Baper: Kalau Saja Bisa Dicegah!
Baper, bisa menjadi kata yang penuh malapetaka. Kata orang, kita bisa menentukan semua hal, selain jatuh cinta. Yap, tanpa kendali dan kuasa apa-apa, manusia kesulitan bahkan cenderung tidak mampu menentukan hatinya sendiri. Kepada siapa, kapan waktunya, cinta itu jatuh. Terlebih, saat seseorang itu tidak seharusnya menjadi tempat hati berlabuh. Ketika seseorang ternyata ditakdirkan memiliki peran lain, tapi kita justru merasa mencintainya tanpa syarat. Kadang, kasusnya bisa sesimpel waktu yang tidak tepat. Dalam beberapa kasus, baper dalam first sight itu indah, tapi begitu tidak tepat datangnya. Duh, memaparkan kebaperan bisa menjadi susah juga, ya? Namun begitulah kiranya, sebuah intro sederhana yang akan membawa pembaca bisa mendapatkan gambaran perihal Juno, tokoh dalam The Girl From Tomorrow.
Di dalam novel The Girl From Tomorrow karya Sahlil GE, pembaca akan menemui perasaan yang bernama baper tersebut. Baper berjalan beriringan bersama eksistensi Juno di dalam novel tersebut. Juno menghidupi satu dimensi, dan kita diajak berkelana jauh ke dalam kebingungan, rasa bersalah, dan cinta yang kekalutan menentukan muaranya. Novel yang menimbulkan banyak tanya memaksa pembacanya turut merasa, turut memikirkan ke mana akhir dari perjalanan pembacaannya. Dalam ruang kosong yang dihadirkan oleh penulis, pembaca akan mengisinya dengan perasaan yang telah ditawarkan oleh Sahlil GE.
Mencegah Perasaan?
Sejatinya, manusia mungkin bisa menentukan sendiri perasaannya. Menentukan akan berbuat apa dengan rasa cinta yang hadir dalam hidupnya tersebut. Apakah akan dibiarkan menjadi seperti pohon yang terus tumbuh tetapi tidak berbunga? Atau seperti Juno yang mengharuskan pohonnya itu ditebang paksa? Juno akan membawa pembaca buku The Girl From Tomorrow masuk ke dalam satu dimensi yang tidak tertebak. Dengan membunuh rasa, atau menjadi tim yang membiarkan rasa itu tetap ada.
The Girl From Tomorrow akan segera terbit, dan menarik pembacanya masuk untuk menentukan pilihannya. Barangkali, pembaca akan menemukan jawabannya dari refleksi dirinya sendiri, sejauh mana rasa baper dapat dikontrolnya. Apakah baper selalu menjadi rasa yang mendominasi dan tidak dapat dicegah, sehingga segalanya larut di dalamnya? Atau pembaca adalah seorang yang seperti Juno, yang mengharuskan dirinyalah yang menjadi pemegang kendali pada rasa yang tidak seharusnya ada itu.
Pembaca, sila menentukan peranmu pada rasa yang satu itu lewat pemesanan di https://mizanstore.com/the_girl_from_tomorrow_70463
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!