Versi Original: Alternatif Pembacaan terhadap Novel-Novel Andrea Hirata
Dalam dunia penerbitan modern, ada beragam jenis pengembangan naskah. Sebuah naskah kini tidak melulu dicetak, tetapi bisa diubah menjadi buku audio, buku internet, dan banyak macamnya. Bahkan dari sisi konten, kita sering melihat ada versi ringkas (abridged) dan versi panjang atau lengkap (unabridged). Buku yang semula setebal 700 halaman, dipangkas hingga hanya menjadi 500, atau bahkan lebih tipis lagi.
Alasan di balik pemangkasan itu beragam.
Kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang menginginkan bacaan yang bisa dibaca dalam waktu lebih singkat. Meskipun demikian, pemangkasan itu tidak dilakukan sembarangan. Beberapa poin tetap dipertahankan, terutama inti cerita.
Penyajian cerita dalam bentuk lebih ringkas umumnya juga ditempuh saat sebuah naskah diputuskan untuk rilis ke dalam medium berbeda, misalnya buku audio. Buku setebal 500 halaman yang kadang baru bisa selesai dibaca dalam waktu beberapa hari, tentunya akan terasa menyusahkan jika harus dibacakan lengkap, mengingat daya serap informasi yang berbeda antara indra penglihatan dan indra pendengaran.
Lantas, kapan kita perlu membaca buku versi ringkas ini? Jika Anda hendak bepergian dan membutuhkan buku sebagai teman perjalanan, bisa jadi Anda lebih cocok dengan buku berukuran kecil dan lebih tipis. Dengan demikian, Anda bisa menghemat ruang pada ransel sambil tetap bisa menuntaskan cerita dalam waktu yang lebih singkat. Atau, terkadang kita sudah mendengar tentang sebuah judul yang dibicarakan banyak orang tetapi ragu-ragu membacanya karena terlalu tebal. Maka, buku versi ringkas bisa menjadi pilihan.
Kita tetap bisa menikmati cerita meski dalam versi miniaturnya.
Mungkin juga Anda ingin menghadiahkan buku bagus tetapi tebal kepada anak atau teman yang baru mulai belajar menyukai buku, versi ringkas bisa menjadi pertimbangan. Adapun membaca versi lengkap juga memberikan keuntungan lain. Terkadang kita membutuhkan sebuah gambaran konteks yang utuh untuk membantu kita memahami lebih detail situasi yang dihadapi setiap karakter dalam cerita.
Andrea Hirata, dalam launching Guru Aini dan serial original buku-bukunya pada Februari, memiliki pendapat sendiri tentang hal ini. Dalam riset yang dilakukannya untuk menulis ulang novel-novelnya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas, Sebelas Patriot, dan Orang-Orang Biasa), Andrea memang membaca sebanyak-banyaknya judul dengan berbagai versi. Dari situ, dia menyimpulkan bahwa membaca semua versi akan membuka mata kita lebih lebar tentang gaya penulis. Kita akan tahu apa keahlian setiap penulis ini, entah pada deskripsi, plot, karakter, atau konteks.
Andrea Hirata sendiri juga melakukan hal serupa pada novel-novelnya
Terutama Laskar Pelangi. Diakui bahwa alasan menuliskan kembali novel Laskar Pelangi dalam versi ringkas karena ingin buku itu bisa dinikmati oleh kalangan yang lebih luas. Masih pada sesi launching Guru Aini di salah satu kafe di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu, Andrea menjelaskan bahwa Laskar Pelangi dan juga judul-judul lain bukan sekadar diringkas, tetapi juga melewati sejumlah penyesuaian, yang merupakan hasil kegelisahan selama ini.
Bagi Andrea, setelah menulis selama belasan tahun, kegiatan menulis ini serupa dengan berkesenian, dan dalam berkesenian ini kritik terbesar tidaklah berasal dari orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dari sinilah kegelisahan itu muncul. Penerbitan sebuah buku adalah proses yang panjang dan penuh dinamika. Sebuah naskah bisa mengalami banyak perubahan bentuk.
Tepat 15 tahun setelah Laskar Pelangi kali pertama terbit di Indonesia, Andrea ingin membagikan kepada pembaca, seperti apa ide awal novel-novelnya. Misalnya, novel Sang Pemimpi dan Edensor yang awalnya merupakan satu kesatuan dan dipisah karena pertimbangan penerbitan pada masa itu, kini kembali disatukan dengan judul Sang Pemimpi. Begitu pun kisah Maryamah Karpov, Padang Bulan, dan Cinta di Dalam Gelas kini kembali bersatu dalam kaver yang sama, berjudul Buku Besar Peminum Kopi.
Selama 15 tahun, Andrea Hirata berkarya tanpa henti.
Banyak pembaca yang tumbuh besar bersama 12 novel yang dia lahirkan. Pembaca Laskar Pelangi yang dulu masih berseragam putih-merah kini sudah memasuki dunia kerja. Karakter pembaca pun berubah mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Mungkin hal ini pula yang menggugah Andrea Hirata untuk menuliskan ulang dan mempersembahkan kembali novel-novelnya dalam bentuk baru, yang dinamakannya seri original. Melalui seri original ini, Andrea ingin menawarkan sebuah alternatif baru untuk membaca karya-karyanya.
Bisa dibilang versi original hadir untuk melengkapi karya Andrea Hirata sebelumnya. Pembaca setia Andrea tidak perlu ragu membacanya karena, seperti yang diungkapkan di atas lewat pengalaman Andrea, membaca beragam versi akan memperkaya wawasan pembaca tentang gaya penulis. Adapun bagi pembaca baru, versi original ini hadir dalam bentuk yang lebih ringkas tanpa menghilangkan esensi penting sehingga membacanya tetap akan merasakan roh yang sama dengan versi sebelumnya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!