Ini Nih Penyebab Friendzone yang Bikin Galau dan Pusing

Banyak sekali spekulasi mengenai penyebab dari friendzone. Pasalnya, friendzone sendiri ibarat sebuah area abu-abu dalam pertemanan lawan jenis. Saat seorang perempuan dan laki-laki berteman, biasanya muncul benih cinta tak terduga. Satu pihak kemudian menginginkan pertemanan yang lebih romantis, sementara pihak satunya hanya ingin sebatas teman. Karena tidak ada titik temu yang pas, maka akhirnya muncullah friendzone tersebut.

Sobel sendiri termasuk dalam sisi yang pro atau kontra nih dengan friendzone ini? Kalau mau menelusuri penyebab friendzone, sebenarnya bisa kita lihat dari banyak sudut pandang. Bagaimana pun juga, hubungan ini tetap saja terjadi karena adanya kesepakatan tak terucap, baik dari perempuan maupun laki-laki. Agar lebih jelas, simak deh ulasan singkatnya berikut ini!

Lebih Nyaman Jadi Teman, Bukan Lebih

Hubungan pertemanan dalam kurun waktu panjang bisa menjadi penyebab munculnya friendzone. Makin lama seseorang berteman dengan lawan jenis, pastilah kian kuat pula ikatan antara keduanya. Bukan sekadar ikatan keakraban, melainkan ikatan batin juga. Bahkan, rasa nyaman satu sama lain turut menambah romansa pertemanan ini kian hangat.

Sayang, kenyamanan itu tak pernah bisa lebih dari sebatas teman. Dua orang yang terjebak friendzone biasanya tidak berani melangkah melebihi batas pertemanan. Cukup sampai titik nyaman sebagai teman, bukan pasangan. Andai kedua belah pihak sudah berpikir seperti ini, hampir dipastikan friendzone menjadi area ternyaman mereka.

Takut Merusak Pertemanan

Selanjutnya, alasan kuat kenapa friendzone lantas jadi pilihan adalah karena takut merusak hubungan pertemanan yang ada. Ya bayangkan saja, andai pertemanan itu berubah menjadi sepasang kekasih, apa yang terjadi jika nantinya putus? Maka, ketakutan semacam inilah yang kemudian membuat seseorang enggan menyatakan perasaan ke teman sendiri. Sobel pasti familiar kan dengan kondisi ini?

Alhasil, perasaan cinta yang tumbuh dalam pertemanan pun tidak berakhir menjadi hubungan lebih jelas. Apalagi jika masing-masing pihak memiliki ketakutan yang sama. Padahal, andai saja ada sedikit keberanian, bisa jadi loh friendzone tersebut hilang dan berubah jadi hubungan kekasih. Dengan adanya kedewasaan diri, rasanya memilih menjadi pasangan tidak akan merusak pertemanan nggak sih?

Baca Juga: Friendzone Alert ⅕: Ada Friendzone di Dapur Cokelat!

Kurang Berani Mengungkapkan Perasaan

Selain karena sudah nyaman dalam pertemanan, beberapa orang juga tak mau keluar dari friendzone lantaran tak punya keberanian bicara. Bahkan, seseorang kerap menjadikan alasan pertemanan sebagai tameng untuk menutupi ketakutan. Misalnya saja yang paling sederhana: takut perasaannya tak terbalas. Jika teman yang dicintai tak punya perasaan sama, mungkin selanjutnya akan muncul kecanggungan dalam berteman.

Padahal, jujur mengungkapkan perasaan itu penting loh. Ini bukan perkara nanti diterima atau ditolak, melainkan menunjukkan ketulusan hati dalam menyayangi. Percaya deh, ungkapan hati yang tertunda biasanya menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Masak sih ada yang betulan mau terjebak friendzone selamanya?

Penyebab Friendzone Utama: Tidak Siap Berkomitmen

Namun, kebanyakan friendzone juga terjadi karena ketidaksiapan akan sebuah komitmen. Terlanjur nyaman jadi teman selama bertahun-tahun membuat seseorang malas melanjutkan hubungan lebih serius. Yah, belum siap saja kalau tiba-tiba hubungannya berubah menjadi serius. Bahkan, tak siap juga menghadapi risiko andai hubungan itu nantinya gagal.

Pilihan ini sebenarnya agak egois sih. Tak siap membuat komitmen, tetapi urung untuk melepas ikatan pertemanan yang terlalu erat. Penyebab friendzone semacam ini biasanya akan menimbulkan sakit hati pada salah satu pihak. Ketidakjelasan hubungan rentan membikin seseorang terluka amat dalam, melebihi patah hati ataupun putus cinta.

Berkaca dari ulasan tadi, jadi makin paham ya apa sih penyebab friendzone yang bikin galau anak-anak muda. Mau dibilang teman kok kebangetan, eh mau dibilang pacar kok ya cuma “teman.” Sama nih kayak kisah Abel dan David yang terjebak friendzone dalam buku Friend Zone in Jakarta. Jangan lupa ikutan PO-nya biar nggak ketinggalan cerita seru mereka!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta