Inilah Kosakata Nusantara yang Ada dalam Al-Quran

Ada pertentangan di kalangan ulama soal bahasa yang dipakai dalam Al-Quran. Ada yang berpendapat bahwa kosakata di dalam Al-Quran sepenuhnya berasal dari bahasa Arab, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa terdapat kosakata yang berasal dari bahasa non-Arab.

Imam Al-Qurthubi misalnya, menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan pendapat mengenai Al-Quran yang berisikan kata yang disusun dari term dan nama yang berasal dari non-Arab. Imam Al-Qurthubi menyebut beberapa ulama seperti Qadhi Ibn At-Thayyib dan At-Thabari percaya bahwa Al-Quran murni terdiri atas bahasa Arab dan tidak ada kosakata non-Arab di dalamnya. Meskipun ada kata yang tersusun dari bahasa non-Arab hanya terdapat kesamaan antara bahasa Arab dan non-Arab. Misalnya seperti Habasyah, Persia, dan lainnya.

Akan tetapi, Al-Qurthubi menyebutkan ada juga yang berpendapat jika ada kosakata non-Arab, jumlahnya sangat sedikit dan tidak sampai menghapus kenyataan bahwa Al-Quran murni berbahasa Arab.

Soal bahasa-bahasa non-Arab, Ibn ‘Athiyyah memang mengatakan bahwa pada dasarnya bahasa tersebut asing. Namun, orang-orang Arab sudah biasa menggunakannya sehingga kosakata tersebut dianggap juga sebagai bahasa Arab.

Akan tetapi, bahasa adalah sesuatu yang dinamis. Misalnya bahasa Indonesia seperti kata rakyat, musyawarah, wakil, tunggal, mutakhir, adil, introspeksi, dan lain sebagainya. Kosakata tersebut ada yang diserap dari bahasa Arab, Inggris, Sanskerta, Melayu, dan lainnya.

Akan tetapi siapa sangka, ternyata ada kosakata Nusantara yang diadopsi oleh Al-Quran. Kosakata tersebut terdapat pada Surah Al-Insan ayat kelima yang artinya, Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.

Perdagangan Kapur Barus

Sejak abad keempat Masehi kapur barus yang berasal dari daerah Barus di Sumatra telah terkenal di dunia Arab dan Asia. Itulah sebabnya Al-Quran mengadopsi kata kafur dalam ayat di atas. Al-Quran menyebutkan bahwa penduduk surga akan minum dari mata air sejernih, seputih, sewangi, dan sedingin kapur barus. Namun, air tersebut tidak berasa dan berbahaya.

Pada zaman dahulu, kapur barus merupakan komoditas yang sangat mahal, bahkan konon seharga emas. Komoditas ini juga dicari oleh banyak orang. Kafur saat itu digunakan sebagai wewangian, bumbu masak, bahkan untuk keperluan obat-obatan. Nah, nantinya, di surga, minuman yang akan dihidangkan kepada orang-orang beriman ini akan dicampur dengan kafur yang merupakan simbol kemewahan.

Interaksi awal perdagangan kafur antara Nusantara dan dunia Arab bisa dilacak dari diserapnya kosakata ini ke dalam tradisi Arab sehingga turut pula masuk ke bahasa Al-Quran. 

Manfaat dari Kapur Barus

Untuk saat ini, kapur barus di Indonesia dikenal dengan kamper atau camphor. Penggunaan kapur barus sendiri untuk saat ini lebih untuk keperluan wewangian yang biasa digunakan di dalam lemari pakaian. Penelitian University of Texas  mengungkapkan bahwa kamper bisa menyembuhkan batuk, gatal-gatal di kulit, dan bisa pula membantu untuk menumbuhkan rambut. Bahkan, ada orang yang mencampur kapur barus dengan teh supaya bisa menikmati manfaatnya. Namun, para peneliti mengingatkan bahayanya bila konsumsinya tidak terkontrol.

Diserapnya kosakata Nusantara ini ke dalam bahasa Arab juga merupakan salah satu dampak dari hubungan antara bangsa Arab dan Nusantara pada masa silam. Hal tersebut menunjukkan bahwa relasi antara Nusantara dan Arab sudah terjadi sebelum turunnya Al-Quran sebagai wahyu Nabi Muhammad Saw.

Pada lain sisi, diadopsinya kosakata Nusantara oleh Al-Quran juga menunjukkan betapa dinamisnya bahasa itu. Kita melihat banyak kosakata Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, dan kosakata Nusantara juga diadopsi serta diabadikan menjadi salah satu bagian di dalam ayat suci Al-Quran.

Ketahui lebih banyak tentang Tafsir Al-Quran di Medsos, karya terbaru Nadirsyah Hosen. Dapatkan info tentang buku tersebut, di sini.

Kontributor: Widi Hermawan

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta