Kenapa Harus Baca Buku Rencana Besar karya Wisnu Suryaning Adji?

Rencana Besar (untuk Mati dengan Tenang) menjadi salah satu novel karya Wisnu Suryaning Adji yang rilis bulan Desember ini. Buku ini sempat menjadi Naskah yang Menarik Perhatian Juri dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019. Nama Wisnu sendiri sudah cukup familiar bagi para pencinta buku, mengingat karya-karya sebelumnya juga laris manis. Sebut saja Rahasia Salinem (2019), Legenda Perampok Naga: Seni Membangun Naga dari Laut (2021), serta Legenda Perampok Naga: Reinkarnasi Burung Langit (2022).

Novel Rencana Besar menawarkan cerita menarik dengan karakter utama seorang kakek keturunan Tionghoa. Karena memakai sudut pandang orang pertama, Sobat Bentang akan diajak untuk menelusuri jalan pemikiran orang tua yang serba unik ini. Meski bercerita tentang seorang kakek, bukan berarti jalan ceritanya membosankan kok. Sebagai anak muda, nggak ada salahnya belajar banyak hal dari si kakek ini.

Kalau penasaran sama isi bukunya, Bentang Pustaka bakal kasih deh sedikit bocorannya buat kamu. Ini loh alasan kenapa Sobat Bentang harus baca novel Rencana Besar. Siap-siap tergoda ya!

Lakon Utama Seorang Kakek Berusia 76 Tahun

Dikisahkan seorang kakek yang sudah memasuki usia sekitar 76 tahun tengah berjuang untuk hidup di tengah sakit darah tinggi yang ia derita. Setiap membuka mata pagi hari, si kakek selalu mengecek kondisinya dan sekitarnya. Apakah yang ia lihat adalah langit-langit rumah atau peti mati, apakah kondisi otot dan sendinya masih berfungsi, dan lain-lain. Meski rutin mengecek tanda kehidupannya, si kakek justru punya keinginan untuk mati dengan tenang.

Baginya, hidup sebagai duda bersama dengan lima orang anak beserta para cucunya bukanlah perkara mudah. Kelima anaknya selalu bergantung padanya. Itu sebabnya si kakek kerap melabeli anak-anaknya dengan sebutan “anak bodoh.” Kakek keturunan Tionghoa itu tak menyangka jika hidupnya saat menua bukannya makin mudah, tetapi kian sulit.

Alur Maju Mundur yang Nyaman Dinikmati

Sepanjang cerita, Sobat Bentang pasti bertanya-tanya: pada akhirnya, si kakek bakal bisa mati dengan tenang nggak ya? Rasa penasaran tersebut akan makin seru karena alur penceritaan sang penulis yang maju mundur. Beberapa momen masa kini yang si kakek alami dapat meloncat ke momen masa lalu yang penuh haru. Pokoknya, kamu akan menikmati asam manisnya kehidupan kakek saat masa muda hingga masa tua.

Meski alurnya maju mundur, Sobat Bentang tidak akan kebingungan mengikuti ceritanya kok. Wisnu sangat mahir meramu cerita sehingga malah muncul banyak benang merah dari momen yang berloncatan. Kalau Sobat Bentang suka cerita yang bikin ketagihan, novel ini jawabannya. Tiap berganti bab, ada saja hal menarik yang bakal kamu temukan.

Baca Juga: Memaknai Perjalanan Hidup Melalui Sosok Allan Karlsson

Rencana Besar adalah Historical Fiction yang Menarik

Kakek adalah sosok manusia yang telah hidup melewati berbagai zaman. Meski novel ini menyebut setting bernama “Kota Ini,” kejadian-kejadian yang terjadi erat dengan kondisi Indonesia pada tahun 1965 dan 1998. Ya, Rencana Besar merupakan novel historical fiction yang wajib kamu nikmati. Kilasan-kilasan peristiwa pada rentang waktu tersebut sangat erat dengan sejarah negara ini.

Lewat cerita si kakek pada masa 1965 dan 1998, Sobat Bentang sebagai pembaca akan diajak untuk banyak berempati pada para korban kerusuhan yang terjadi. Mungkin tidak semua Sobat Bentang mengalami peristiwanya. Namun melalui novel ini, kamu bisa belajar banyak hal dari kejadian tersebut. Jenis cerita historical fiction memang selalu menarik untuk diikuti ya.

Hubungan Orang Tua dan Anak yang Pelik

Seperti sudah dibahas sebelumnya, relasi antara si kakek dengan kelima anaknya agaklah jauh dari harmonis. Di mata sang kakek, anak-anaknya tak pernah peduli padanya. Mereka cuma ingin menjual rumah, padahal itu satu-satunya aset besar yang kakek miliki. Bahkan, kakek merasa anak-anaknya berulang kali merencanakan membunuh dirinya biar cepat mati.

Inilah yang makin mendorong si kakek ingin lekas-lekas mati dan menyusul istrinya. Sayangnya, keinginannya untuk mati pun sama sulitnya dengan bertahan hidup. Maka, berbagai rencana pun ia susun agar bisa mati dengan tenang. Pertanyaannya, mampukah kakek bertemu kematian seperti yang ia inginkan?

 

Gimana nih, Sobat Bentang? Perjalanan hidup si kakek berusia 76 tahun tersebut cukup menarik kan? Pasti kebanyakan kalian jadi penasaran deh, bagaimana ya nasib kakek nantinya. Biar menemukan jawabannya, pesan saja novel Rencana Besar lewat Bentang Pustaka. Nikmatilah perjalananmu bersama rencana-rencana besar si kakek menuju kematian!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta