Mencuri Ilmu “Sudut Pandang Novel” dari Pit Sansi

Pada Jumat (27/3) lalu, Bentang Belia menggelar Kulwap. Temanya adalah Menulis Cerita Fiksi Belia bersama penulis High School Series. Dalam segmen bertajuk “Rahasia Bikin Cerita Berisi”, Pit Sansi, penulis My Ice Boy, My Ice Girl, Surat Cinta Tanpa Nama, Saga, dan Just Be Mine berbagi ilmunya tentang sudut pandang pada novel. Penasaran akan ulasannya? Yuk, kita simak!

Sudut pandang pada novel umumnya dibagi ke dalam 3 jenis. Sudut pandang orang pertama, kedua, dan ketiga. Kali ini kita akan membahas 2 sudut pandang yang sering digunakan, yaitu orang pertama dan orang ketiga.

Sudut Pandang Orang Pertama

Sudut pandang ini ditandai dengan penggunaan kata “aku” atau sapaan sejenis dalam narasi. Dalam sudut pandang ini seolah-olah penulis mengalami sendiri semua kejadian dalam novel yang ditulisnya.

Kelebihan dari sudut pandang ini adalah penulis dapat menggali lebih dalam pikiran pada tokoh “aku”. Sudut pandang ini cocok untuk menambahkan kesan misterius pada cerita. Sedangkan, kekurangannya adalah penulis tidak bisa mengeksplorasi tokoh-tokoh lain dan peristiwa-peristiwa yang tidak dialaminya.

Cuplikan Contoh Sudut Pandang Orang Pertama

“Belum pulang?”

 Suara seseorang dari arah pintu membuatku menoleh ke sana. Aku melihatnya berdiri di sana, si cowok aneh yang menyebabkan kesalahpahaman ini. Cukup lama ia bersandar di pintu dengan gayanya yang sok keren. Tas ransel menggantung sebelah di pundak kanannya. Aku tak berniat untuk menanggapi pertanyaannya.

 Beberapa saat kemudian dia-Jovan-melangkah masuk dan duduk tepat di depanku tanpa kupersilakan. Satu hal yang bisa kusimpulkan dari cowok ini selain aneh, ia juga tidak punya sopan santun.

 Surat Cinta Tanpa Nama, karya Pit Sansi

Sudut Pandang Orang Ketiga

 Sudut pandang ini ditandai dengan penggunaan kata “dia” atau “ia” dalam narasi. Juga penyebutan nama tokoh utama. Sudut pandang ini menempatkan pembaca sebagai yang mahatahu atau sebagai pengamat. Sudut pandang ini paling sering digunakan dalam cerita fiksi, terutama novel.

Kelebihan sudut pandang ini ialah memudahkan penulis dalam bercerita, karena penulis dapat menggambarkan perasaan banyak tokoh dalam cerita. Sedangkan kelemahannya adalah apabila terlalu banyak perasaan yang diungkap penulis, kesan misterius akan berkurang. Juga menyebabkan kurangnya fokus cerita.

Sudut pandang orang ketiga dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sudut pandang orang ketiga mahatahu dan sudut pandang orang ketiga terbatas (pengamat).

Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu

Penulis menempatkan diri sebagai orang yang sangat tahu tentang tokoh utama. Baik itu yang ada dalam pikiran, penampilan, maupun latar belakangnya. Bahkan penulis tahu dan bisa menceritakan segala hal yang dialami tokoh lainnya.

Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas (Pengamat)

 Penulis menempatkan diri sebagai seorang pengamat yang hanya tahu dan menuliskan hal-hal yang dirasakan panca indra.

Cuplikan Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas (Pengamat)

Saga menatap heran sekaligus kesal pada mobil-mobilan beserta remote kontrol di atas mejanya kini. Dengan emosi tertahan, pandangan matanya beralih pada sosok gadis yang berdiri di depannya dengan gaya yang angkuh.

 “Aku nggak mau tahu. Kakak harus tanggung jawab karena udah rusakin mobil-mobilanku!” ucap Selin masih dengan gaya angkuh yang dibuat-buat.

 Tindakan Selin sukses mendapat perhatian banyak orang di kelas itu. Semua orang seolah dibuat tak percaya dengan keberanian Selin yang terang-terangan memberikan mobil-mobilan remote kontrol kepada Saga. Karena semua orang tahu betapa Saga sangat membenci benda-benda itu.

Saga, karya Pit Sansi

Jadi, setelah membaca ulasan ini, sudut pandang manakah yang ingin kamu pakai di tulisanmu? Yuk, tulis pengalamanmu tentang sudut pandang ini di kolom komentar!

 

Baca juga: Mau Naskahmu Dilirik Penerbit? Ambil Hati Penerbit dengan Cara Ini!

 

Dilasari

 

1 reply

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] Baca juga: Mencuri Ilmu “Sudut Pandang pada Novel” dari Pit Sansi […]

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta