Meneladani Nabi Muhammad : Menjadi Cahaya Tanpa Menghakimi
Salah satu tujuan diutusnya nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana yang tercantum dalam salah satu hadis shahih dalam kitab Shahih Bukhari.
Selain itu, nabi Muhammad juga diperintahkan untuk menebar rahmat bagi manusia yang lain. Hal ini tercantum dalam Surah Al-Anbiya ayat 107 yang artinya “Dan tidaklah kami (Allah) mengutus engaku(Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta.
Menjankan Perintah
Dalam rangka menjalankan kedua tugas utama tersebut, Rasulullah sering memberikan peringatan-peringatan kepada manusia. Nabi diutus kepada seluruh umat manusia membawa tugas pokok ini: mubasyiran (memberi kabar gembira) dan nadziran (membawa peringatan).
Kabar gembira yang dibawa mengenai hal-hal yang baik berupa kebajikan untuk kebahagiaan manusia, termasuk didalamnya mengenai surga yang dijanjikan. Sedangkan hal-hal yang disampaikan sebagai peringatan adalah hal-hal buruk yang harus dijauhi, yang bisa merusak tatanan kehidupan manusia, termasuk didalamnya konsekuensi di akherat kelak berupa siksa neraka. Kedua tema ini disampaikan secara seimbang dalam dakwah Nabi Muhammad Saw.
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.(Saba’ : 28)
Menghakimi dan menghitung-hitung kemungkinan seseorang akan masuk neraka atau surga bukan termasuk tugas Nabi, karena hal tersesbut telah menjadi hak perogratif bagi Allah. Bahkan ditegaskan pula Nabi Muhammad tidak akan dimintai pertanggungjawaban akan mereka yang menolak peringatan darinya. Tugas beliau Saw hanya berdakwah.
Itu sebabnya Nabi Muhammad Saw dikatakan bukan orang yang berkuasa atas mereka. Nabi tidak bisa memaksakan kehendaknya atas keyakinan mereka. Sekali lagi, al-Quran menegaskan bahwa tugas Nabi memberi peringatan (mudzakkir).
Jangan Menghakimi
Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah. 21-22)
Dengan kata lain, ayat di atas memberitahu kepada Nabi:
Hai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk menyampaikannya. Tapi tidak perlu memaksa mereka mengikutimu karena engkau tidak berkuasa atas apa yang ada dalam hati mereka. Mereka mengikuti ajaran Islam atau tidak, bukan urusanmu, tapi semata faktor hidayah dan rahmat dari Allah.
Jika nabi Muhammad yang diutus langsung oleh Allah sebagai pengingat, pun, tidak diperkenankan untuk menjadi penentu bagai seseorang apalagi kita yang berposisi sebagai umat yang mengikutinya.
Mestinya, kebaikan-kebaikan seperti pembawa kabar gembira dan penebar rahmat kita ikuti sesuai kapasitas kita, tanpa perlu melebihkan wewenang kita untuk memberikan label pada manusia lain.
Trackbacks & Pingbacks
[…] sebenarnya ada berbagai alternatif yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan buku-buku berkualitas di tengah pandemi ini, di antanya mengikti bazaar buku yang diselenggarakan secara […]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!