Ini Stimulasi Paling Penting untuk Bayi Baru Lahir

Dunia adalah tempat yang penuh keajaiban bagi bayi baru lahir. Sejak lahir, mereka mulai belajar melihat dan menjelajahi lingkungan di sekitar mereka dengan kemampuan yang terbatas.

Dalam webinar bertajuk “Pentingnya Stimulasi Visual pada Bayi 0–3 Bulan” yang diselenggarakan oleh Bentang Pustaka pada Rabu (17/07/2024), dr. Lely Retno W., Sp.M(K). menjelaskan bahwa anak baru belajar melihat setelah lahir. Maka, sangat penting untuk memberikan stimulasi visual yang tepat untuk membantu perkembangan penglihatan anak.

Tahap Penglihatan Bayi Usia 0–3 Bulan

0–1 Bulan:

  • Saat lahir, penglihatan bayi masih sangat kabur. Mereka hanya bisa melihat objek dengan jarak sekitar 20–30 cm.
  • Bayi cenderung melihat wajah manusia.
  • Tertarik pada kontras tinggi, seperti garis hitam dan putih.
  • Mata bayi sering tampak tidak sejajar (juling).

1–2 Bulan:

  • Bayi mulai bisa fokus pada objek dalam jarak yang lebih jauh (30–45 cm).
  • Bayi mulai bisa membedakan beberapa warna, terutama merah dan hijau.
  • Bayi mulai bisa melakukan kontak mata lebih lama dan sangat tertarik pada wajah orang tua serta mainan.

2–3 Bulan:

  • Mata bayi bisa mengikuti gerakan objek (tracking).
  • Bayi mulai mencoba meraih benda yang mereka lihat sebagai bentuk perkembangan koordinasi tangan-mata.
  • Bayi mulai memberi senyum responsif saat diajak berinteraksi.

Pentingnya Skrining Penglihatan pada Bayi dan Anak

Di banyak negara di dunia, skrining mata anak adalah hal yang umum dilakukan oleh para orang tua. Namun di Indonesia, hal ini belum menjadi kebiasaan. Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa skrining mata hanya perlu dilakukan jika sudah terlihat tanda-tanda mata anak bermasalah.

“Seharusnya, bayi dan anak harus diperiksa kesehatannya sejak baru lahir, sehingga bisa mendeteksi kelainan mata sejak dini (jika ada). Selain itu, skrining kesehatan mata juga merupakan cara melindungi penglihatan anak karena 80% informasi yang kita dapatkan adalah informasi visual,” jelas dr. Lely dalam webinar.

Pada bayi baru lahir, pemeriksaan yang harus dilakukan adalah “red refleks”, blink (berkedip), dan respons pupil. Pada pemeriksaan “red refleks”, mata anak seharusnya menunjukkan refleks berupa pantulan cahaya merah. Jika salah satu atau kedua mata anak tidak menunjukkan refleks ini, berarti ada indikasi bahwa mata anak memiliki kelainan.

“Tes refleks ini bisa dilakukan di rumah dengan menggunakan senter dan dalam ruangan yang gelap. Namun, jika mata anak tidak menunjukkan refleks merah, orang tua sebaiknya segera membawa anak ke dokter spesialis mata anak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” terang dr. Lely lagi.

Apa yang Terjadi Jika Anak Tidak Mendapat Stimulus Visual yang Tepat?

Anak yang tidak mendapat stimulasi visual yang tepat bisa jadi mengalami beberapa kondisi berikut.

  1. Mata juling (Strabismus).
  2. Mata malas (Amblyopia).
  3. Mata bergerak (Nistagmus).

Tip untuk Membantu Perkembangan Visual Bayi

Untuk membantu perkembangan visual pada bayi usia 0–3 bulan, dr. Lely menyarankan orang tua untuk melakukan beberapa hal berikut.

  1. Menggunakan lampu malam/lampu redup di kamar.
  2. Sering mengubah posisi bayi dan tempat tidur bayi agar anak bisa melihat banyak hal.
  3. Meletakkan mainan yang bisa diraih dalam jarak 20–30 cm.
  4. Bicara kepada bayi atau bernyanyi saat beraktivitas di sekitar bayi untuk melatih fokus bayi terhadap suara.
  5. Memberi rangsangan visual dengan kontras tinggi.

Buku kontras menjadi pilihan terbaik bagi orang tua yang ingin memberikan stimulasi visual pada bayi 0–3 bulan. Didesain khusus dengan gambar yang menggunakan warna berkontras tinggi seperti hitam, putih, dan merah, buku ini dapat membantu merangsang penglihatan bayi, mulai dari melatih fokus, mengembangkan kemampuan melacak objek, dan membedakan bentuk serta warna.

Membacakan buku kontras juga dapat menjadi momen bonding antara orang tua dan anak, serta menjadi media untuk menambah kosakata anak.

Ditulis oleh psikolog anak profesional dan berpengalaman, Seri Buku Kontras dari Bentang Pustaka terdiri atas tiga buku dengan tema yang dekat dengan anak. Ketiga buku tersebut dapat menjadi media untuk mengenalkan dunia luar serta menanamkan nilai-nilai ketauhidan pada anak.

Sudahkah Parents menyediakan buku kontras untuk bayi?

Cara Agar Anak Makan Buah dan Sayur? Ini Tipsnya!

Anak-anak sering kali susah makan buah dan sayur. Tentunya membiasakan anak untuk makan buah dan sayur menjadi tantangan bagi orang tua. Namun, dengan pendekatan yang tepat, Anda dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan makan makanan sehat.

Langkah agar Anak Mau Makan Buah dan Sayur

Berikut beberapa langkah yang dapat Anda tempuh untuk membuat anak Anda menyukai buah dan sayur.

  1. Menjadi Contoh yang Baik

Anak adalah peniru yang andal. Oleh sebab itu, pastikan Anda sendiri makan buah dan sayur secara teratur. Ketika anak-anak melihat orang tua, mereka menikmati makanan sehat, mereka cenderung ingin mencobanya juga.

  1. Buat Penyajian yang Menarik

Penyajian makanan sangat memengaruhi selera makan anak. Untuk itu, cobalah untuk menyajikan buah dan sayur dalam bentuk yang unik dan menarik, misalnya membuat wajah senyum atau membuat karakter kesukaan anak. Anda juga bisa menggunakan cetakan kue untuk memotong buah dan sayur menjadi bentuk-bentuk lucu.

  1. Ajak Anak Memasak Bersama

Mengajak anak memasak bersama membuat mereka lebih tertarik untuk mencoba makanan yang telah dibuat. Ajak mereka membantu mencuci, memotong, atau menyiapkan buah dan sayur. Kegiatan ini memberikan mereka pengalaman positif terhadap makanan sehat.

  1. Kenalkan secara Bertahap

Penting untuk diingat, jangan memaksa anak untuk makan banyak buah dan sayur sekaligus. Mulailah dengan memperkenalkan satu jenis buah atau sayur baru dalam jumlah kecil. Berikan anak waktu untuk mengenal rasa dan tekstur makanan baru tanpa tekanan.

  1. Disiplin dengan Jadwal Makan

Anak-anak harus memiliki waktu makan yang teratur dan hindari memberikan terlalu banyak camilan tidak sehat di antara waktu makan. Dengan cara ini, anak-anak cenderung mencoba makanan yang disajikan ketika mereka lapar di waktu makan. 

  1. Kombinasikan dengan Makanan Favorit

Cobalah untuk mencampurkan buah dan sayur dengan makanan yang disukai anak Anda. Misalnya, tambahkan irisan buah ke dalam yoghurt atau campurkan sayuran ke dalam saus pasta favorit mereka. Dengan demikian, anak dapat mengenali bahwa makanan sehat juga bisa enak. 

  1. Berikan Beberapa Pilihan

Anda dapat memberikan beberapa pilihan buah dan sayur yang diinginkan kepada anak. Dengan memberikan pilihan, anak-anak merasa lebih berdaya dan lebih mungkin untuk makan makanan yang mereka pilih sendiri.

  1. Berikan Apresiasi dan Pujian

Berikan apresiasi dan pujian setiap anak Anda mencoba atau menikmati buah dan sayur. Apresiasi positif dan pujian dapat membantu membangun kebiasaan makan yang baik dan membuat anak merasa bangga atas pencapaiannya.

Rekomendasi Buku untuk Mengenalkan Buah dan Sayur pada Anak

Untuk membantu mengenalkan anak pada buah dan sayur dengan cara yang menyenangkan, Anda dapat memberikan buku bacaan kepada anak. Dengan mempelajari buah dan sayur melalui buku yang seru, anak dapat tergerak untuk mencoba berbagai buah dan sayur yang mereka pelajari. Salah satu buku yang dapat Anda berikan adalah My First Book 101 Fruits & Vegetables dari Bentang Pustaka. Jika Anda tertarik, Anda dapat membelinya melalui tautan berikut ini.

Itulah beberapa cara yang dapat Anda coba untuk mengembangkan kebiasaan makan sehat melalui buah dan sayur kepada anak. Penting untuk diingat, kesabaran dan kreativitas adalah kunci utama untuk menyukseskan proses ini.

Metode Montessori dalam Pendidikan Seks untuk Anak

Seks adalah sesuatu yang masih tabu dibicarakan di Indonesia, terlebih-lebih untuk anak kecil. Orang tua sering kali kelabakan ketika anaknya memberikan pertanyaan mengejutkan tentang seks. Dalam satu hal mungkin mereka ingin memberikan perlindungan kepada anak dari dampak negatif akibat seks bebas, tapi di sisi lain hal itu membuat anak tidak mempunyai tempat yang aman dan nyaman untuk mengakses pendidikan seks yang komprehensif.

Dalam pendidikan formal di sekolah, anak juga tidak mudah mendapatkan pendidikan seks yang komprehensif. Sekolah sering kali hanya memberikan kelas-kelas parsial dan tidak berkelanjutan dalam membahas seks. Hal itu membuat pemahaman anak juga tidak utuh. Lalu, untuk melengkapi informasi-informasi itu, guru-guru juga kesulitan dalam menjawabnya. Mereka tidak bisa memahami kesehatan seksual dan perkembangan seksualnya secara komprehensif.

Hal itu membuat anak makin berpotensi besar mengalami dampak negatif dari perilaku seks berisiko. Ketidaktahuannya terhadap seksualitas dan kebingungannya harus bertanya ke mana membuat anak mengeksplorasi pada sumber-sumber yang tidak kredibel di luar instansi pendidikan formal (sekolah) dan informal keluarga.

Seks dan Perkembangan

Dalam menapaki tiap tahapan perkembangan usia, anak mengalami perubahan-perubahan dalam seksualitasnya. Mereka mengalami banyak hal baru yang membuat bingung sekaligus penasaran apa yang sedang terjadi. Di sinilah sebenarnya orang tua mempunyai posisi strategis dalam memberikan informasi pertama tentang seks. Dalam metode Montessori diajarkan bagaimana pendekatan yang efektif dan efisien untuk memberi pendidikan seks pada anak.

Dalam buku The Montessori Child karya Simone Davies dan Junnifa Uzodike, membicarakan seks pada anak haruslah jujur dan terbuka. Dengan begitu kita membantu anak-anak untuk memiliki hubungan yang sehat dengan tubuh mereka, menghormati tubuh orang lain, dan membantu meruntuhkan tabu atau trauma yang mungkin tertanam dalam diri kita sendiri semasa kanak-kanak (The Montessori Child, hlm. 241).

Dengan makin berkembangnya teknologi informasi, maka probabilitas anak terpapar dengan informasi, gambar, tulisan, dan percakapan seks akan makin besar. Apabila orang tua bisa memberikan informasi utama tentang seks, itulah yang akan dijadikan acuan utama.

Memberikan pendidikan seks kepada anak memang tidaklah mudah. Bagaimana kita mengemas informasi yang jujur tapi dengan bahasa yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan bahasa anak adalah suatu keterampilan yang perlu dipelajari dan harus selalu dilatih. Beberapa tip yang bisa dilakukan adalah:

  • Komunikasi terbuka. Orang tua membiasakan anak untuk dapat berbicara secara terbuka terkait seksualitasnya. Hal itu demi lancarnya komunikasi dengan anak tanpa membuat informasi bohong. Apabila belum bisa menjawab pun, orang tua harus jujur bahwa pertanyaan itu belum bisa dijawab hari ini dan meminta waktu beberapa hari untuk bisa menjawabnya dengan jawaban terbaik.
  • Persetujuan (consent). Perihal pertama dan utama untuk mejaga anak dari aktivitas seks berisiko dan juga pelecehan seksual adalah dengan mengajarkan mereka persetujuan. Sebagai orang dewasa, kita harus memberikan teladan bagaimana kita harus meminta izin dalam menyentuh dan memegang bagian tubuh walaupun itu anak kita sendiri. Untuk memindahkan anak ke kursi misalnya, kita juga memindahkannya dengan pelan alih-alih menariknya tanpa aba-aba.
  • Penggunaan bahasa standar. Selain tentang persetujuan, dalam metode Montessori juga mengatur tentang bagaimana menyebut anggota tubuh dengan nama akurat sesuai standar ilmiah. Hal itu membantu anak memahami anggota tubuhnya sendiri beserta fungsinya. Jika anak sudah memahami secara komprehensif, mereka akan mempunyai kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan semua anggota tubuhnya.
  • Teladan. Orang tua bisa memberi teladan bagaimana berinteraksi dengan pasangan dalam kehidupan sehari-hari. Percakapan tentang seksualitas dan mengajarkan inklusivitas gender bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Orang tua bisa belajar mengomunikasikan hal yang mungkin masih tabu dengan memilih kata dan gaya bahasa yang dipahami anak.

Keterbukaan tentang seksualitas dalam pendekatan Montessori membuat anak tidak canggung menceritakan pengalaman seksualitasnya, misalnya tentang mensturasi. Di sisi lain anak juga diperkenankan belajar dari cerita orang tuanya.

Pendidikan seks yang komprehensif akan memberi perlindungan internal pada anak untuk terhindar dari perilaku seks berisiko dan kekerasan seksual. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang pendekatan Montessori terhadap pendidikan seks pada anak, alangkah baiknya membaca buku The Montessori Child: Panduan Orang Tua dalam Membesarkan Anak yang Berdaya, Berpikir Kreatif, dan Berhati Welas Asih karya Simone Davies dan Junnifa Uzodike. Buku ini bisa dipesan di website www.bentangpustaka.com

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta