Tag Archive for: UMKM

Profesionalitas Bekerja

Profesionalitas dalam Bekerja untuk Hasil Maksimal

Profesionalitas dalam bekerja kerap disinggung di berbagai kesempatan. Menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesionalitas termasuk kata benda yang berarti (1) perihal profesi; keprofesian dan (2) kemampuan untuk bertindak secara profesional. Profesional sendiri memiliki arti antara lain, memerlukan kepandaian khusus untuk melakukannya. Profesionalitas juga tidak pandang bulu. Ia tidak melulu monopoli pekerja sektor tertentu. Semua jenis pekerjaan membutuhkan profesionalitas untuk memberikan hasil paripurna. Namun, bagaimana sebetulnya memaknai profesionalitas dalam keseharian di bidang usaha?

Menghayati Profesionalitas dalam Dunia Riil

Rantai Tak Putus mengangkat banyak kisah tentang profesionalitas dalam bekerja. Melalui kisah Agus di Waru, misalnya, kita belajar arti menepati janji kepada klien. Diceritakan bahwa Agus menang tender dengan nilai yang sangat besar, padahal saat itu modal untuk berproduksi sudah sangat menipis. Demi profesionalitas, dia harus mulai berproduksi dengan modal seadanya. Profesionalitas pula yang membuat Agus pontang-panting ke sana kemari mengupayakan modal tambahan hingga berusaha mendapatkan bahan-bahan produksi dengan harga miring.

Profesionalitas dalam diri Agus agaknya tidak lepas dari karakternya yang ulet dan berkemauan keras dalam mencapai tujuan. Namun, sekadar ulet dan berkemauan keras tidaklah cukup. Agus memiliki pula semangat tinggi untuk menambah wawasan baru, sehingga memberinya kesempatan untuk terus mengasah profesionalitasnya.

Profesionalitas dan Passion

Profesionalitas dalam bekerja juga merupakan penopang yang akan menghidupi passion, begitu setidaknya yang diyakini Pinuji, seorang pengusaha bengkel di Waru. Kecintaannya pada otomotif memungkinkannya bertahan mengelola Bengkel of Pinujie. Mengawali usaha bengkel dari nol, Bengkel of Pinujie mengalami banyak cerita jatuh bangun. Pinuji bahkan sempat menyerah dan mencoba banting setir menekuni profesi lain, dari satpam sampai mencoba mendaftar menjadi TKI. Namun, rupanya pesona otomotif masih terlampau kuat. Pinuji akhirnya memutuskan kembali menekuni dunia otomotif.

Namun, passion saja tidaklah cukup. Seperti yang diceritakan kepada Dee Lestari dalam riset penulisan buku Rantai Tak Putus, Pinuji mulai menjalankan bisnis otomotif dengan lebih profesional. Dia membenahi sistem pelayanan, sistem ketenagakerjaan, hingga keuangan. Memang, seperti disebutkan oleh Siti, istrinya yang membantu menangani keuangan, passion membuat Pinuji menjadi tetap tabah mencari jalan keluar setiap ada masalah dalam pekerjaan. Pendapat ini digongi oleh Pinuji. Dia juga sepakat bahwa passion yang tidak dikelola dengan baik akan membuat sulit maju, dan kombinasi dengan profesionalitas akan makin melejitkannya menuju puncak.

Profesionalitas dan UMKM

Kedua contoh di atas menunjukkan pentingnya profesionalitas dalam dunia bekerja. Dalam kasus UMKM Indonesia, menularkan semangat yang menjunjung tinggi profesionalitas merupakan langkah yang tak kalah pentingnya. Menurut data BPS, persentase UMKM di kalangan seluruh unit usaha lain di Indonesia adalah 99,9%, menyumbangkan pendapatan negara hingga sekitar 60%. Jika 99,9% UMKM itu naik kelas–yang tadinya usaha mikro naik menjadi usaha kecil, usaha kecil naik menjadi usaha menengah, dst. Sudah barang tentu akan makin besar jumlah kontribusi yang diberikan ke perekonomian Indonesia. Bukan hanya itu, seperti kata Dee Lestari dalam Rantai Tak Putus,  ketika UMKM naik kelas maka sama artinya menyejahterakan masyarakat.

Rantai Tak Putus, bisa dibilang merupakan bentuk kontribusi Dee Lestari untuk kemajuan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Indonesia. Pembaca akan melihat bahwa menularkan semangat profesionalitas ke para pengusaha UMKM Indonesia akan membantu mereka untuk berkembang makin maju.

Rantai Tak Putus, buku terbaru Dee Lestari, merupakan karya nonfiksi kedua setelah pada 2019 menulis Di Balik Tirai Aroma Karsa. Buku yang dipandang memberikan banyak tantangan ini membahas perkembangan UMKM di Indonesia.

Buku inspiratif ini terbit pada Agustus 2020 dan bisa didapatkan di seluruh toko buku terdekat atau toko buku online kesayangan Anda dengan harga Rp79.000,00.

 

Semangat_Teguh_5R_Binaan_Yayasan_Dharma_Bhakti_Astra_dalam_Rantai_Tak_Putus

Semangat Teguh 5R Binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra dalam Rantai Tak Putus

Karya terbaru Dee Lestari berjudul Rantai Tak Putus mengisahkan lika-liku UMKM Indonesia. Tak hanya berfokus pada UMKM, Rantai Tak Putus melihat lebih dalam bagaimana pembinaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Yayasan yang berdiri sejak tahun 1980 ini memiliki filosofi:

“Berikan kail, bukan ikan.”

Didirikan oleh William Soeryadjaya, yayasan yang kerap disebut YDBA ini memiliki misi pembinaan dan pengembangan UMKM di Indonesia. Secara khusus UMKM binaan YDBA merupakan UMKM yang berkaitan dengan value chain bisnis Astra. Mulai dari bengkel mitra Honda, Astra Honda Authorized Service Station (AHASS), bengkel umum roda empat, bengkel umum roda dua, manufaktur, hingga pengrajin dan petani.

Pembinaan Melalui LPB

YDBA selama hampir 40 tahun berdiri, telah membina total 10.374 UMKM. Tentunya hal itu tak mudah. Maka dari itu, YDBA mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) sebagai perpanjangan tangan. Total telah terdapat 18 Lembaga Pengembangan Bisnis yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

LPB tersebut tersebar mulai dari Jakarta, Mataram, Kutai Barat, Sidoarjo, Palembang, Kapuas Tengah, Tapin, Yogyakarta, Tegal, Paser, Pontianak, Muara Enim, Semarang, Klaten, hingga Tabalong. Meski tersebar di berbagai daerah, LPB-LPB tersebut memiliki konsep yang sama. Melalui pembinaan para pemberdaya muda, setiap UMKM di bawah LPB selalu berpegang teguh para prinsip 5R.

Prinsip 5R di Bawah LPB

Sejauh Dee Lestari melakukan observasi di beberapa UMKM dan LPB, selalu ditemuinya spanduk bertuliskan 5R. 5R itu terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin. Kelima hal tersebut menjadi praktik utama yang dilatihkan YDBA dan LPB terhadap semua UMKM di bawah binaan mereka.

Mantra-mantra tersebut terpampang di mana pun. Pada dasarnya 5R ini merupakan mentalitas yang diusung oleh YDBA. Di balik itu sebenarnya bahwa 5R merupakan adaptasi dari bahasa Jepang, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Kelimanya pada dasarnya memiliki makna yang sama.

Ringkas/Seiri bermakna bahwa kita harus menyingkirkan barang yang tak perlu. Rapi/Seiton bermakna untuk meletakkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai dengan alur kerja. Resik/Seiso yaitu membersihkan peralatan dan daerah kerja secara rutin. Rawat/Seiketsu memastikan prosedur dan jadwal agar ketiga praktik sebelumnya berkelanjutan. Rajin/Shitsuke yaitu pemeliharaan disiplin diri untuk terus konsisten melakukan keseluruhan praktik.

Selengkapnya mengenai prinsisp 5R dapat dibaca pada karya terbaru Dee Lestari yaitu Rantai Tak Putus. Ikuti PreOrder mulai 10-31 Agustus 2020 hanya di Bentang Pustaka (@bentangpustaka).

Baca juga: Sinopsis Rantai Tak Putus.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Pembinaan_dalam_Rantai_Tak_Putus

Pembinaan dalam Rantai Tak Putus

Rantai Tak Putus akan menjadi buku nonfiksi kedua dari Dee Lestari. Mengisahkan mengenai kehidupan lika-liku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Mulai dari usaha manufaktur, petani, hingga bengkel yang berupa UMKM. Dalam karya Dee Lestari ini terkhusus membahas UMKM di bawah binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Sehingga dalam penceritaan Rantai Tak Putus akan melihat dari berbagai sudut pandang.

Pengisahan bagaimana UMKM di Indonesia hidup dan berkembang akan melihat dari berbagai sudut pandang. Mulai dari sudut pandang Dee Lestari sebagai penulis dan selama melakukan observasi, pemilik UMKM, hingga para pelaku pembinaan dari YDBA. Pelaku UMKM mendapatkan bantuan pembinaan di bawah Yayasan Dharma Bakti Astra melalui cabangnya berupa Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB).

Pembinaan Dua Arah dalam Rantai Tak Putus

Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) sebagai cabang dari YDBA memberikan pembinaan untuk para UMKM di Indonesia. Sistem yang digunakan merupakan pembinaan dua arah. Dua arah di sini dimaksudkan bahwa yang besar mau berbagi dengan yang kecil. Kemudian yang kecil juga tidak hanya menerima melainkan mau mencari tahu dan bekerja sama satu sama lain.

“Pendampingan merupakan tarian dua arah. Yang kecil mau membuka diri, yang besar mau berbagi.

Keduanya harus bekerja sama. Keduanya harus maju bersama.”

Jika diresapi maka hal ini tidak hanya berlaku dalam lingkup usaha dan bisnis dalam konteks ini adalah UMKM dalam kisah Rantai Tak Putus. Lebih dari itu, jika menelisik lebih dalam, maka dalam kehidupan sosial manusia, sebagai individu maupun kelompok pembinaan harus diaplikasikan sedemikian rupa. Pembinaan dua arah di mana satu orang dengan yang lain.

Sebuah konsep di mana yang lebih ahli dalam suatu hal mau berbagi dengan yang masih berkekurangan. Namun, juga tidak menutup mata yang berkekurangan tidak dapat hanya menengadahkan tangan dan menerima. Semua harus dilakukan dengan dua arah. Dibutuhkan suatu hubungan timbal balik.

Segera PreOrder

Ikuti kisah selengkapnya dalam karya terbaru Dee Lestari, yaitu Rantai Tak Putus. Ikuti PreOrder melalui Bentang Pustaka. Simak informasi dan update terkait hanya di website resmi bentangpustaka.com dan akun Instagram @bentangpustaka. PreOrder akan dibuka mulai 10 Agustus hingga 24 Agustus 2020.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Rantai_Tak_Putus_Karya_Terbaru_Dee_Lestari

Rantai Tak Putus Karya Terbaru Dee Lestari

Dee Lestari akan segera menerbitkan karya terbarunya. Berjudul Rantai Tak Putus akan membahas mengenai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia. Rantai Tak Putus akan menjadi karya nonfiksi kedua Dee Lestari setelah Di Balik Aroma Karsa yang rilis pada 2019 kemarin. Penulis yang kerap disapa Ibu Suri ini akan mengangkat kisah-kisah bagaimana UMKM di Indonesia dapat berkembang hingga saat ini. Kali ini Mintang akan hadirkan sedikit sinopsis dari karya terbaru Dee Lestari

Melalui Rantai Tak Putus Dee Lestari mengangkat bagaimana kehidupan dari berbagai unsur dan lapisan UMKM di Indonesia. Banyak kita sebagai masyarakat awam tak menyadari peran besar UMKM untuk negara ini. Faktanya, lebih dari 37% GDP (Gross Domestic Product) disumbangkan oleh UMKM atau unit-unit usaha mikro kecil hingga menengah. UMKM hidup dan berkembang di antara kita. Berikut mari telisik bagaimana penceritaan dan sinopsis dalam karya terbaru Dee Lestari

Kisah dalam Rantai Tak Putus

Secara garis besar karya terbaru Dee Lestari ini akan membahas bagaimana UMKM di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang. Secara khusus Rantai Tak Putus akan berpusat pada UMKM di bawah binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Penceritaan akan mengambil sudut pandang Dee Lestari sebagai penulis yang juga melakukan observasi. Kemudian juga mengambil sudut pandang para pelaku UMKM di bawah binaan YDBA.

Mulai dari pemilik UMKM manufaktur, petani, hingga bengkel akan diangkat kisahnya. Bagaimana mereka merintis usaha, hingga akhirnya dapat berkembang dan naik kelas bersama binaan. Tak hanya berkisah mengenai kehidupan UMKM saja, Dee Lestari juga mengambil sudut pandang pihak LPB (Lembaga Pengembangan Bisnis). Sebagai cabang dari YDBA, LPB memberikan pembinaan bagi para UMKM. Rantai Tak Putus memberikan kisah bagaimana para pemberdaya muda memberikan arahan untuk UMKM dapat naik kelas dan berkembang.

Sinopsis Rantai Tak Putus

“Ke mana pun kita melayangkan pandang, UMKM―Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah―selalu hadir. Dari petani cabai hingga pemilik bengkel, UMKM menyediakan lapangan kerja terbanyak sekaligus alat terbaik untuk pengentasan kemiskinan dan pemerataan ekonomi. Namun, kuantitas tak selalu bertumbuh selaras dengan kualitas. Lantas, adakah formula ideal untuk menaikkan kelas UMKM di Indonesia?

Dee Lestari, salah seorang penulis terbaik Indonesia, mengajak kita menelusuri jawaban itu. Berkisah lewat narasi nan hidup, Rantai Tak Putus tidak sekadar inspiratif, tetapi juga menyimpan mutiara penting.”

 

Simak selengkapnya di buku terbaru Dee Lestari, yaitu Rantai Tak Putus. Ikuti PreOrder mulai tanggal 10 Agustus hingga 24 Agustus 2020. Ikuti update-nya hanya di Instagram @bentangpustaka.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Memahami_Manajemen_Modern_Melalui_Rantai_Tak_Putus

Memahami Manajemen Modern Melalui Rantai Tak Putus

Karya terbaru Dee Lestari akan rilis dalam waktu dekat. Berjudul Rantai Tak Putus merupakan buku nonfiksi kedua dari Dee Lestari. Berbicara mengenai bagaimana Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. Mulai dari proses UMKM, pengembangan UMKM, hingga bagaimana sebuah UMKM dapat naik kelas. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari konsep manajemen modern.

Manajemen modern merupakan salah satu konsep untuk meningkatkan kualitas sebuah bisnis maupun usaha. Dalam konteks karya terbaru Dee Lestari Rantai Tak Putus yaitu berupa para UMKM di Indonesia. Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement, yang bermakna ‘seni melaksanakan dan mengatur’. Pada awalnya manajemen belum memiliki definisi atau arti yang berdiri sendiri dan diterima secara luas. Banyak perspektif para ahli yang memiliki makna berbeda terhadap manajemen.

Bahkan hingga saat ini terdapat banyak perspektif mengenai definisi dari manajemen. Mulai dari manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, hingga manajemen sebagai sebuah proses, perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian hingga pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.

Manajemen Modern

Manajemen modern dapat diartikan sebagai manajemen yang pada periodenya ditandai ketika sudah diperlajarinya manajemen sebagai ilmu yang memiliki dasar-dasar logika ilmiah. Maka dari itu, banyak dilibatkan ahli manajemen hingga ahli ekonomi. Hal ini bertujuan untuk dilakukannya penelitian mengenai manajemen yang menghasilkan. Hasil dari penelitian tersebut akan berupa teori hingga aliran manajemen.

Dasar Manajemen Modern

Secara garis besar manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat. Kemudian manajemen harus bersifat sistematik. Maka dari itu, pendekatan yang digunakan dalam manajemen modern harus dilakukan dengan penuh pertimbangan secara hati-hati. Selanjutnya organisasi sebagai suatu keseluruhan. Organisasi di sini dalam arti sebuah perusahaan, maupun bidang usaha, di mana pendekatan manajer individual harus diperhatikan untuk pengawasan terhadap situasi. Selanjutnya pendekatan motivasi terhadap para anggota organisasi harus menghasilkan komitmen. Komitmen tersebut berupa pekerja yang mengacu atau bertolok ukur pada tujuan organisasi.

Penerapan dalam Kehidupan

Pada kenyataannya telah banyak unit usaha, perusahaan, dan UMKM yang menggunakan manajemen modern. Hal tersebut guna memberi efisiensi kepada pekerja maupun untuk pencapaian tujuan usaha dalam UMKM misalnya. Namun, secara nyata bahwa manajemen modern ini juga dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Secara individu setiap orang dapat mempraktikkan manajemen modern untuk mendapatkan hasil yang tepat dengan cara yang efisien.

“Pendampingan merupakan tarian dua arah.

Yang kecil mau membuka diri, yang besar mau berbagi.

Keduanya harus bekerja sama.

Keduanya harus maju bersama.”

Dee Lestari dalam Rantai Tak Putus juga menekankan bagaimana keinginan untuk berubah dan naik kelas dari setiap UMKM. Tidak hanya itu, changing spirit juga sangat dianjurkan diaplikasikan dalam kehidupan setiap individu. Nantikan selengkapnya melalui buku terbaru Dee Lestari yaitu Rantai Tak Putus, segera terbit di Bentang Pustaka.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Rantai_Tak_Putus_tipe_penawar_di_pasar

Rantai Tak Putus: Tipe-Tipe Penawar di Pasar dan Warung

Setiap orang sebagai pembeli tentunya akan menginginkan harga terbaik bagi dirinya. Maka dari itu, muncul istilah “penawar” (orang yang menawar) dalam transaksi jual beli. Kegiatan tawar menawar ini biasa dilakukan di warung-warung atau toko kelontong yang tergolong sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Seperti dalam karya terbaru Dee Lestari berjudul Rantai Tak Putus yang akan membahas mengenai UMKM di Indonesia.

Warung-warung kecil hingga toko kelontong di Indonesia juga termasuk ke dalam UMKM. Kelengkapan dan kemudahan pembelian di warung maupun toko kelontong menjadikannya sebagai prioritas utama tempat berbelanja bagi sebagian orang. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga dapat didapatkan melalui warung-warung hingga toko kelontong. Kemudian hal yang sama juga terjadi dalam kasus pasar tradisional. Kelengkapan di pasar tradisional menjadi kekuatan tersendiri dibandingkan warung dan toko-toko kelontong.

Berbelanja di pasar tradisional dan warung-warung kecil sebenarnya memiliki keunikan tersendiri. Hal yang tidak dapat dilakukan jika berbelanja di supermarket. Hal tersebut adalah kegiatan tawar-menawar barang. Pembeli atau konsumen dapat melakukan tawar-menawar dengan pembeli. Sehingga pembeli cenderung memiliki sifat menawar. Di Indonesia sendiri budaya tawar-menawar ini sudah menjadi hal yang umum. Maka dari itu, Mintang akan merangkum tipe-tipe penawar di pasar maupun warung berikut.

Tipe Penawar yang Membandingkan dengan yang Lain

Biasanya trik ini dilakukan ketika kondisi tempat kios berjualan berjejer antara yang satu dengan yang lain. Kemudian barang yang dijual merupakan jenis barang yang sama, sehingga membuat kalian malas berkeliling. Hal tersebut menimbulkan tipe menawar seperti ini.

Penawar biasanya akan melontarkan kalimat seperti:

“Di sebelah saya dapat harga segini loh, Mbak/Mas. Masa di sini mahal banget, sih.”

Akan tetapi, strategi penawaran ini masih terbilang 50:50. Karena saat ini banyak juga penjual yang lebih hebat. Penjual akan memberikan tanggapan, “Ya sudah, beli di sana aja, Mbak/Mas.”

Tipe Penawar Kejam

Dalam kegiatan tawar-menawar biasanya penawaran dilakukan dengan memotong harga sebesar 30% hingga 50%. Hal ini merupakan aturan tidak tertulis dalam dunia tawar-menawar. Namun, ternyata hal ini tidak menutup kemungkinan terdapat para penawar ekstrem yang berani menawar harga lebih dari setengah harga atau di atas 50%. Mungkin atas dasar terlalu perhitungan dan juga tidak mau rugi yang menghadirkan penawar-penawar kejam ini.

Tipe Penawar Bahasa Lokal

Tipe penawar ini sangat yakin bahwa jika membeli menggunakan bahasa daerah maka akan mendapatkan harga yang lebih rendah. Kemudian akan dirasa meningkatkan persentase keberhasilan dalam tawar-menawar. Misalnya jika penjual menggunakan bahasa Jawa, maka penawar juga akan menggunakan bahasa Jawa.

Tipe Penawar Pura-Pura Pergi

Cara terakhir dari strategi para penawar adalah pura-pura pergi. Ketika penjual sudah menolak harga tawaran dari pembeli, maka penawar akan berpura-pura pergi. Hal itu dilakukan dengan harapan sang penjual akan memanggil kembali dan memberikan harga tawaran kepada sang pembeli. Uniknya hal ini cenderung berhasil. Biasanya penjual akan memanggil kembali.

“Ya udah deh, harga segini nggak apa-apa.”

Kemudian penawar akan memalingkan kembali dengan wajah gembira karena tawaran mereka berhasil.

Tawar-menawar menjadi budaya yang umum di Indonesia. Namun, tidak boleh dilupakan setiap pedagang pasar bahwa warung yang berupa UMKM juga mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Sehingga kita sebagai pembeli juga harus memahami hal tersebut dan tidak terlalu kejam dalam menawar.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Rantai_Tak_Putus_Karya_Terbaru_Dee_Lestari_Perihal_UMKM_Indonesia

Rantai Tak Putus: Karya Terbaru Dee Lestari Perihal UMKM Indonesia

Dee Lestari―yang dikenal sebagai penulis, penyanyi, pencipta dan penulis lagu―akan mengeluarkan karya terbarunya. Bersama Bentang Pustaka, Dee Lestari akan segera merilis sebuah buku dengan genre nonfiksi dengan judul Rantai Tak Putus. Setelah pada tahun 2018 merilis karya fiksinya berjudul Aroma Karsa, Dee Lestari mengeluarkan perihal di balik kepenulisan dan proses kreatif penyusunan Aroma Karsa. Karya tersebut berjudul Di Balik Tirai Aroma Karsa yang rilis pada tahun 2019 dan menjadi karya nonfiksi pertama Dee Lestari.

Rantai Tak Putus yang akan segera terbit menjadi karya atau buku nonfiksi kedua dari Dee Lestari setelah Di Balik Tirai Aroma Karsa. Sebagai karya nonfiksi buku ini secara garis besar akan mengisahkan perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia. Karya terbaru Dee Lestari ini juga akan membahas bagaimana bisnis dan usaha dapat berkembang ke arah yang lebih baik melalui manajemen modern.

Mengapa berjudul Rantai Tak Putus?

Rantai yang tak putus dalam judul Rantai Tak Putus merupakan simbol bahwa dalam unit usaha seperti UMKM setiap peranan memiliki porsi dan fungsi masing-masing. Kemudian setiap peran tersebut akan selalu terhubung satu sama lain layaknya rantai yang tidak akan putus. Mulai dari pengusaha hingga setiap orang yang terlibat dalam proses di baliknya sebuah usaha atau UMKM tidak akan terputus. Untuk mencapai tujuan bersama dibutuhkan hubungan dan kerja sama yang saling terhubung yang pada dasarnya tidak boleh terputus.

Makna dari judul tersebut juga diartikan bahwa setiap ilmu dalam pengembangan bisnis akan terus diturunkan secara turun-temurun. Bahwa ilmu-ilmu tersebut tidak akan terputus. Ilmu-ilmu mengenai pengembangan UMKM dan usaha lainnya secara umum akan terus tersalurkan kepada penerus berikutnya. Hal itu merupakan dasar pengembangan bisnis, dalam konteks ini berupa UMKM. Karena pada dasarnya setiap ilmu (tidak hanya perihal bisnis) akan terus disalurkan sehingga tidak akan mati dan terputus.

Intisari dari Karya Terbaru Dee Lestari

Secara umum Dee Lestari dalam Rantai Tak Putus akan membahas bagaimana membangun sebuah bisnis dan usaha. Dalam konteks ini akan melihat perkembangan UMKM yang dibawahi oleh Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Dalam karya nonfiksi ini juga akan menceritakan tokoh Agus yang membangun usahanya dalam bidang manufaktur. Melalui karya ini juga akan diperbincangkan mengenai bagaimana meningkatkan kualitas UMKM. Kemudian peran-peran yang terdapat dalam bidang usaha, hingga manajemen modern untuk meningkatkan bisnis dan usaha.

Passion, kalau tidak dikelola dengan baik, akan sulit maju. Passion digabungkan profesionalitas, baru dua jempol.”

Nantikan selengkapnya karya terbaru Dee Lestari dengan judul Rantai Tak Putus yang akan segera terbit di Bentang Pustaka.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

© Copyright - Bentang Pustaka