata, dalam Waktu Dekat
Dua novel Dwitasari terakhir yang diterbitkan oleh Bentang Belia, berjudul Setelah Kamu Pergi dan Tidak Pernah Ada Kita, berhasil menduduki jajaran “Novel Best Sellers”. Dan, Hanya Tiga Kata akan diperkiran menjadi novel best seller Dwitasari selanjutnya.
Tanggal 24 Juni 2020 nanti, kamu bisa menculik kisah Disa dan Kevin yang akan membuatmu baper. Dan, untuk yang sedang berada dalam lingkaran pertemanan yang “sangat nyaman”, sangat mungkin untuk menemukan solusi, apakah harus bertahan dalam diam atau melepaskan dengan mengungkapkan? Atau, bisa jadi, akan ada pilihan solusi lainnya, yang dihadirkan dalam novel Dwitasari kali ini.
Tidak hanya mendapatkan sebuah novel, kamu juga akan menemukan paket gimmick yang akan melengkapi “penculikan” Hanya Tiga Kata karya Dwitasari ini. Untuk informasi lebih lengkapnya, kamu bisa melihat di Instagram Bentang Belia, ya!
(Justika Imaniar Hijri)
Trackbacks & Pingbacks
[…] memiliki teman baik atau sahabat masing-masing. Layaknya Kevin dan Disa dalam Hanya Tiga Kata karya Dwitasari, mengisahkan kehidupan persahabatan mereka sejak kecil. Disa selalu ada dan pengertian untuk Kevin, […]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!