Islam Rahmatan Lil Alamin, Sudahkah Kita Menerapkannya?

Sobat Bentang mungkin sering mendengar istilah islam rahmatan lil alamin dari ceramah, kajian atau bahkan dari postingan di media sosial. Istilah rahmatan lil alamin dalam Al-Qur’an adalah istilah Qur’ani, istilah yang didapat dari ayat Al-Qur’an. Salah satunya yang tersebut dalam QS. Al-Anbiya’: 107: Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Istilah ini sering digaungkan, tapi sudahkah kita memaknai dan menerapkannya demi kemaslahatan diri, umat dan juga alam?

Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Apa yang dimaksud Islam rahmatan lil alamin?

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam sedangkan tujuan Al-Qur’an adalah menegakkan keadilan dan membebaskan yang tertindas. Oleh sebab itu, tidak hanya dipahami secara tekstual, Islam haruslah praksis di mana aktornya adalah muslim yang membumikan gagasan-gagasan dan ajaran Islam untuk mengubah dan memberikan arti bagi masyarakat. Islam praksis adalah upaya pribadi, masyarakat, dan umat untuk melaksanakan gagasan ke dalam tindakan praksis kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun masyarakat.

Bagaimana kita merefleksi ajaran-ajaran Islam?

Ajaran-ajaran Islam yang termuat dalam Al-Qur’an dan hadis memuat pesan cinta dan damai yang memberikan manfaat bagi seluruh alam. Mulai dari urusan pribadi, urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan negara, sampai urusan lingkungan pun diajarkan. Dalam buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita membaginya dalam empat bab yang membantu kita untuk merefleksi ajaran-ajaran Islam melalui tafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist dengan harapan bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

Islam Rahmatan lil Alamin dalam proses perbaikan jiwa

Islam rahmatan lil alamin dapat kita rasakan rahmat-Nya melalui tafsiran atas ayat-ayat perbaikan hati dan jiwa. Urusan jiwa dan hati manusia juga dibahas dalam Al-Qur’an dan hadis. Karena mengenal dan memperbaiki diri adalah kewajiban manusia. Salah satu yang dibahas dalam buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita adalah perihal Dengki. Dengki adalah penyakit kronis hati. Walaupun penyakit kronis, dengki ada obatnya dan telah termuat dalam surah yang sering kita baca karena ayatnya pendek Surat itu adalah surat QS. Al Falaq:1-5.

Rumah tangga qur’ani dan masyarakat yang berakhlak juga wujud Islam rahmatan lil alamin

Menerapkan Islam rahmatan lil alamin dengan cakupan yang lebih luas yakni antara hubungan kita dengan orang lain diwujudkan melalui kehidupan rumah tangga, bertetangga, dan bermasyarakat. Dalam kehidupan berumah tangga misalnya, sebagai orang tua menerapkan kehidupan beragama dengan kecerdasan rohani kepada anak. Mendidik anak dan hidup berumah tangga tak harus dilumuri oleh nafsu kemewahan dan konsumerisme.

 

Menurut Dr. Ayang Utriza, penulis buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita, kita butuh sesuatu yang lain agar hidup tidak terasa kering. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika orang Barat yang merasa hidupnya “kering” maka akan mencari kesejukan batin. Bahkan urusan miskin spiritual bukan hanya berlaku bagi orang Barat, melainkan juga menjangkit banyak orang di zaman sekarang. Misalnya dalam sebuah jurnal perihal psikologi spiritual, moralitas pemimpin saat ini menjadi masalah yang butuh pendekatan psikologi spiritual.

 

Baca Juga: Dampak Sampah Harus Dipahami Sejak Dini, Lho, Moms

Islam Rahmatan lil Alamin di tengah banyaknya musibah alam, sudahkah kita baik kepada alam?

Satu judul menarik dan relate dengan kondisi saat ini dalam buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita adalah judul sub bab Musibah Alam: Akibat Dosa atau Kejahilan Iptek?. Berbagai musibah alam yang terjadi dapat dijelaskan dalam perspektif agama. Melalui tafsiran ayat QS. Al-A’raf:96 yang berbunyi,

 

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

 

Sumber daya alam yang kaya di Indonesia yang dijarah, dirampas, dan dieksploitasi dengan tamak tanpa memperdulikan aturan alam. Hutan ditebang demi keuntungan dan kekayaan segelintir orang serta kekayaan di perut bumi yang diisap tak aturan tanpa memperdulikan alam dan sekitarnya merupakan wujud maksiat dan tidak takwanya manusia terhadap ayat-ayat Allah. Kita beriman secara kuantitas tapi tidak secara kualitas.

 

Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita adalah Karya tulis Aa Riza (panggilan Dr. Ayang Utriza) yang menegaskan bahwa Tuhan melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis sudah mengajarkan nilai tentang keadilan pada manusia agar tak menderita. Ayang Utriza Yakin, DEA merupakan akademisi muslim asal Indonesia yang mengajar di universitas di Eropa. Mulai dari Prancis sampai Belgia, A’ Riza menjadi dosen sekaligus peneliti tema-tema ajaran agama Islam. Salah satunya adalah mengajar di kampus UCLouvain, Belgia. Buku Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita masih tersedia di Shopee Bentang Official Shop, ya!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta