George Orwell, 1984: di Mana Kebebasan dan Keadilan?

George Orwell menerbitkan 1984 pada 6 Juni 1949. Pada 2018 Bentang Pustaka menerbitkan versi terjemahan bahasa Indonesia. Meski novel Orwell ini telah berusia lebih dari 70 tahun saat ini, isi dan pesan yang ingin disampaikannya masih sangat relevan. Dengan gaya satire khas George Orwell, ia mengangkat kritik akan kebebasan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat.

1984 dianggap sebagai karya terbaik Orwell. George Orwell sendiri bahkan dipandang sebagai penulis terbaik di generasinya. Keterlibatannya pada Perang Dunia II memberikannya pandangan pada gaya-gaya menulisnya. Karya George Orwell ini juga telah masuk jajaran buku terbaik di dunia versi Times Magazine. 1984 juga dinobatkan sebagai buku paling visioner dan paling berpengaruh di dunia versi The Guardian.

Pandangan 1984 Tentang Masa Depan

Pada dasarnya 1984 merupakan novel distopia. Di mana tempat khayalan yang segala sesuatunya sangat buruk dan tidak menyenangkan, serta semua orang tidak bahagia. Sebagai karya anti-utopia ini, maka pada bagian tertentu 1984 menggambarkan bagaimana sebuah “masa depan” menurut pandangan Orwell.

Maka dari itu, latar pada novel 1984 merupakan kondisi serta gambaran akan masa yang akan datang. Secara temporal tentunya berbeda dengan masa di mana sang penulis hidup kala itu. Setidaknya berbeda dengan waktu kali pertama novel tersebut diterbitkan. Latar belakang 1984 juga tak jauh dari refleksitas George Orwell terkait pengalaman politiknya.

Pada 1984 menggambarkan kondisi saat dunia terbagi dan pecah menjadi tiga negara besar. Tiga negara besar tersebut meliputi Oceania, Eastasia, dan Eurasia. Penceritaan dalam novel mengisahkan ketiga negara besar tersebut berada dalam peperangan tanpa henti. Tujuan peperangan tersebut tentunya untuk menguasai satu sama lain.

Keadilan dan Kebebasan Direnggut

Karya George Orwell ini mengisahkan sang tokoh utama bernama Winston Smith. Ia merupakan seorang anggota partai Sosing yang berkuasa di negara Oceania. Winston merupakan pengikut Big Brother sang Penguasa. Bekerja di Ministry of Truth pada bagian berita dan propaganda yang bertujuan untuk membentuk opini dan cara berpikir masyarakat. Bertujuan untuk mengarahkan visi dan misi partai pada masyarakat luas dan mengikutinya.

Kehidupan Winston dijalani dengan senang hati pada awalnya. Hingga akhirnya ia menyadari bahwa kondisi masyarakat sangat mengagetkan baginya. Winston melihat masyarakat tidak mengetahui lagi bagaimana kehidupan mereka sebenarnya berjalan. Sejak dulu, masa lalu hingga masa itu, masyarakat tidak mengetahui sejarah mereka secara jelas. Penyebabnya tentu ulah dari partai.

Partai Winston membolak-balikkan realitas dengan mengubah dan membentuk kebenaran sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Keadilan dan kebebasan di dunia 1984 sangatlah dibatasi oleh penguasa. Penggambaran situasi oleh Orwell sangat kejam. Masyarakat penuh dengan gejolak di mana peperangan telah menjadi kebiasaan dan rutinitas. Kondisi masyarakat tanpa henti dari hari ke hari semakin suram.

Realitas pada masyarakat telah menjadi abu-abu. Masyarakat tidak mengetahui mana realitas yang benar dan yang salah. Masyarakat sulit menerka mana yang nyata, dan mana yang bohong. Penguasa rezim juga selalu mengawasi gerak-gerik masyarakat. Pemberitaan hanya memperlihatkan kemenangan pasukan militer partai, kestabilan ekonomi, dan taraf hidup yang semakin membaik. Namun pada kenyataannya, masyarakat tidak seperti itu.

Menjadi hal yang ironi, ketika Winston, yang menjadi anggota partai saja merasa hidup di masyarakat sangat kejam. Pada kenyataannya, untuk mendapatkan pisau cukur saja, dirinya harus membohongi orang-orang dan menyimpan barang tersebut karena langkanya barang itu.

Pergerakan Pemberontakan

Akan tetapi, dalam penceritaan 1984, sang protagonis Winston mulai sadar dan memberontak terhadap sistem totaliter partai di bawah kekuasaan Big Brother yang selalu berdalih mengatasnamakan kebaikan bersama. Pergerakan Winston dimulai dengan menulis catatan harian secara sembunyi-sembunyi. Hal tersebut bertujuan untuk memantik sedikit harapan dari dunia yang penuh kebohongan dan kepalsuan di tempat ia hidup.

Tulisan-tulisan Winston selalu menceritakan mengenai kekuasaan sang penguasa. Kediktatoran Big Brother pada kehidupan setiap individu dalam masyarakat yang dilakukannya dengan berbagai cara. Pemberontakan Winston melalui coretan penanya pun semakin memuncak ketika dirinya bertemu dengan Julia. Seorang perempuan yang awalnya dicurigai sebagai mata-mata partai. Namun, ternyata Julia menjadi pasangan Winston untuk berbagi cerita. Mengeluarkan segala isi pikirannya akan rezim dunia yang tidak sesuai pikiran mereka.

Pada akhirnya, segala gerakan Winston sia-sia. Pihak partai dapat mengendus apa yang dilakukan Winston dan Julia. Hingga akhirnya mereka dihukum. Mereka juga harus menjalani indoktrinasi. Hingga pada akhirnya Winston harus kembali ke kehidupan semulanya, di bawah rezim yang berkuasa penuh. Hidup di mana realitas menjadi abu-abu dan hanya bagian baik saja yang diperlihatkan.

Relevansi dengan Kondisi Saat Ini

1984 karya George Orwell ini dianggap masih sangat relevan dengan kehidupan masyarakat. Bahkan hingga saat ini, isu-isu yang dilontarkan Orwell mengenai kebebasan dan keadilan sangat menjadi isu yang ramai di masyarakat. Kondisi masyarakat sosial saat ini sedang ramai akan perseteruan di Amerika Serikat mengenai isu rasisme dan diskriminasi.

Pada realitasnya, sejak dahulu kala, di belahan dunia mana pun kasus diskriminasi khususnya rasisme sangatlah menjadi masalah. Represi akan keadilan dan kebebasan akan mereka yang terkait rasisme dan diskriminasi sangat terasa dan terlihat di masyarakat sosial sejak dahulu hingga saat ini.

Kebebasan dan Keadilan Hak Setiap Individu

Suatu tatanan masyarakat tentunya akan menjadi sangat damai jika kebebasan dan keadilan setiap individu dijunjung tinggi. Rasisme dan diskriminasi tidak seharusnya didapatkan oleh setiap individu. Hak akan kebebasan dan keadilan semestinya dirasakan dan didapatkan oleh setiap orang dalam masyarakat sosial. Tentunya dengan mempertimbangkan dan tidak membatasi hak kebebasan dan keadilan orang lain.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta