Kesehatan Mental Remaja Dipengaruhi Media Sosial? Apa Iya?

Sobel, pernah merasa sedih gitu ngga sih ketika upload postingan Instagram sepi like dan comment? Atau merasa kayak sumpek banget gitu, niatnya buka medsos buat cari hiburan dan membangun interaksi sosial malah bikin capek karena banyak info dan berita yang kita konsumsi? Interaksi di media sosial ini emang nano-nano ya dampaknya, bahkan bisa memengaruhi kesehatan mental. 

Photo by Ketut Subiyanto: https://www.pexels.com/photo/lazy-asian-woman-using-smartphone-in-bed-4473626/

 

Walaupun banyak fitur yang menarik dan dapat menghubungkan kita dengan banyak orang, media sosial mampu memberi rasa khawatir, sedih, bingung bahkan takut. Hingga merasa menjadi seorang yang ngga berharga dan mudah membandingkan diri dengan orang lain.

Membandingkan diri dengan orang lain sering dilakukan oleh Nola, selebgram yang punya ambisi menaikkan jumlah followers-nya untuk bisa ikutan kompetisi brand ambassador Orange Caramel. Nola tak menyadari bahwa aktivitasnya di media sosial selalu didasari oleh ambisi sekaligus rasa kekhawatiran yang berlebih kepada Sandra teman masa kecilnya dan seorang selebgram hits yang punya segalanya. Ia selalu merasa kesal bahkan saat mendengar nama Sandra. Bahkan, ia merasa senantiasa tak puas dengan segala yang telah dilakukan atau dimilikinya. Kehidupan media sosial Nola mempengaruhi kebahagiaannya, apa Sobel juga pernah merasa begitu?

Kesehatan Mental dan Media Sosial

Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan sehat mental yang memungkinkan seseorang mampu mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, mampu belajar dan bekerja dengan baik dan mampu berkontribusi bagi komunitas dan lingkungannya. Karena kondisi kesehatan mental dapat mempengaruhi bagaimana ia mampu membuat keputusan, membangun hubungan dengan orang lain dan dunia yang nyaman dan aman. Apalagi kesadaran akan kesehatan mental remaja perlu karena masa remaja adalah masa membangun konsep diri yang hanya terjadi sekali seumur hidup.

Di era teknologi digital saat ini, banyak dari kita bergantung pada media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain. Ketergantungan kita dengan media sosial juga berkaitan dengan pekerjaan dan tugas, karena saat ini banyak juga pekerjaan dan tugas yang memanfaatkan media sosial. Walaupun memiliki manfaat, Sobel jangan sampai lupa kalau media sosial juga memiliki dampak negatif. Karena bagaimana pun juga aktivitas media sosial yang dominan tidak mampu menggantikan kehidupan nyata kita.

Salah satu dampak negatif yang ironis menurut Helpguide, teknologi yang didesain sedemikian ripa memang betul mampu membuat kita dekat dengan banyak orang di luar sana. Namun, terlalu banyak beraktivitas di media sosial dapat membuat kesepian dan merasa terisolasi.

Seperti itulah yang dirasakan oleh selebgram dengan akun @Quennola alias Nola. Menurut tolak ukur kebahagiannya yang berdasar jumlah followers ia seharusnya bahagia ketika followers-nya meningkat. Namun kebalikannya, ia justru terus merasa tak layak, kabur dari rumah hingga ada keinginan menghilang dari dunia ini karena aktivitasnya di media sosial. Ratusan hate comment datang padanya akibat sebuah kejadian yang merusak namanya. 

Baca Juga: 3 Quotes Self-love dari Buku Memberi Ruang

Bagaimana Menjaga Kesehatan Mental Versi Nola?

Menjaga kesehatan mental adalah kewajiban kita semua apalagi hubungan kita dengan media sosial yang tak bisa putus dan berakhir, hehe. Ya gimana, baru melek udah pegang gadget, kemana-mana harus bawa gadget, ya kan? Gimana mau putus sama gadget? Kita perlu menyadari bahwa media sosial memang didesain untuk selalu menarik perhatian kita. Walhasil, kita pun jadi tercandu-candu, hehe.

Ada beberapa cara dari Nola sang selebgram yang menyadari kesehatan mentalnya terganggu karena aktivitas media sosialnya, antara lain:

  1. Bikin konten yang sesuai kemampuan diri, bukan karena orang lain

Sebagai seorang selebgram, Nola harus selalu membuat konten untuk menjaga interaksi dengan para followers-nya. Sebelumnya, ia mem-posting karena hasrat menaikkan followers dengan kontennya yang tidak terarah. Akhirnya, ia pun harus punya ciri khas dengan konten-kontennya. Ciri khas itu didapat dari kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya

  1. Berteman dengan teman-teman yang satu frekuensi dan positive vibes

Kehidupan selebgram-nya pernah menjerumuskan Nola pada kehidupan penuh dunia tipu-tipu. Kalau ngga pansos ya pansos, gitu aja terus. Walhasil, ia pun berteman atas dasar keuntungan sesaat bukan persahabatan yang mendorong untuk saling belajar dan bertumbuh. Memilih teman yang satu frekuensi dan selalu berorientasi pada kegiatan positif adalah upaya Nola untuk tak melulu memandang media sosial sebagai ladang kebahagiannya, ia dapat menemukan kebahagiaan pada teman-temannya

  1. Terbuka dan jujur dengan diri sendiri

Apapun dilakukan Nola demi kontennya. Mau makan mie pedas padahal dia ngga tahan sama makanan pedas mah ayok aja!. Namun, ternyata itu yang membuat Nola merasa terus terbeban. Ia akhirnya selalu memastikan bahwa kontennya adalah benar-benar konten yang ia inginkan serta nyaman untuk dijalankan.

Sobel, mungkin saat ini kita belum menyadari dampak media sosial terhadap kondisi kesehatan mental kita. Namun, kita perlu membuka mata dan telinga bahwa potensi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental bisa dirasakan oleh siapa saja. Sobel bisa mengikuti kisah Nola dalam novel Demi Konten sebagai refleksi atas aktivitas kita selama ini di media sosial. Informasi perihal novel Demi Konten karya Pit Sansi ini bisa diakses di sini, ya!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta