“Caca Boudin”: Dwibahasa Unik dari Sang Buah Hati

Sering terbayang dan terpikir bagaimana otak sekaligus pikiran anak balita saat bertingkah laku, bertutur kata, dan merespons segala perkataan maupun tindakan kita ke mereka? Merasa kebingungan saat sang anak tiba-tiba mulai menangis, tertawa, ataupun bertingkah dengan begitu asyiknya?

Ya, sesuai judul di atas, kali ini bisa masuk ke dalam bahasan sederhana yang dapat kita jadikan sebagai referensi penafsiran terhadap hal-hal yang diucapkan sang buah hati kepada kita. Tentunya, dengan tujuan agar kita bisa dengan mudah berkomunikasi dan menjawab segala hal yang masih mengawang-awang dan perlu dipertanyakan.

Beberapa orang bisa saja kebingungan dengan judul di atas, “Dwibahasa”, yang berarti dua bahasa dan mampu memahami serta menggunakan dua bahasa. Namun, kali ini maksudnya yaitu bahasa dari balita atau bayi tersebut dan bahasa Indonesia itu sendiri. Intinya, akan ada selipan bahasa Indonesia yang jika penafsiran bahasa bayi atau balita sudah jelas.

Bringing Up Bebe

Salah satu buku yang menjadi referensi dwibahasa dalam tulisan ini yaitu buku dari Pamela Druckerman, penulis buku Bringing Up Bebe. Dalam buku tersebut, terdapat bab “Caca Boudin” yang juga membahas tentang pelafalan dan beberapa artikulasi anaknya, Bean, yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris dan Prancis. Umurnya pun masih sangat balita. Kita akan mengaitkan dan mengulasnya dalam artikel ini.

Dengan berbagai contoh yang sering dijumpai dalam kehidupan, balita sering melontarkan kata-kata yang sulit kita pahami, sekalipun itu orang tua kandung, menerjemahkan bahasa anak sungguh perlu waktu beberapa detik hingga menit agar pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada kita. Seperti mamam yang berarti ingin makan, numnum ingin minum, dan jayan-jayan yang berarti ingin berjalan-jalan.

Proses mengucap dan merangkai kata untuk anak sangat perlu dididik dan dilatih terus-menerus oleh orang tua. Orang tua di sini berarti berperan sebagai mediator agar proses tumbuh kembang anak berjalan sempurna. Proses pembelajaran sendiri pada anak memang pasti terjadi secara alamiah, tetapi jika didorong oleh bantuan orang tuanya lewat media visualisasi dan audio akan dengan cepat merangsang otak anak.

Apalagi ketika anak dalam kerumunan orang banyak, tanpa kita sadari mereka sering aktif terlibat dalam reaksi yang ditimbulkan orang lain. Mereka secara spontan akan menanggapi berbagai hal dengan celotehan-celotehan yang tak kita mengerti. Begitu unik jika kita paham betul apa sebenarnya tafsiran dari bahasa mereka.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ketika melihat dan menanggapi anak begitu aktif bersuara bisa dengan menanggapi suara yang ia ucapkan, memberikan kode atau simbol lewat gerakan tangan, dan membawakannya beberapa barang yang sekiranya bisa menjadi kepuasan atas celotehannya.

Selain itu, ketika anak sering mengajukan berbagai pertanyaan, jangan sampai merasa bosan untuk menanggapi atau menjawabnya karena dengan kita merespons pertanyaan-pertanyaan tersebut, justru akan mendukung proses perkembangan kecakapan anak dalam berbicara.

Baby Talk

Sebagai tambahan, lupakan perihal baby talk. Alangkah baiknya kita membenahi pengucapan anak dengan benar, jangan terus-menerus mengulangi kesalahan pelafalannya saat berbicara. Misalnya, ketika anak berbicara cucu capi, kita sebaiknya mengajarkannya dengan jelas, rutin, dan nyata tentang pengucapan yang sebenarnya agar mereka sekaligus berpikir dan mengembangkan imajinasi yang nyata.

Seperti pada buku Bringing Up Bebe, anak dari penulis buku saat masih balita sudah bisa dan mengerti saat mengatakan kata-kata ajaib, “tolong” dan “terima kasih”. Bisa juga hal-hal baik semacam itu diterapkan kepada anak kita. Sedari dini kita mengajari pola percakapan dan tindakan yang baik agar mampu ditanamkan dengan maksimal dan diharapkan berbuah manis sewaktu dewasa kelak.

Ketika anak sedang senang-senangnya aktif berbicara, ajarkan pula mengucap dan membiasakannya melafalkan nama-nama orang tua, guru PAUD, saudara, fungsi benda, fungsi anggota tubuh, mengenal jenis warna, nama-nama hewan, dan sebagainya. Stimulasi semacam itu akan membantu progres yang maksimal dalam tahap pembelajaran.

Melibatkan anak dalam setiap aktivitas keseharian ringan yang sekiranya masih dapat dilakukan bersama, sangat ampuh untuk merangsang stimulasi anak. Misalkan, ketika orang tua sedang melipat baju maka bisa sampaikan ke anak pula, “Adik ingin ikut merapikan pakaian?” semacam itu.

Bahasa anak yang dikatakan dwibahasa adalah sebuah penjelmaan yag multitafsir maka dari itu, kita diharapkan terus melatih dan mengembangkan pola bicara anak setiap hari dan setiap saat. Tanpa disangka, bisa saja kemampuan berbicara anak lebih cepat ditangkap oleh otak dan kurang dari usia yang seharusnya, anak sudah bisa lancar berbicara serta memahami pembicaraan orang lain. Begitu penting kedudukan parenting dalam kebersamaan dengan sang buah hati. Harapannya, tak hanya ibu yang turut serta dalam pola pengasuhan, tetapi juga ayah turut andil dalam hal itu. 

Untuk lebih lengkapnya, bisa melanjutkan membaca di buku Bringing Up Bebe, pada bab “Caca Boudin”. Tak hanya satu bab yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh, pada bab-bab lain Anda bisa menemukan strategi orang Prancis menyeimbangkan hidup, menumbuhkembangkan anak yang santun dan mandiri, serta tips dan trik mengatur pola hidup anak dan ibu dalam keseharian.

Pada dasarnya, buku Bringing Up Bebe ini bertujuan membagikan kisah Pamela Druckerman, dalam pola pengasuhan anaknya, Bean, di negara Prancis, memberikan kita semua pencerahan dalam kedamaian pola pengasuhan ala Prancis. Cara memberikan kebahagiaan dan kebebasan kepada anak, tetapi masih memberikan batasan-batasan yang normal agar edukasi sejak dini yang diberikan dapat dimengerti oleh sang buah hati.

Salam,

Anggit Pamungkas Adiputra.

1 reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta