Kehidupan Pernikahan dalam Almustafa

Kehidupan pernikahan dalam Almustafa sering kali disebut-sebut sebagai sesuatu yang berat. Pernikahan  diidentikkan sebagai suatu suatu tahapan yang lebih lanjut dalam fase kehidupan. Menjadi dewasa tidak selalu mampu menampung berbagai kewajiban dalam pernikahan. Anggapan tentang pernikahan ini tidak jarang menjadi suatu momok yang ditakuti, bahkan stigma tentang seluk beluk pernikahan. Stigma yang beredar ini juga sering memunculkan pertanyaan bagi pihak-pihak yang ingin melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Jauh sebelum pernikahan menjadi sesuatu yang dinomorduakan di era saat ini akibat stigma tersebut, Kahlil Gibran telah membahasnya dalam prosa-puisinya yang berjudul The Prophet atau yang telah diterjemahkan sebagai Almustafa. Dalam tulisannya itu, Kahlil Gibran mengembalikan lagi hakikat pernikahan sebelum benar-benar masuk dalam pernikahan.

(Baca juga artikel terkait Almustafa Wejangan Puitis untuk Quarter Life Crisis.)

Hakikat Kehidupan Pernikahan dalam Almustafa

kehidupan pernikahan dalam buku almustafa

Dunia mengenal Kahlil Gibran sebagai seorang penulis yang kaya akan diksi indah. Tulisan-tulisannya selalu menghadirkan rasa nyaman bagi para pembacanya. Melampaui impresi tersebut, Kahlil Gibran juga menghadirkan Almustafa sebagai buku dengan diksi yang indah dengan sarat akan nasihat. Termasuk perihal  pernikahan. Almustafa identik dengan rangkaian pertanyaan tentang kehidupan, dan  pernikahan juga tertera di dalamnya.

Dengan dibalut keindahan, Kahlil menerangkan tentang hakikat kehidupan pernikahan yang terdiri atas sepasang. Peranan suami dan istri yang saling mengisi. Tidak ada keberpihakan dalam tulisannya untuk melihat peran yang lebih unggul di antara keduanya. Kahlil Gibran menggambarkan posisi keduanya yang saling membutuhkan sebab hakikat dari pernikahan adalah keputusan untuk bersama. Pernikahan di tulisannya ini begitu diagungkan, sebab melibatkan konsep jodoh dan nilai-nilai religi di dalamnya.

Meski menjunjung tinggi perihal kebersamaan dan keindahan pernikahan, Kahlil Gibran juga menggarisbawahi perihal peranan kehidupan personal dan melibatkan nilai individu. Kebersamaan yang berlebih menjadi sesuatu yang tidak baik, menghilangkan kepentingan individu untuk suara pribadi juga dilarang dalam tokoh Almustafa di buku ini. Keseimbangan nilai-nilai, baik itu cinta, antarindividu, kebersamaan, dan komponen-komponen lainnya memberi perwujudan hakikat   pernikahan.

Pertanyaan Lanjutan Perihal Kehidupan

Beranjak dari pertanyaan tentang kehidupan cinta dan pernikahan, di buku Almustafa juga mengandung pertanyaan lain perihal kehidupan. Nasihat sederhana yang begitu indah dan kaya akan penafsiran ala Kahlil Gibran ini bisa kamu dapatkan di sini. Pertanyaan lanjutan tentang tersebut juga sangat mampu menjadi pedoman dan bekal untuk bahtera pernikahan.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta