Jl. Pesanggrahan No.8 RT/RW : 04/36, Sanggrahan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, 55584.
Bentang Pustaka terus berkomitmen untuk memperkaya pengalaman membaca masyarakat dan menjadi bagian penting dari ekosistem penerbitan buku di Indonesia.
. . . . .
Tipe-Tipe Anak saat Berpisah dengan Orang Tua dan Cara Menanganinya
/in Artikel, Parenting, serial montessori/by Bentang PustakaHampir semua dari kita pasti pernah merengek ketika akan berpisah dengan orang tua. Entah orang tua pergi untuk suatu urusan maupun kita yang ditinggalkan di sekolah. Sebagai orang tua, kita juga sering melihat fenomena tersebut terjadi pada anak kita. Anak terus merengek supaya kita tidak pergi ke mana-mana. Padahal, kita benar-pernah perlu meninggalkan anak untuk sementara waktu.
Hal tersebut biasa terjadi pada anak-anak karena mereka masih bergantung pada kita sebagai orang tua mereka. Kita adalah zona aman mereka. Ketika kita pergi, mereka akan resah karena mereka tidak lagi berada di zona aman. Mereka juga belum mengerti bahwa kita hanya pergi sementara dan mereka akan baik-baik saja.
Ada beberapa tipe reaksi anak ketika akan berpisah dengan orang tua mereka. Reaksi tersebut bukanlah reaksi permanen bawaan dari lahir yang tak bisa diubah. Reaksi mereka dapat berubah dengan berjalannya dan usaha dari orang tua.
Menangis Hebat
Tipe pertama ini adalah tipe yang paling umum terjadi. Anak yang bereaksi dengan tipe satu ini akan menangis ketika berpisah dengan orang tua. Bukan hanya tangisan biasa, mereka akan menangis hebat. Selain menangis, mereka juga akan menempel pada orang tua, seperti memeluk atau minta digendong. Hal tersebut mereka lakukan untuk mencegah orang tua mereka pergi meninggalkan mereka. Bahkan, mereka enggan untuk melepaskan pelukan pada orang tua karena khawatir jika mereka lengah, orang tua mereka bisa pergi.
Anak yang sedang bereaksi pada tipe ini akan sulit untuk dibujuk. Mengalihkan perhatian mereka dapat dibilang cukup sulit dan perlu usaha keras. Bahkan, mereka juga akan sulit untuk diberi pengertian. Pilihan orang tua untuk menangani reaksi ini adalah antara tetap tinggal bersama si kecil, mengajak si kecil pergi, atau meninggalkan mereka dalam keadaan menangis hebat.
Menangis Moderat
Anak yang bereaksi dengan tipe menangis moderat juga akan menangis atau merengek ketika orang tua mereka akan pergi tanpa mereka. Perbedaan mereka dengan reaksi menangis hebat adalah perhatian mereka masih bisa dialihkan. Ketika mereka terus menempel pada orang tua, kemungkinan mereka untuk mau diajak pergi dengan orang lain selain orang tua cukup besar. Oleh karenanya, mereka masih lebih mudah untuk diberi pengertian supaya mengizinkan orang tua mereka pergi. Perhatian mereka juga masih bisa dialihkan dengan hal yang membuat mereka tertarik seperti mainan. Kebanyakan orang tua akan pergi diam-diam ketika perhatian mereka sedang teralihkan.
Penuh Pengertian
Reaksi ketika anak sedang penuh pengertian adalah reaksi yang diharapkan oleh semua orang tua ketika mereka perlu meninggalkan si kecil. Ketika anak penuh pengertian, bukan berarti mereka tidak akan menangis ketika orang tua akan pergi. Kemungkinan besar, ada saatnya mereka merelakan orang tua mereka untuk pergi tanpa perlu merengek. Namun, akan ada saat mereka merengek dan tidak mau ditinggal. Dengan sedikit pemahaman dari orang tua, mereka akan dengan mudah mengerti dan memberi izin orang tua untuk pergi.
Cara Memberi Pemahaman kepada Anak
Berikut beberapa cara untuk membantu kita melatih si kecil supaya tidak resah yang menyebabkan mereka menangis saat akan berpisah dengan kita. Cara-cara di bawah ini diambil dari buku Jatuh Hati pada Montessori karya Vidya Dwina Paramita, seorang Montessorian yang telah menulis dua buku Montessori, yaitu Jatuh Hati pada Montessori dan Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja.
