belajar di rumah

Bahagia Mendampingi Anak Belajar di Rumah

Sudah satu bulan ini kegiatan anak di sekolah ditiadakan, dan kita harus mendampinginya belajar di rumah. Bagaimana rasanya? Sebagian orang tua ada yang menikmatinya, tetapi sebagian ada juga yang stres dengan rentetan tugas yang harus disetor ke sekolah.

Lalu, bagaimana sih, langkah yang tepat mendampingi anak belajar di rumah berdasarkan metode Montessori?

Sebelumnya, langkah pertama yang harus dilakukan sebagai orang tua adalah kita harus menerima kondisi ini dengan tenang. Ada beberapa ketakutan dan kekhawatiran yang tersebar di luar sana. Jangan sampai itu menular ke anak kita. Yakini bahwa dengan belajar di rumah adalah langkah terbaik yang bisa melindungi anak dan keluarga kita.

Kita juga harus memberi kepercayaan pada anak bahwa dengan di rumah saja, mereka pasti mempelajari sesuatu yang penting dan berguna untuk kehidupannya kelak. Masa depan anak tidak hanya sebatas kemampuan akademik, pintar membaca, jago menggambar, atau pintar berhitung, tetapi aktivitas sehari-hari yang kita lakukan bersamanya juga bisa menjadi bekal untuknya.

Baca juga: Belajar Montessori: Haruskah Punya Aparatus Montessori

Pada hari-hari awal belajar di rumah, beberapa sekolah memindahkan aktivitas belajar-mengajarnya melalui video conference. Sayangnya, mungkin kita lupa dengan screen time ideal untuk anak usia dini. Rentang waktu terbaik untuk anak-anak memandang gawai maksimal adalah 30 menit. Jadi, berlama-lama memandang layar tablet, ponsel, atau laptop tentu tidak baik untuk kesehatan mereka.

Selain itu, ada pula siswa-siswa TK yang mendapatkan tugas-tugas yang cukup padat. Tidak terhindarkan ketika orang tua menjadi berlomba-lomba mengirimkan hasil tugas terbaik anaknya. Atau, mungkin memaksakan anak untuk mengerjakan tugas padahal bisa jadi mereka sedang lelah dan tidak ingin mengerjakannya sekarang.

Mengapa kita tidak mencoba bertanya kepada mereka, apa yang sedang ingin diketahuinya sekarang? Dieksplor atau dipelajari bersama kita, orang tuanya.

Hal tersebut sangat sejalan dengan prinsip Montessori, “Follow the Child”. Seperti yang dikutip dari buku Jatuh Hati pada Montessori karya Vidya Dwina Paramita.

Follow the Child adalah upaya untuk mempertajam indra kita sebagai orang dewasa untuk mengartikan setiap perilaku anak sebagai cara memenuhi kebutuhannya. Namun, membebaskan anak untuk mengeksplorasi tetap harus dengan memperhatikan aspek keamanan dan norma kesopanan serta kebaikan.

Jadi, alih-alih mendampingi anak dengan stres, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bonding bersama mereka. Memahami tumbuh kembangnya, keinginannya, kegelisahannya, serta melakukan aktivitas rumah tangga bersama-sama.

Beraktivitas Montessori di rumah bukan semata-mata memotret kegiatan anak-anak atau hasil karya mereka dan memberinya hashtag #montessoriathome. Lebih daripada itu, ada prinsip-prinsip Montessori yang seharusnya dipegang teguh oleh para orang tua.

  • Anak-anak belajar dari lingkungan sekitarnya, terutama dari kita, orang tuanya.
  • Bila anak sering dikritisi, ia akan belajar menyalahkan orang lain.
  • Jika anak dipuji, mereka akan belajar menghargai orang lain.
  • Jika anak terlalu sering ditertawakan, mereka akan berubah menjadi pemalu.
  • Bila dia terlalu sering dibuat malu, ia akan belajar untuk selalu merasa bersalah.
  • Hormati ketika anak membuat kesalahan, mereka akan memperbaiki kesalahan dalam waktu singkat.
  • Selalu siap saat anak membutuhkan bantuan dan pendampingan. Namun, menyingkirlah ketika mereka memiliki semua yang ia butuhkan.

Tunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka bisa menjadi yang terbaik semampu mereka. Dengan demikian, kita akan selalu mendampinginya belajar di rumah dengan bahagia.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta