Tag Archive for: Islamic Montessori

DIY Aktivitas Islamic Montessori

Aktivitas Islamic Montessori, Bisa Kamu Lakukan Sendiri

Montessori ternyata merupakan metode pengasuhan anak yang fleksibel. Tidak hanya mudah untuk diaplikasikan pada berbagai macam permainan dan aktivitas, Montessori juga dapat disesuaikan dengan tujuan pengajaran orang tua atau pendidik. Buktinya, sekarang ada yang namanya akvitas Islamic Montessori.

Islamic Montessori merupakan pilihan tepat bagi orang tua dan pendidik yang ingin mengajarkan ajaran agama Islam kepada anak. Metode pengasuhan ini berasal dari metode Montessori yang dimodifikasi sehingga orang tua dapat mengajarkan ajaran agama Islam dengan tetap mengikuti filosofi Montessori dan tetap berlandaskan lima aspek Montessori berikut: practical life, language, mathematics, culture, dan sensorial. Bedanya, Islamic Montessori mengasah aspek Islamic studies kepada anak.

Di Indonesia, Islamic Montessori merupakan metode yang sedang digandrungi oleh orang tua dan pendidik anak. Bahkan, ada komunitas Indonesia Islamic Montessori Community yang didirikan oleh Zahra Zahira. Selain mendirikan komunitas Islamic Montessori, Zahra juga menulis buku best seller berjudul Islamic Montessori Inspired Activity yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Untuk memudahkan orang tua mencoba metode ini, berikut beberapa aktivitas Islamic Montessori yang dapat dilakukan di rumah. Aktivitas Islamic Montessori di bawah ini diambil dari buku Islamic Montessori Inspired Activity.

 

  1. Aktivitas Islamic Montessori Building Animal Words with LMA

Alat dan bahan:

Nampan, model hewan, LMA, dan label nama

Aplikasi kegiatan:

Allah berfirman dalan QS An-Nur ayat 45, “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Letakkan beberapa model hewan di atas alas kerja. Buka LMA dan letakkan di sebelah kiri alas kerja. Apabila tidak memiliki material ini, orang tua dapat membuat material ini sendiri. Letakkan model hewan di atas alas kerja dan tanyakan kepada anak terlebih dahulu untuk meletakkan model hewan di sebelah kanan alas kerja. Letakkan label nama model hewan tersebut dan minta kepada anak untuk mencari huruf yang sesuai pada label nama. Lanjutkan dengan hewan lainnya.

  1. Fruit Satay Ramadhan

Alat dan bahan:

Nampan, mangkuk, tusuk satai, nanas berbentuk binatang, apel berbentuk bulan sabit, kurma, anggur hitam, ubi ungu, dan ubi oranye.

Aplikasi kegiatan:

Jelaskan kepada anak bahwa Ramadan adalah bulan suci umat Islam. Pada bulan ini, umat Islam harus berpuasa dari subuh hingga magrib selama 29―30 hari. Ketika berbuka puasa, sebaiknya tidak kalap dan usahakan makan yang sehat. Satai buah ini merupakan makanan sehat yang tepat untuk disajikan saat berpuasa. Siapkan tusuk satai dan mulai tusuk buah satu per satu. Sisakan nanas dan apel untuk ditusuk paling atas.

Alat dan bahan:

Nampan, kertas pasir Hijaiyah, model sayuran, dan label bahasa Arab sayuran.

Aplikasi kegiatan:

Letakkan satu per satu model sayuran di atas alas kerja, beri tahu nama sayuran dan bahasa Arab kepada anak. Ambil huruf Hijaiyah, minta kepada anak untuk meraba huruf tersebut, letakkan di sebelah kiri alas kerja. Lanjutkan dengan model sayuran lainnya.

 

Masih ada banyak aktivitas  yang dapat dilakukan di rumah dengan sarana yang mudah ditemukan. Yang paling utama dalam mengaplikasikan Islamic Montessori adalah dengan menyambungkan aktivitas tersebut dengan ajaran Islam yang perlu anak ketahui. Namun, untuk mengoptimalkan perkembangan anak, orang tua tetap perlu mengeksplorasi aktivitas yang mengasah aspek lainnya, bukan hanya yang mengasah Islamic studies. Oleh karena itu, dalam buku Islamic Montessori Inspired Activity, Zahra Zahira juga memberikan DIY aktivitas Montessori yang mengasah lima aspek Montessori secara lengkap.

Keseruan Workshop DIY-Montessori bersama Ms Zahra Zahira

Antusiasme para orang tua di seluruh Indonesia dalam menyambut buku Islamic Montessori Inspired Activity rupayanya tergambar jelas dari jumlah pemesanan Pre Order bukunya yang hampir mencapai 3000 eksemplar hanya dalam waktu seminggu. Ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan anak usia dini (PAUD) semakin mendapatkan perhatian lebih, terutama metode Montessori yang diakui banyak pakar sebagai metode parenting terbaik di dunia saat ini. Dengan adaptasi terhadap budaya Indonesia dan ajaran agama Islam, Islamic Montessori mulai banyak diterapkan tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dengan orang tua sebagai pendidik.

Untuk mendukung penerapan Islamic Montessori di rumah, @bentangkids sebagai bagian dari Bentang Pustaka menyelenggarakan acara Workshop DIY-Montessori pada tanggal 26 Mei 2019 yang lalu di Jakarta secara gratis. Do-It-Yourself Montessori atau Montessori yang dibuat sendiri adalah judul dari workshop yang dirancang untuk membantu para orang tua yang ingin mempraktikkan Montessori di rumah, namun terkendala dengan terbatasnya apparatus Montessori yang harganya cenderung mahal. Tema yang diangkat adalah “Pet Animals” sehingga para peserta mempraktikkan permainan Montessori yang dibuat sendiri menggunakan ilustrasi yang berkaitan dengan binatang-binatang peliharaan. Salah satu yang dipraktikkan adalah belajar berhitung menggunakan media kertas bergambar sapi dan pompom.


Ms Zahra Zahira sebagai pembicara dan trainer utama membagikan pengetahuan dan pengalamannya sebagai praktisi dan penulis buku Islamic Montessori Inspired Activity kepada para peserta. Dari konsep hingga tip-tip aplikatif dalam menerapkan metode ini di rumah. Diskusi dengan para peserta berlangsung sangat seru. Para peserta memanfaatkan kesempatan bertemu langsung dengan Ms Zahra untuk menanyakan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam mengaplikasikan Montessori kepada anak.

“Awalnya aku bingung mau mulai dari mana nerapin ilmu Montessori ini karena aku adalah ibu yang bekerja, jadi merasa punya waktu sedikit buat anak. Berangkat dari situ, aku mau waktuku yang sedikit itu menjadi waktu yang berkualitas buat anak-anak. Betapa bersyukurnya aku bisa dapet kesempatan belajar langsung sama ahlinya dan dapet fasilitas yang “WAH” dari pihak Bentang Pustaka. Selain dapet ilmu Islamic Montessori, aku juga dapet temen baru dari ibu-ibu yang ikutan acara kemarin, senangnya!” ujar Lilia Isyabela, salah satu pemenang tiket workshop dan buka bersama Ms Zahra Zahira, dalam akun instagramnya.

Menurut peserta yang lain, seperti Nur Amalina Khodijah, ia mengatakan bahwa selama ini hanya ‘mengawang-awang’ tidak begitu paham seperti apa belajar di kelas Montessori. Setelah mengikuti workshop, melihat dan melakukan simulasinya secara langsung, ia menjadi mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk mengajak bermain buah hatinya menggunakan metode Montessori. Ia menambahkan, “Buat ibu-ibu yang mau belajar Montessori atau yang masih suka bingung mau isi kegiatan apa sama anak, buku Islamic Montessori Inspired Activity ini recommended. Bahasanya ringan juga, gampang dipahami.”

Untuk para orang tua yang ingin mempelajari Montessori dan mencoba mempraktikkan simulasi secara langsung bersama Ms Zahra Zahira tetapi tidak sempat ikut workshop di Jakarta kemarin, jangan khawatir. Workshop serupa juga akan diadakan di tiga kota berikutnya, yaitu Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta. Nantikan informasi lebih lanjut hanya di akun Instagram @bentangkids 😊

Belajar Montessori: Haruskah Punya Aparatus Montessori?

Ketika mendengar istilah Montessori, kita mungkin akan mengasosiasikannya dengan aparatus Montessori. Aparatus Montessori merupakan perangkat permainan yang dirancang agar anak mampu menemukan suatu konsep secara mandiri dengan memainkannya berulang-ulang. Dalam proses eksplorasinya, apabila anak melakukan kesalahan, ia akan memperbaiki hal tersebut melalui pengulangan. Aparatus dibuat menarik untuk dimainkan berkali-kali dan didesain secara detail dan presisi sesuai dengan kemampuan anak usia dini. Setiap permainan memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda dan fokus pada aspek-aspek tertentu. Itulah mengapa perancangan aparatus Montessori tidak sembarangan dan harganya cenderung mahal.

Pertanyaan yang muncul kemudian: apakah metode Montessori tidak dapat diterapkan di rumah apabila tidak ada aparatus Montessori?

Pertama, kita harus memahami terlebih dahulu gambaran besar dari Montessori itu sendiri. Apa maksud di balik filosofi, prinsip-prinsip, dan permainan yang dirancang sedemikian rupa tersebut. Dalam sebuah kuliah online, Ms. Zahra Zahira menyampaikan, “Montessori adalah filosofi. Filosofi dalam mendidik anak. Filosofi dalam menghargai anak sebagai individu yang dihargai, yang memiliki perasaan seperti orang dewasa.” Ia menambahkan, “Satu hal yang perlu diingat jika kita ingin mengaplikasikan Montessori di rumah, kitalah, orang dewasalah, orang tuanyalah yang harus berubah terlebih dahulu. Kita perlu memberi model perilaku yang baik untuk anak-anak.”

Salah satu area penting dalam Montessori adalah practical life skill atau keterampilan praktik kehidupan. Hal-hal yang dilakukan setiap orang dalam kesehariannya menjadi komponen pembelajaran Montessori. Anak diajarkan untuk dapat mengurus keperluan dasarnya secara mandiri dan dilatih beradaptasi dalam kehidupan sosialnya.
Untuk mengajarkan practical life skill, terdapat banyak pilihan aparatus yang bisa dibeli. Akan tetapi, sesungguhnya orang tua dapat menggunakan benda-benda yang sudah ada dan menyesuaikannya dengan kemampuan dan keamanan alat dan bahan tersebut untuk si kecil.

Contohnya, permainan spoon grains dapat menggunakan mangkuk plastik dan sendok yang sesuai dengan ukuran tangan si kecil. Berbagai kegiatan memasak juga dapat menjadi bahan permainan, seperti mencuci buah dan sayur, mengupas kentang dengan alat kupas yang aman, menuang air, berkreasi dengan cetakan kue, dan sebagainya. Selama permainan tersebut disesuaikan dengan kemampuan si kecil, dapat dilakukan berulang-ulang, dan sesuai dengan prinsip-prinsip Montessori, orang tua tidak perlu khawatir ketika tidak ada aparatus Montessori.

Berangkat dari kesadaran bahwa penyediaan aparatus Montessori tidak selalu bisa dilakukan oleh setiap orang tua, Ms. Zahra Zahira, founder Indonesia Islamic Montessori Community menulis buku berjudul Islamic Montessori Inspired Activity. Buku ini memuat panduan bagaimana menyiapkan alat, bahan, dan cara bermain ala Montessori dengan kombinasi nilai Islami dan kebudayaan Indonesia. Terdapat lebih dari 200 aktivitas yang telah disesuaikan dengan K-13 Diknas Indonesia dan mencakup 7 area penting Islamic Montessori.

Ikuti Pre Order Islamic Montessori Inspired Activity di toko-toko buku online dan reseller kami. Informasi lebih lanjut, cek Instagram @bentangkids dan jangan lupa follow agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya!

BENTANGPUSTAKA

Belajar Islamic Montessori di Rumah Belum Lengkap Tanpa Hal-Hal Berikut!

Menerapkan sebuah sistem pembelajaran untuk anak di rumah membutuhkan persiapan yang matang. Semakin baik dalam persiapannya, maka semakin efektif pelajaran yang diserap oleh anak. Dalam artikel sebelumnya telah dijelaskan beberapa hal yang penting sebelum memulai Islamic Montessori di rumah. Baca artikelnya DI SINI.

Lalu, apakah persiapan saja sudah cukup? Tentu tidak, Happy Parents. Selama kegiatan Islamic Montessori, anak tidak serta-merta dilepaskan begitu saja untuk bermain dan mengeksplorasi permainannya. Namun, orang tua perlu konsisten mengarahkan anak sesuai dengan filosofi Montessori dan nilai-nilai Islam yang ingin ditanamkan. Berikut hal-hal yang wajib diperhatikan saat penerapan Islamic Montessori di rumah.

Presentasi Kegiatan dengan Beginning, Middle, dan End serta Mengaitkan dengan Nilai Islami
Setiap kegiatan Montessori harus memiliki sistematika dan waktu yang ditentukan untuk melatih kedisiplinan. Secara tidak langsung juga memberi kenyamanan kepada anak karena anak peka terhadap keteraturan. Sistematika kegiatan Montessori dibagi menjadi tiga sesi, yaitu pembukaan, pertengahan, dan penutupan. Dalam Islamic Montessori, hendaknya setiap sesi dilakukan dengan menyebut asma Allah dan mengaitkan kegiatan dengan kebesaran dan ciptaan Allah.

SHOW Presentation and Limit Intervention
Sebelum anak mampu bermain Montessori secara mandiri, kita perlu mencontohkan terlebih dahulu. Anak-anak tidak akan mengerti dan mengingat dengan baik apa yang kita contohkan apabila kita menjelaskan sambil memeragakan kegiatan tersebut. Penjelasan menggunakan kata-kata harus dilakukan bergantian dengan penjelasan menggunakan gerakan tangan. SHOW merupakan singkatan dari Slow Hands, Omit Words yang berarti gerakan tangan yang perlahan dan menahan mulut untuk berbicara ketika tengah memeragakan cara bermain dalam Islamic Montessori.

Mengaplikasikan Work Cycle
Yang satu ini terlihat mudah dan sederhana, tetapi perlu konsistensi dari orang tua untuk mengingatkan anak, khususnya pada awal-awal penerapan Islamic Montessori di rumah. Orang tua perlu menyiapkan satu nampan untuk setiap permainan Montessori. Ketika permainan itu akan digunakan oleh anak, anak harus membawa nampan tersebut ke “ruang kerjanya”, yaitu pada mat yang bisa diletakkan di meja atau lantai. Sehingga, seluruh proses bermain dan belajar hanya dilakukan di atas mat. Setelah selesai, ia harus mengembalikannya pada lemari atau tempat khusus permainan Montessori yang disediakan orang tua. Ini akan membentuk karakter disiplin dan tanggung jawab dalam dirinya.

Dalam buku Islamic Montessori Inspired Activity yang akan terbit sebentar lagi, ketiga hal tersebut dijelaskan lebih terperinci disertai berbagai aktivitas dan tip pendukung yang dapat menjadi panduan orang tua dalam menerapkan Islamic Montessori di rumah. Nantikan karya dari Ms. Zahra Zahira, founder Indonesia Islamic Montessori Community ini, ya! Hanya di Bentang Pustaka. Follow Instagram @bentangkids agar tidak ketinggalan informasinya.

Lebih dekat dengan Ms. Zahra Zahira, Penulis Islamic Montessori Inspired Activity

Di tengah semaraknya dunia pendidikan anak usia dini terhadap metode Montessori, pada akhir April mendatang Bentang Pustaka akan meluncurkan buku parenting berjudul Islamic Montessori Inspired Activity. Buku ini hadir tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan para orang tua dalam memahami Montessori yang telah dipadukan dengan nilai-nilai Islami, tetapi juga memberikan panduan lengkap untuk menerapkan metode tersebut di rumah.

Konsep “Islamic Montessori” lahir dari kebutuhan keluarga Muslim dalam memberikan pendidikan untuk anak usia dini yang berorientasi pada kecerdasan intelektual tanpa mengesampingkan pembentukan karakter. Adanya filosofi dan metode Montessori yang telah ada sejak akhir abad ke-19 menjadi salah satu alternatif solusi yang tepat. Dengan menyisipkan prinsip-prinsip agama Islam dalam penerapannya, anak diarahkan untuk memiliki karakter seorang Muslim yang sesuai dengan tuntunan. Oleh karena itu, terbentuklah konsep “Islamic Montessori” yang kini diterapkan di berbagai negara.

Zahra Zahira, penulis buku Islamic Montessori Inspired Activity, adalah salah seorang pegiat “Islamic Montessori” di Indonesia. Ia mendirikan Indonesia Islamic Montessori Community pada 2017 setelah cukup lama berkecimpung dalam bidang tersebut. Walaupun tidak berangkat dari latar belakang pendidikan anak usia dini, Zahra Zahira yang biasa dipanggil dengan sebutan Miss Zahra, memiliki berbagai pengalaman dan sertifikasi baik di dalam maupun luar negeri.

Miss Zahra merupakan lulusan Manajemen Universitas Airlangga, Surabaya, kemudian melanjutkan S-2 Strategic Management di Universitas Indonesia, Jakarta. Ketertarikannya pada Montessori pada 2012 diawali dari ibu mertuanya yang telah mengajar di sekolah berbasis metode Montessori selama 10 tahun. Miss Zahra kemudian mengikuti berbagai pelatihan, workshop, dan seminar tentang Montessori yang saat itu belum banyak diketahui masyarakat luas. Ia juga mempelajari berbagai cabang ilmu pendidikan anak usia dini, termasuk pengalamannya bekerja dengan anak-anak berkebutuhan khusus di ABA Therapist Coolkid Psychology dan Caulfield South Childcare di Melbourne, Australia.

Dalam sebuah kuliah online, Ms Zahra mengungkapkan, “Alhamdulillah sekarang Montessori sudah banyak dipakai dan tidak seasing dulu. Di sisi lain, saya sangat senang karena banyak orang merasakan manfaatnya. Saat saya mengaplikasikan di childcare untuk anak normal ataupun special needs, guru dan orang tua juga merasakan manfaat dari pendidikan Montessori. Hanya saja, di sisi lain, saya sedih kadang banyak orang yang ikut-ikutan tanpa mengerti filosofi Montessori.”

Dengan buku yang ditulisnya bersama Bentang Pustaka, Ms. Zahra berharap dapat membantu para orang tua untuk lebih meresapi filosofi Montessori dan mampu menerapkannya pada anak dengan optimal. Para orang tua Muslim juga akan dimudahkan dalam mempraktikkan pembelajaran Montessori sekaligus mengarahkan anak pada karakter yang diharapkan dalam agama Islam dengan cara yang menyenangkan. Terdapat 200 lebih aktivitas yang sesuai dengan K-13 Diknas Indonesia, materi sesuai dengan silabus PAUD, pembahasan detail 7 area penting Islamic Montssori, dan tip seru menyiapkan aktivitas Montessori.

Mulai Perhatikan Emosi dan Perasaan Anak, Yuk!

Emosi dan perasaan sering kali dikesampingkan dalam proses belajar anak. Sementara itu, keterampilan membaca, menulis, dan berhitung biasanya justru menjadi prioritas teratas. Pendidikan yang kita terima semenjak taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga pendidikan tinggi masih sangat berfokus pada bagaimana mengembangkan kecerdasan intelektual saja. Terlebih ketika ada sistem kompetisi di dalam kelas, seperti ranking, maka para guru dan orang tua ikut berlomba dalam menjejali anak-anak dengan materi-materi yang memusingkan.

Semakin maju peradaban dunia, tentu kompetisi akan semakin ketat dan tekanan yang dialami individu semakin besar. Menurut studi pada 2007 yang dilakukan oleh Jean Twenge, seorang profesor psikologi dari San Diego State University, bersama tim peneliti dari Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) menunjukkan bahwa tingkat stres dan gangguan kesehatan mental pelajar dan mahasiswa meningkat lima kali lipat dibandingkan dengan kondisi yang diderita pelajar dan mahasiswa pada The Great Depression Era atau era depresi besar pada 1938. Hal ini dipicu oleh kegiatan di sekolah dan budaya populer dalam kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh hal-hal eksternal, seperti kekayaan, penampilan, dan status.

Dr. Elizabeth Alderman, dokter spesialis di Pusat Medis Montefiore, New York mengatakan, “Jika anak tidak memiliki keterampilan dalam menghadapi dunia yang sebenarnya, akan sangat normal ketika mereka memiliki kekhawatiran yang berlebihan.” Kekhawatiran yang berlebihan yang dimaksud adalah ketakutan-ketakutan akan kegagalan yang berakibat pada stres. Jika pada usia muda mereka telah mengalami stres, tentu pada masa-masa mendatang tekanan yang diterima akan jauh lebih berat dan risiko peningkatan gangguan kesehatan mental akan semakin besar.

Oleh karena itu, baik aspek kognitif maupun emosional perlu diseimbangkan agar anak tidak hanya mampu menjalani kehidupan dengan keterampilan-keterampilan yang mendukung kesuksesan pendidikan dan kariernya, tetapi juga keterampilan mengelola hubungan intrapersonal dan interpersonal. Hal ini penting dalam pencapaian kebahagiaan sehingga akan tercipta generasi yang kuat secara fisik dan jiwanya.

Menurut Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Padjadjaran, Veranita Pandia, di sela acara “Seminar Skizofrenia dan Deteksi Mental Emosional pada Anak Usia Dini” di Kantor Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, pada 18 Oktober 2018, “Untuk sehat itu tidak cukup dengan dikatakan sehat secara fisik saja, tetapi juga sehat mental. Sehat jiwa artinya sehat pikiran, perasaan, dan perilaku atau kehendak kita. Oleh karena itu, kalau kita ingin membangun generasi muda yang sehat, kita harus juga memperhatikan kesehatan jiwa anak-anak.”

Bahkan, ada pendapat yang mengatakan bahwa kecerdasan intelektual bukanlah hal yang terpenting untuk dimiliki individu. Ini diungkapkan oleh Daniel Goleman, seorang psikolog yang memperkenalkan istilah EQ (Emotional Quotient) pada 1995. Melalui bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence”, ia memaparkan berbagai data yang menunjukkan bahwa kesuksesan lebih berkorelasi dengan bagaimana seseorang mampu mengelola emosi dalam dirinya dan membina hubungan dengan orang lain.

Orang tua dan para pendidik saat ini perlu memberi perhatian yang lebih pada bagaimana anak mengelola emosi dan perasaannya. Tidak hanya untuk mencegah gangguan kesehatan mental yang semakin rawan terjadi pada generasi muda, tetapi juga untuk membantu mereka mencapai kebahagiaan dan mendorong kesuksesan pada masa yang akan datang.

Dalam buku Islamic Montessori Inspired Activity yang akan terbit, akan dibahas pula mengenai pengelolaan emosi pada anak dan berbagai metode yang dapat dilakukan untuk melatih anak mengenal dan mengelola emosinya. Buku ini ditulis oleh Zahra Zahira, perintis Indonesia Islamic Montessori Community (IIMC) yang sudah berpengalaman dalam bidang pendidikan anak usia dini. Nantikan, ya!

Menerapkan Islamic Montessori di Rumah

Ketika orang tua telah memahami filosofi dan prinsip-prinsip dalam Montessori, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dapat menerapkannya kepada anak saat di rumah. Meskipun memang terdapat banyak instrumen pembelajaran yang menjadi komponen penting dalam metode Montessori, orang tua tidak perlu terlalu khawatir untuk menyediakan semua itu sekaligus. Beberapa permainan mungkin dapat dibeli, tetapi memanfaatkan barang-barang yang ada dan menjadikannya permainan Montessori juga dapat menjadi alternatif terbaik.

Begitu pula jika keluarga Muslim ingin menerapkan Islamic Montessori untuk anak. Pada dasarnya, prinsip-prinsip dan area yang dikembangkan dalam Islamic Montessori maupun Montessori sendiri tidak ada perbedaan berarti. Yang ditambahkan dalam Islamic Montessori adalah kegiatan pembelajaran studi Islam yang disisipkan secara menyenangkan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan nilai-nilai Islam sejak usia dini dan menumbuhkan kedekatan dengan Allah.

Contoh kegiatan yang paling mudah, tetapi cukup esensial adalah membiasakan anak untuk mengucapkan basmalah setiap kali memulai kegiatan dan hamdalah setiap kali mengakhiri kegiatan. Kegiatan ini juga dapat dikembangkan dengan memanjatkan doa sebelum dan sesudah menuntut ilmu. Selain itu, orang tua hendaknya selalu memberikan penjelasan kepada anak bahwa apa yang dikerjakan adalah karena kuasa dari Allah. Objek-objek pembelajaran pun, seperti mengenal hewan dan tumbuhan, atau bahan-bahan yang digunakan dalam media bermain dihubungkan dengan proses pembuatannya dan diinformasikan bahwa semua itu adalah ciptaan Allah.

Perlu diperhatikan bahwa sebelum menerapkan Islamic Montessori di rumah, orang tua perlu melakukan persiapan. Selain agar proses belajar berjalan dengan lancar, juga agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tidak hanya soal peralatan yang akan digunakan, tetapi persiapan ini juga mencakup beberapa aspek lainnya, seperti mindset atau pola pikir yang harus ditanamkan orang tua sebelum mulai memberi pendidikan Montessori kepada anak.

Pertama, menentukan tema dan mempersiapkan kegiatan sesuai tema tersebut. Waktu yang diperlukan untuk setiap tema akan sangat bervariasi, tetapi setidaknya kegiatan untuk satu minggu ke depan telah selesai dipersiapkan sehari sebelumnya. Dalam Montessori, observasi pendidik terhadap anak didik sangat penting, baik observasi proses belajar mandiri yang dilakukan anak maupun observasi kesesuaian media belajar untuk anak. Oleh karena itu, jika dalam proses pembelajaran pendidik masih sibuk menyelesaikan persiapan kegiatan, akan banyak waktu dan kesempatan yang hilang untuk observasi tersebut.

Kedua, menanamkan pola pikir pembelajaran yang terpusat pada anak, bukan pada guru. Anak telah dianugerahi oleh Allah potensi kecerdasan yang luar biasa. Ia akan menyerap dengan cepat informasi yang diterimanya. Akan tetapi, guru bukanlah satu-satunya sumber informasi. Potensi kecerdasan anak akan jauh lebih berkembang ketika ia sendiri yang memperoleh suatu ilmu dari proses belajar dan berlatihnya sendiri. Jika sebelumnya kita selalu menyuruh anak untuk duduk diam dan mendengarkan, maka dalam menerapkan Islamic Montessori di rumah, kita harus dapat mengendalikan diri untuk mengurangi intervensi dalam proses belajar anak.

Ketiga, memegang filosofi follow the child dan freedom with limits. Filosofi follow the child berarti bahwa arah dan jalan yang ditempuh anak dalam proses belajarnya ditentukan oleh dirinya sendiri. Kita harus memberikan ruang bagi anak untuk memilih. Kegiatan apa yang ia ingin lakukan? Media bermain yang mana yang ia ingin eksplorasi? Kita harus meyakini bahwa apa yang ia pilih memang yang sedang dibutuhkannya saat itu. Adapun filosofi freedom with limits berarti memberi ruang untuk ia bereksplorasi, tetapi kita perlu tahu kapan perbuatannya bersifat eksploratif atau destruktif.

Ada beberapa persiapan lainnya dalam menerapkan Islamic Montessori. Penjelasan selengkapnya dapat diperoleh dalam buku yang akan terbit dari Bentang Pustaka, yaitu Islamic Montessori. Di dalamnya juga terdapat banyak tip dan cara yang dapat dicontoh orang tua dalam menerapkan Islamic Montessori di rumah.

 

Ingin miliki bukunya? Nantikan, informasinya di akun @bentangkids ya!

 

Referensi:

Paramita, V.D. 2017. Jatuh Hati pada Montessori. Bentang Pustaka. Yogyakarta.

Zahira, Z. 2019. Islamic Montessori. Bentang Pustaka. Yogyakarta.

 

Sumber Gambar :

thenewageparents.com

© Copyright - Bentang Pustaka