Ajak Si Kecil Diskusi
Diskusi ini bertujuan memberi penjelasan kepada si kecil mengenai alasan orang tua perlu pergi terlebih dahulu. Jelaskan kepada si kecil alasan orang tua perlu pergi. Selain itu, pastikan bahwa si kecil mengerti dan yakin bahwa orang tua akan pulang atau menjemputnya. Contohnya, orang tua bisa mengatakan, “Mama kerja dulu, ya. Kamu main di rumah Tante sama Bimo. Nanti sore Mama jemput, lalu kita pulang ke rumah bareng.” Hal tersebut bisa menenteramkan keresahan anak.
Pergi dengan Cara yang Pantas
Kebanyakan dari kita akan pergi diam-diam ketika perhatian anak sedang lengah supaya kita dapat pergi tanpa perlu ditangisi. Namun, hal tersebut hanya akan menguntungkan kita sementara. Sering kali, ketika anak sadar bahwa kita sudah pergi, mereka akan merengek kembali. Hal tersebut tidak akan menghapuskan keresahan si kecil. Si kecil akan marah atau kehilangan rasa percaya kepada kita sehingga ketika kita akan meninggalkan mereka lagi lain waktu, mereka akan lebih sulit diajak kerja sama. Dengan alasan yang sama, kita juga tidak dianjurkan untuk berbohong demi menenteramkan hati anak.
Cara yang orang tua dapat lakukan adalah dengan pergi secara cepat. Kita tetap berpamitan kepada si kecil seperti biasa. Yang perlu diingat adalah selama melakukannya, kita perlu melakukannya dengan cukup cepat sebelum si kecil menangis semakin hebat.
Menepati Janji
Ketika kita memberi iming-iming atau janji untuk menenangkan si kecil, kita harus yakin bahwa kita bisa menepati janji tersebut. Perlu diingat bahwa kita sedang membangun kepercayaan anak kepada kita supaya mereka tidak lagi resah ketika berpisah dengan kita. Pelanggaran janji adalah hal yang paling ampuh untuk menghancurkan kepercayaan seseorang, begitu pula kepercayaan anak kecil. Satu saja pelanggaran janji dapat membuat anak sulit percaya kepada kita.
Dari tipe dan tips di atas, bisa kita lihat bahwa si kecil menangis karena merasa resah. Oleh karena itu, kita harus tahu apa yang membuat anak resah dan berusaha untuk menanganinya. Karena tips di atas adalah tips berdasarkan metode Montessori, kita dianjurkan untuk memberi anak rasa percaya bahwa mereka akan baik-baik saja ketika akan meninggalkan mereka. Rasa percaya tersebut akan membuat anak memiliki kepercayaan diri bahwa mereka juga bisa mandiri.
Mengatur Kebiasaan Makan Balita Ala Montessori
/in Artikel, Parenting, serial montessori/by Bentang PustakaOrang tua pasti mengharapkan balitanya sehat, bisa makan dengan lahap. Namun, tak jarang pula orang tua yang khawatir jika anaknya terlalu banyak makan. Ada banyak tekanan mengenai kebiasaan makan balita ini. Termasuk apakah bijak jika kita memberikan camilan kepada si kecil, dan sebagainya. Kegiatan makan jadi menimbulkan tekanan yang membuat orang tua serba salah. Dalam buku The Montessori Toddler, Simone Davies memberikan tips mengatur kebiasaan makan balita melalui pendekatan Montessori.
Pemahaman Anak dan Peran Orang Tua di Meja Makan
Dalam metode Montessori, anak menjadi pusat kegiatan. Oleh karena itu, mengatur kebiasaan makan pun bukan sekadar kita menyuruh kapan mereka makan, kapan tidak. Pun bukan cuma menyediakan makanan mereka dan menyuruh mereka menghabiskannya. Penting bagi anak untuk mengetahui alasan ia harus makan teratur, kenapa ada makanan yang tak boleh ia makan, dan hal-hal lain yang tak boleh berhenti sebagai perintah orang tua belaka. Logika anak mulai bekerja saat ia balita sehingga mereka sering kali membutuhkan konsep sebab-akibat. Pemahaman setidaknya akan memberikan gambaran alasan ia harus disiplin.
Karena balita senang sekali meniru apa yang ia lihat, penting juga bagi kita untuk memberikan contoh bagi anak. Misal, dengan menunjukkan cara duduk yang baik saat makan dan menghabiskan makanan. Anak juga biasanya akan lebih tertarik kepada makanan saat ia terlibat dalam menyiapkan makanannya. Contohnya, jika anak diajak dalam proses memasak maka kita bisa katakan, “Tadi kamu membantu Mama mengocok telur dadar ini. Rasanya pasti enak. Kamu juga penasaran, kan, bagaimana rasanya?”
Waktu dan Tempat Makan
Membiasakan anak makan teratur dengan jadwal yang sudah ditentukan akan lebih baik ketimbang memberikan mereka makanan atau camilan tiap kali mereka merengek. Biasakan sarapan, makan siang, dan makan malam bersama anak-anak. Mungkin jadwal makan mereka berbeda dengan orang dewasa, tetapi ada baiknya kita selalu mendampingi dan ikut makan bersama mereka. Siasati dengan menyantap makanan yang tidak terlalu berat ketika menemani mereka, misalnya sup.
Anak balita juga aktif bergerak dan ini mungkin menjadi kendala yang banyak dialami oleh orang tua saat mengajari mereka kebiasaan makan yang disiplin. Namun, ketika kita rutin memberikan contoh tempat makan yang seharusnya, anak biasanya akan lebih mudah untuk mengikuti hal tersebut. Tak hanya saat jadwal makan, waktu mengudap pun bisa kita berikan contoh untuk melakukannya di meja makan sambil duduk dengan baik. Ada kalanya anak belum selesai makan, tetapi ia ingin beranjak untuk bermain sebentar, kemudian kembali lagi ke makanannya. Hal itu wajar, selama anak tetap paham tempat dan waktu makan yang seharusnya. Jika waktu makan sudah selesai, kita bisa contohkan dengan membereskan makanannya dan memberikan mereka pengertian kalau mereka tidak bisa mengambil makanannya sesuka mereka lagi.
Apa yang Balita Makan?
Sering kali balita memilih-milih makanan, bahkan tak mau makan sama sekali. Mereka mungkin belum tahu makanan apa yang bagus untuk mereka dan mereka tidak bisa menentukan apa yang tersedia di meja makan. Jika kita mau mencoba memberikan mereka pilihan, kita bisa memberikan dua jenis makanan yang tentunya sudah kita sortir sebelumnya. Dengan begitu mereka bisa belajar dan setidaknya memiliki kesadaran atas makanan mereka.
Porsi anak juga bisa kita serahkan kepada mereka. Daripada kita memaksa mereka menghabiskan sepiring penuh makanan yang mungkin tak bisa mereka habiskan, beri mereka porsi kecil dan biarkan mereka menambah sendiri jika belum kenyang. Biarkan mereka belajar mendengarkan tubuhnya sendiri agar mereka paham kapan mereka lapar, kapan mereka kenyang.
Mengatur kebiasaan makan balita memang cukup menantang. Melalui proses ini,kita sebagai orang tua juga bisa mengamati banyak hal terkait perkembangan mereka. Nafsu makan mereka bisa tampak naik-turun pada satu waktu, bagaimana mereka bisa mulai lepas dan mengenal makanan tertentu, dan sebagainya. Selain mengatur kebiasaan makan, ada banyak tips lain cara mengasuh balita ala Montessori dalam buku The Montessori Toddler. Di dalamnya kita bisa mencoba memahami balita dengan lebih mudah. Sangat direkomendasikan bagi para orang tua yang memiliki balita yang sedang gemas-gemasnya.
The Montessori Toddler oleh Simone Davies
French Children Don’t Throw Food, Film Adaptasi Buku Bringing Up Bébé
/in Artikel, Berita, Parenting/by Bentang PustakaKita biasa menonton film fiksi maupun dokumenter. Sebentar lagi, kita dapat menonton film yang diadaptasi dari buku parenting, fenomena yang jarang terjadi dalam dunia perfilman. Film tersebut berjudul French Children Don’t Throw Food yang diadaptasi dari buku Bringing Up Bébé: Rahasia Kedamaian Pengasuhan ala Prancis. Hebatnya lagi, Anne Hathaway akan menjadi pemeran utama sebagai Pamela Druckerman, penulis buku Bringing Up Bébé.
Buku Bringing Up Bébé menceritakan kisah sang penulis, Pamela Druckerman, yang merupakan seorang Jurnalis asal Amerika. Pamela kemudian menikah dengan seorang pria Inggris. Alih-alih tinggal di Inggris atau Amerika, Pamela dan suaminya tinggal di Prancis. Di negara urban tersebut, Pamela mengandung anak pertamanya. Seperti orang Amerika pada umumnya, Pamela mengalami rasa cemas dalam menjaga kehamilannya. Untuk menjaga kehamilannya, dia berusaha mencari tahu apa yang harus dia lakukan untuk menjaga calon bayinya tetap sehat dari berbagai sumber.
Pamela akhirnya sadar bahwa cara orang Prancis menjaga kehamilannya berbeda dari negara-negara lain. Bukan hanya itu, cara pengasuhan Prancis juga berbeda. Masalah dalam pengasuhan yang orang Amerika anggap sulit untuk ditangani, ternyata dapat ditangani dengan mudah oleh orang Prancis. Contohnya, anak-anak Prancis berkelakuan baik seperti tidak suka melempar makanan. Mereka makan apa yang disajikan di depan mereka. Mereka juga bisa tidur pada malam hari tanpa rewel bahkan sejak mereka berusia 2―3 minggu. Perilaku baik anak-anak Prancis adalah hasil pengasuhan ala Prancis yang baik dan berbeda dari negara lainnya.
Kenapa Perlu Difilmkan?
Film French Children Don’t Throw Food akan menceritakan kisah Pamela dalam mencari tahu cara pengasuhan Prancis. Film ini unik karena jarang ada buku parenting yang diadaptasi menjadi film. Namun, tak heran jika Bringing Up Bébé diadaptasi menjadi sebuah film. Bringing Up Bébé merupakan buku best seller yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Salah satunya ke bahasa Indonesia melalui penerbit Bentang Pustaka. Berdasarkan rating di Goodreads, Bringing Up Bébé memiliki rating yang tinggi yaitu 3.9/5.
Uniknya, buku Bringing Up Bébé memiliki judul yang berbeda-beda hampir di setiap versi. Contohnya, Bringing Up Bébé di Indonesia berjudul lengkap Bringing Up Bébé: Rahasia Kedamaian Pengasuhan ala Prancis, sementara itu, di UK, buku tersebut memiliki judul sesuai dengan judul filmnya yaitu French Children Don’t Throw Food. Penerbit Penguin Press juga menerbitkan buku Bringing Up Bébé dengan judul Lust in Translation. Padahal, versi asli buku tersebut berjudul Bringing Up Bébé: One American Parents Discover The Wisdon of French Parenting.
Kenapa Anne Hathaway?
Sebenarnya tidak mengherankan jika Anne Hathaway terpilih menjadi pemeran Pamela Druckerman. Ibu dari dua anak ini sudah membuktikan kemampuannya dalam berakting. Selama kariernya dalam dunia seni peran, Anne Hathaway sudah membintangi berbagai film seperti, The Devil Wars Prada, The Princess Diaries, Interstellar, Les Misérables, The Dark Knight Rises dan Alice in Wonderland. Sebagian besar film yang dibintangi oleh Anne Hathaway merupakan film besar yang bisa mencapai rating IMDb di atas 6.
Selain itu, Anne sendiri sudah memenangi berbagai macam awards di berbagai nominasi dari yang biasa hingga awards paling bergengsi seperti Academy Award, Golden Globe Award, Teen Choice Award, Critics’ Choice Movie Award, BAFTA Award, dan sebagainya. Dengan pengalaman dan awards yang dia miliki beserta latar belakangnya sebagai seorang ibu, tidak diragukan lagi jika Anne Hathaway akan cocok memerankan Pamela Druckerman.
Produksi Film
Film ini akan dibiayai oleh Studio Canal dan diproduseri oleh Blueprint Pictures. Sebelumnya, Blueprint Pictures pernah memproduseri film Emma dan “Three Billboards Outside Ebbing, Missouri”. Naskah film French Children Don’t Throw Food sudah juga sudah dtulis oleh Jamie Monoprio dan Jonathan Stern.
Jamie Monoprio adalah seorang penulish naskah yang telah menulis naskah film I Want Candy, dan dua film seri St. Tirnian. Sementara itu, Jonathan Stern merupakan seorang produser dan pendiri Abominable Picture. Jonathan Stern telah membuktikan kemampuannya dengan dua kali memenangkan Emmy Award.
Film French Children Don’t Throw Food masih dalam proses pengerjaan dan belum memiliki tanggal rilis resmi. Bahkan, belum ada nama resmi sutradara yang akan menyutradai film tersebut. Oleh karena itu, masih memungkinkan adanya perubahan seperti dalam proses pengerjaannya. Sebelum film tersebut tanyang, akan lebih baik untuk membaca bukunya terlebih dahulu karena buku dan film kebanyakan akan dikemas berbeda. Banyak juga yang ceritanya diubah. Apalagi karena French Children Don’t Throw Food diadaptasi dari buku nonfiksi parenting, akan sangat mungkin jika buku dan film terlihat sangat berbeda.