Kritik dalam Balutan Keindahan Sastrawi
Pernah kan, kamu mengutarakan suatu kritik dan mendapat respons yang justru menyerang pendapatmu? Barangkali itulah yang kerap dialami bagi kebanyakan orang. Kritik yang disampaikan justru dianggap sebagai ujaran kebencian atau konotasi buruk lainnya. Faktanya, kritik adalah bentuk respons dari suatu hal. Bentuknya bisa secara literer atau secara tersirat seperti karya-karya seni pada masa kini. Termasuk yang dilakukan oleh Feby Indirani yang melahirkan karyanya sebagai bentuk kritik sosial. Karya yang dituliskan Feby Indirani di antaranya adalah kumpulan cerita pendek bertajuk Memburu Muhammad dan Bukan Perawan Maria. Keduanya sama-sama menyuarakan pendapat Feby berdasarkan pengalamannya. Apakah itu?
Sastra dan Kritik
Dewasa ini, banyak ditemukan karya-karya sastra yang cukup vokal untuk menyuarakan pendapatnya ke khalayak. Salah satunya cerpen-cerpen yang dituliskan oleh Feby Indirani dengan pengalamannya, baik di lingkungan sosialnya atau hasil pengamatannya selama terjun ke dunia jurnalistik. Banyak hal yang membuatnya resah terutama dalam bidang religi di Indonesia. Menurutnya, ada beberapa hal yang tidak pada tempatnya. Sesuatu hal yang dianggapnya melebihi batas menjadi suatu hal dengan sistematis yang berjalan dan dipatuhi oleh masyarakat umum. Feby Indirani mencoba “melawan” sistem yang berlaku tersebut. Sayangnya, ujarannya dianggap tidak berdasar dan mengandung kebencian.
Dengan membungkus ujaran kritiknya dengan sastra, Feby Indirani mengharapkan suaranya terdengar. Melalui sastra, Feby tidak hanya mengutarakan kritik dan keresahannya. Dalam kumpulan cerita pendeknya tersebut, Feby Indirani menghadirkan ekspresinya dan segala bentuk respons terkait keagamaan di Indonesia. Menuliskan karyanya dalam bentuk fiksi satire tidak membuatnya dijegal dengan dalih tidak mendalami agama. Memburu Muhammad dan Bukan Perawan Maria adalah suaranya yang bebas sebagai masyarakat secara umum. Tanpa menghadirkan tulisan yang mengandung kebencian, Feby Indirani mengajak kita berefleksi melalui kumpulan cerpennya tersebut.
Selengkapnya tentang Feby Indirani bisa kamu akses di sini
Bentuk Baru untuk Diterima
Dengan sastra, pembaca mampu berkaca dan menafsirkan sendiri dengan berbasis pada pengalaman personalnya. Bentuk penerimaan yang diterima menjadi meluas, sehingga kritik sosial yang berusaha disampaikan tidak lagi perihal “keahlian beragama”, tetapi berupa karya implisit yang kaya akan makna. Penasaran dengan kisahnya? Dapatkan bukumu di sini.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!