Tag Archive for: Trinity Traveler

Daftar Toko Buku TNT 8

TNT 8 karya Trinity Traveler telah tersedia di toko berikut. Yuk, simak daftar toko bukunya!

Jakarta Selatan

TB Books N Beyond

TB Kinokuniya Grand Indonesia

TB Kinokuniya Plaza Senayan

Gramedia Alam Sutera

Gramedia Bintaro

Gramedia Botani Square

Gramedia Cibinong City Mall

Gramedia Cijantung

Gramedia Cinere

Gramedia Ciputra Cibubur

Gramedia Depok

Gramedia Emerald Bintaro

Gramedia Gandaria

Gramedia Harapan Indah Bekasi

Gramedia Kalibata

Gramedia Lippo Mall Puri

Gramedia Melawai Baru

Gramedia MM Cileungsi

Gramedia Pajajaran

Gramedia Pejaten Village

Gramedia Pondok Indah

CV Grob Mart – Bandung

TBMitra Media Pamulang

TB Millennia Cirendeu

TM Bookstore –Dmall

Gunung Agung Arion

Gunung Agung BSD

Gunung Agung Kwitang 38

Gunung Agung Lippo Kramat Jati

Gunung Agung Margo City

Gunung Agung Resinda Karawang

Gunung Agung Senayan

Gunung Agung Tamini Square

Gunung Agung Trisakti

Jakarta Timur dan Jakarta Utara

Intermedia Rawa Lumbu

Paperclip Bintaro Exchange

Paperclip Cibubur Junction

Paperclip Gandaria City

Paperclip Grand Metro BKS

Paperclip Kota Casablanca

Paperclip Lippo Mall Kemang

Paperclip Mall Kelapa Gading

Paperclip Sumarecon Serpong

TB Paperclips Grand Galaxy Park

Gramedia Baywalk Mall –Pluit

Gramedia–Cikupa

Gramedia Semanggi

Gramedia Artha Gading

Gramedia CBD Karawang

Gramedia Emporium Pluit

Gramedia Gajah Mada

Gramedia Grand Indonesia

Gramedia Grand Metropolitan Bekasi

Gramedia Kelapa Gading

Gramedia Mall of Indonesia

Gramedia Mega Mall Bekasi

Gramedia Metro Mall Bekasi

Gramedia Pintu Air

Gramedia Pluit

Gramedia Pondok Gede

Gramedia Pontianak

TB Promexx – Cipinang Indah

TB Promexx – Mall Bassura

Metro Books WTC Serpong

TM Bookstore Depok Detos

TM Bookstore Kedoya

TM Bookstore Plaza Cibubur

TM Bookstore Point Square

Gunung Agung – Tangcity Mall

Gunung Agung Cyber Park Bekasi

JawaTimur, Bali, dan NTB

Paperclip – Surabaya

Gramedia Bali Duta Plaza

Gramedia Bali Galeria

Gramedia Bali Level 21

Gramedia Basuki Rahmat Malang

Gramedia Ciputra World

Gramedia Expo Surabaya

Gramedia Jayapura

Gramedia Jember

Gramedia Kediri

Gramedia Kupang

Gramedia Lippo Plaza Sidoarjo

Gramedia Lombok

GramediaMadiun

Gramedia Manyar Surabaya

Gramedia Nikita Plaza

GramediaPakuwon Surabaya

Gramedia Royal Plaza SBY

Gramedia Town Square

Gramedia Tunjungan Plaza SBY

TB Air Langga I

TB Air Langga Ii

TB Air Langga Selong

TB Mandiri Jombang

TB Restu Merdeka Seruni

TB Restu Semeru New

Uranus HR

Uranus Ngagel

Togamas Banyuwangi

Togamas Probolinggo

Togamas Singaraja

Togamas UNESA

Togamas Bojonegoro

Togamas Dewata

Togamas Diponegoro

Togamas Hayam Wuruk

Togamas Jember A. Yani

Togamas Kediri

Togamas Lumajang

Togamas Madiun

Togamas Malang

Togamas Margorejo

Togamas Petra

Togamas Sidoarjo

Togamas Soehat Malang

Togamas Tulungagung

Gunung Agung 13 Galaxi SBY

Banjarmasin

Gramedia Dutamall

Gramedia Veteran

DIY dan Jawa Tengah

Gramedia Ambarukmo

Gramedia Malioboro

Gramedia Pandanaran

Gramedia Pemuda Semarang

Gramedia Sudirman

Gramedia Yogya City Mall

Togamas Affandi

Gunung Agung 13 Citraland

Gunung Agung 13 Paragon

Jawa Barat

Gramedia Bandung Super Mall

Gramedia Cirebon

Gramedia Cirebon Cipto

Gramedia Festival City Link

Gramedia Istana Plaza

Gramedia Merdeka

Gramedia Paris Van Java

Gramedia Rita Tegal

Gramedia Tasikmalaya

Gramedia-Bandung W.R. Supratman

Mizan Store Bandung

TB Galaxy-Palasari

Togamas Bandung

Togamas Buah Batu

Togamas Kotabaru

Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Luar Jakarta

Gramedia  AEON

Gramedia Balekota

Gramedia BSD City

Gramedia Central Park

Gramedia Daan Mogot

Gramedia Gading Serpong

Gramedia Karawaci

Gramedia Mall Ciputra

Gramedia Matraman

Gramedia Puri Indah

Gramedia Taman Anggrek

Gramedia Teras Kota

Medan

TB Paperclip Medan

Gramedia Gajah Mada

Gramedia Sun Plaza

Gramedia – Banda Aceh

Gramedia Manhattan

Pekanbaru

Gramedia Sudirman 245 PKU

Gramedia  Batam BCS

Gramedia Mall PekanBaru

Gramedia Mall Ska PKU

Gramedia Padang

TB Paperclip PKU

Sumatra Bagian Selatan

Gramedia Atmo Palembang

Gramedia Bengkulu

Gramedia Burlian Palembang

Gramedia Jambi

Gramedia Lampung Bumi Kedaton

Gramedia Lampung

TNT 8 merupakan buku terakhir dari seri ‘The Naked Traveler’ karya Trinity Traveler. Di dalamnya berisikan pengalamannya terkait bedanya traveling dulu dan sekarang, tips traveling, negara-negara Asia dan Stan, #TNTeffect, residensi yang dilakukan Trinity di Peru, dan alasannya mengakhiri seri buku ini.

Trinity, Pionir Generasi Travel Blogger

Trinity menerbitkan The Naked Traveler 8

Trinity, travel blogger dan penulis serial The Naked Traveler, tidak banyak ditahui namanya di lingkungan tempat tinggalnya. Meski telah tinggal lama di jalan Delman, Tanah Kusir, Jakarta tersebut, dia menyembunyikan identitas tenarnya.

Penulis blog The Naked Traveler itu sengaja menggunakan nama alias. Hal itu dia lakukan untuk menyembunyikan diri dari lingkungan kantornya saat itu. Seri bukunya ini baru saja sampai ke seri terakhir. Kisah perjalanannya ke berbagai negara juga sudah difilmkan dengan judul Trinity, The Nekad Traveler yang dibintangi Maudy Ayunda dan Hamish Daud.

Meluncurkan resmi buku ke delapan sekaligus buku terakhir, The Naked Traveler 8: The Farewell, pada 11 Januari 2019, perempuan berambut pendek itu mengaku sedang menikmati waktu rehat. Ia lebih banyak meluangkan waktu di rumah, berolahraga, berkumpul dengan teman-teman dan menikmati kuliner. (Tosiani)

Sumber: http://m.mediaindonesia.com/video/detail_video/600-pionir-generasi-travel-blogger

Sekeluarga Doyan Jalan

MERUPAKAN anak kedua dari tiga bersaudara, Trinity mengungkapkan jika kegemaran jalan-jalan sudah jadi budaya di keluarganya. Meski begitu, hanya ia yang senang menuangkan kisah jalan-jalan itu ke tulisan.

Wisata ala keluarganya juga bukan sekadar menikmati alam, melainkan juga menumbuhkan keberanian dan kemandirian bertualang. Orangtua Trinity biasa menitipkan anak-anak mereka di rumah saudara ataupun nenek saat liburan dengan maksud agar anak-anak dapat mengeksplorasi tempat sekitar.

Saat usia SMP, Trinity semakin diberi kepercayaan untuk bertualang. Ia biasa camping atau jalan ke luar daerah bersama teman-teman. Orangtuanya hanya memberikan catatan panduan soal kendaraan dan tenggat pulang. Di usia 15 tahun saat duduk di SMA, Trinity mendapat pengalaman pertama keluar negeri.

Kala itu ia mengalami sakit mata sehingga harus berobat di Singapura. Lantaran tidak bisa mengantar, ibunya hanya memberi catatan petunjuk soal check-in penerbangan hingga urusan imigrasi. Di Singapura, seusai cek mata, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan jalan-jalan selama tiga hari

“Dari situ mikir, ternyata enggak menakutkan pergi sendiri. Zaman dulu itu aneh banget. kalau sekarang kan kita bisa dicek, ada handphone, bisa cari lokasi GPS di mana. Kalau dulu kan kita bener-bener enggak tau cara ke luar negeri,”katanya.

Dari pengalamannya itu, Trinity menilai, banyak anak-anak takut bepergian sendiri karena orangtua tidak memberikan kepercayaan. Malah tidak jarang orangtua menakut-nakuti.

Padahal, bepergian sendiri memiliki banyak manfaat untuk anak, termasuk melatih kemandirian, kepercayaan diri, dan bertoleransi karena mengenal budaya lain. Meski begitu, tentunya orangtua harus tetap menjalankan tanggung jawab dengan memberi pembekalan pengetahuan yang lengkap. (TS/M-1)

Sumber: http://m.mediaindonesia.com/read/detail/215271-sekeluarga-doyan-jalan

Dari Boleh Merokok di Pesawat hingga Jam Beker, Inilah Perbedaan Traveling Zaman Dulu dan Sekarang

Soal traveling, Trinity termasuk yang beruntung. Sejak kecil Trinity telah merasakan berbagai macam pengalaman traveling. Mengenang kisah traveling-nya yang tidak mudah pada zaman dulu, Trinity justru merasa aneh pada zaman sekarang, lebih tepatnya ketika era ponsel dan internet yang membuat traveling lebih mudah dan cepat. Berikut ini adalah kisah menarik Trinity saat merasakan perbedaan travelingzaman dulu yang mungkin tidak biasa terjadi pada zaman sekarang.

1.Merokok di Pesawat

Larangan merokok di pesawat sudah bukan hal yang aneh dan perlu dipertanyakan. Keamanan dan kenyamanan menjadi alasannya. Namun, siapa sangka zaman dulu Trinity sempat merasakan perjalanan menggunakan pesawat yang ada smoking area-nya. Smoking area ada di kursi bagian paling belakang. Bahkan, tidak ada kaca pemisah seperti ruangan merokok di bandara. Kondisi tersebut membuat asap rokok melambung sampai ke langit-langit, bahkan terasa hingga bagian kursi depan.

Trinity juga pernah mengalami merokok bersama pramugara dan pramugari, bahkan konon katanya dahulu pilot juga ada yang ikut merokok. Apa jadinya jika kondisi tersebut terjadi saat ini? Bersyukurlah kini larangan merokok di pesawat sudah diterapkan, ya. Tentu bahaya puntung rokok bisa menyebabkan pesawat terbakar jika peraturan larangan merokok tidak diterapkan.

2. Tiket Pesawat Super Tebal

Berkat kecanggihan teknologi, kini tiket pesawat hanya berbentuk soft file yang dibalut QR Code sehingga mudah dibawa untuk ditunjukkan ke petugas. Bayangkan, dahulu untuk mendapatkan tiket pesawat, calon penumpang harus datang ke kantor maskapai penerbangan atau travel agent. Setelah pembayaran lunas, calon penumpang akan diberikan buku kecil yang berbentuk seperti kuitansi yang berisi nama penumpang, destinasi, tanggal, dan jam keberangkatan. Semua informasi yang tertera ditulis dengan tangan. Meski yang terpenting hanya bagian identitas dan destinasi, tetapi tiket tebal tetap mencantumkan terms & condition secara lengkap. Kebayang, kan, berapa banyak kertas yang sia-sia terbuang saat itu. Hmmm!

3. Bawa Peta Besar

Tidak hanya tokoh Dora yang membawa peta sebagai petunjuk, traveler zaman dulu gampang banget nyasar. Iya, belum ada teknologi GPS atau Google Maps yang akan membantu menunjukkan arah melalui smartphone. Solusinya, dulu banyak orang yang membuat peta dari kertas yang besar dan bisa dilipat. Bahkan ada peta versi buku tebal bewarna kuning seperti buku telepon zaman dulu yang sering disediakan penginapan. Bisa dibilang traveling zaman dulu erat dengan istilah let’s get lost, travelerbenar-benar harus jeli terhadap destinasi yang dituju.

4. Bawa Jam Beker

Zaman dulu belum ada ponsel yang memiliki aplikasi alarm. Alhasil, jam beker menjadi solusi supaya tidak ketinggalan pesawat. Jam beker adalah jam yang harus diputar dulu jarumnya supaya bisa berbunyi sesuai waktu yang diinginkan. Bentuknya yang kecil membuat jam beker gampang dibawa ke mana-mana sehingga pas untuk membangunkan calon penumpang termasuk Trinity ketika harus bangun pagi untuk mengejar pesawat. Trinity bahkan membawa jam beker hingga Eropa agar tidak tertinggal kereta saat sedang traveling di sana. Tahu sendiri kan, negara Eropa terkenal dengan moda transportasinya yang on time.

5. Kamera Film Roll

Kalau sekarang ada beragam jenis kamera mulai dari DSLR hingga mirrorless yang mudah digunakan, dahulu kamera masih menggunakan film roll sekali jepret. Jangan berharap jika hasil kurang memuaskan bisa langsung dihapus, no, kamera film rolltidak dapat melihat hasil secara langsung ataupun menghapus foto.

Cara memasangnya saja ribet. Sekali salah pasang, jangan kaget jika film akan terbakar dan berujung foto terbakar. Untuk bisa mengambil gambar, kamera membutuhkan satu rol yang isinya 24 atau 36 frame. Jika rol habis ya jangan harap bisa foto lagi. Maka ketika traveling jauh, Trinity biasanya membawa 5 rol. Tidak sampai di situ saja keribetan dari kamera jenis ini. Usai liburan, Trinity harus pergi ke toko film untuk mencetak foto. Setelah foto tercetak, nantinya akan dimasukkan ke album foto. Jadi, nggak heran kalau orang zaman dulu punya banyak album yang berisi foto dokumentasi. Berbeda dengan sekarang yang serba-mudah. Tinggal cekrak-cekrek, atur posisi, jika hasil kurang memuaskan bisa langsung dihapus dan mengambil gambar kembali. Makanya, dulu belum ada sindrom selfie seperti sekarang.

Ketahui lebih banyak tentang perbedaan traveling zaman dulu dan sekarang melalui buku The Naked Traveler 8 karya terbaru dari Trinity. Dapatkan info selengkapnya mengenai buku tersebut, di sini!

Kontributor: Novia Intan

Sumber foto: Pinterest

Sembilan Panduan Barang yang Harus Dibawa ketika Traveling

Tidak hanya baju yang dibawa saat traveling, beberapa benda berharga juga menjadi list yang harus diperhitungkan masuk ke koper atau tas. Paham betul akan hal tersebut, Trinity pun membagikan beberapa tips dalam buku The Naked Traveler 8. Berikut ini ulasannya.

1.Dokumen

Namanya juga melakukan perjalanan, dokumen menjadi hal penting untuk dibawa. Dokumen bisa berupa paspor, tiket pesawat, tiket hotel, kartu tanda penduduk, dan data-data penting lainnya. Pastikan sebelum berangkat, cek terlebih dahulu dokumen yang akan dibawa. Jika ada yang tertinggal justru akan membuat traveling-mu terganggu.

2. Handuk

Nggak cuma bawa pakaian yang sesuai untuk traveling, tapi pastikan persiapkan handuk yang mudah kering. Pilihlah handuk dengan bahan microfiber yang bentuknya tipis dan gampang kering.

3. Baju Dalam

Terkesan sepele, tetapi baju dalam menjadi bagian yang perlu diperhatikan jumlahnya. Misal dalam satu minggu berergian, maksimal bawalah 7 celana dalam dan 3 beha. Bentuknya yang kecil akan memudahkan dalam mencuci setiap hari saat mandi.

4. Cek Tanggal Menstruasi

Hal ini sangat penting mengingat setiap perempuan memiliki jatahnya setiap bulan. Jika sudah mendekati jadwal menstruasi sebaiknya bawalah pembalut agar saat siklusnya tiba, kamu tidak bingung dan panik.

5. Sarung Bali

Tak ada salahnya memasukkan sarung bali ke kopermu. Sekilas tampak seperti kain yang sederhana, tapi percayalah, sarung bali memiliki fungsi untuk membantu traveling. Sarung bali bisa menjadi alas ketika duduk di pantai atau menjadi syal saat musim dingin tiba. Fungsi syal bisa menjadi penghangat dan bisa juga menjadi sprei jika kamu tidak menyukai sprei dari penginapan.

6. Alas kaki

Demi kenyamanan dalam berjalan, alas kaki juga perlu diperhatikan. Bawalah sepasang sepatu dan sepasang sandal. Sepatu dipilih sebab menjadi alas kaki yang fleksibel dipakai di mana-mana. Pilihlah sepatu yang nyaman dipakai untuk berjalan seharian. Kalau cuma 2 minggu, maksimal bawa alas kaki. Tapi ingat kalau bepergian lebih dari 2 minggu, sebaiknya bawalah sepatu rapi, flat shoes, atau sepatu dengan bahan ayesha.

7. Obat-obatan

Melihat kondisi sedang perjalanan jauh, obat-obatan yang dibawa juga harus sesuai dengan kondisi badanmu. Pahami betul penyakit yang sering kambuh. Misalnya kamu sering merasakan pusing, flu, sakit perut, dan alergi, bawalah obat-obatan jenis penyakit tersebut. Persiapkan juga beberapa plester untuk luka, salep kulit, dan inhaleruntuk bengek. Kalau perlu bawa suplemen, bawa vitamin dosis tinggi supaya ketahanan tubuh tetap terjaga.

8. Gadget

Bawalah gadget secukupnya. Tidak perlu harus membawa semua gadget yang dimiliki demi traveling. Bahkan, jika tidak untuk digunakan bekerja, sebaiknya tidak perlu membawa laptop. Waktumu akan habis di jalan. Setelah jalan-jalan, sampai hotel biasanya akan langsung istirahat karena lelah.

Jika berpikir ingin membawa tablet, menurut Trinity juga nanggung untuk dibawa karena fungsinya sama seperti ponsel, meski layarnya lebih besar. Kamu cukup membawa ponsel dan kamera. Jangan lupa charger untuk setiap gadget, colokan T untuk mengantisipasi jika jenis colokan tiap negara berbeda.

9. Tas yang Tepat

Pemilihan tas juga penting ketika traveling. Pertanyaannya, apakah akan membawa koper atau ransel? Kembali lagi, ini tergantung pada tipikal perjalanan seperti apa yang diinginkan.

Apakah akan jalan-jalan cantik yang hanya duduk lalu diantar ke mana-mana, jadi tinggal duduk manis di negara maju? Atau harus pindah-pindah kota dengan naik-turun transportasi umum di negara berkembang? Kalau jawabannya “Ya.” untuk pertanyaan pertama, berarti menggunakan koper gede juga silakan. Namun kalau jawabannya “Ya.” pada pertanyaan kedua, ada baiknya bawa ransel.

Ketahui lebih banyak mengenai The Naked Traveler 8, karya terbaru dari Trinity. Dapatkan info selengkapnya tentang buku tersebut, di sini.

Kontributor: Novia Intan

Sumber foto: Noxeo

Enam Lagu yang Asyik Didengarkan saat Traveling, Mana Lagu Favoritmu?

Menyukai sebuah lagu biasanya karena ada kenangan yang menempel pada setiap liriknya. Begitu pula ketika traveling, masing-masing orang pasti memiliki lagu kesukaannya. Saat traveling mungkin tidak terlalu terasa makna dari lagu-lagu yang didengar, tetapi ketika perjalanan usai dan flashback pada momen-momennya, lagu adalah salah satu komponen yang akan diingat.

Begitu pula Trinity, ada lagu yang membuatnya terinspirasi, ada pula yang membuat depresi karena lirik dan suaranya. Trinity sendiri mengaku bukan termasuk orang yang menggunakan headset ketika mendengarkan lagu di ponsel. Sebagai penulis, Trinity membiarkan semua pancaindra terbuka. Ia tidak mau mengisolasi diri dengan mendengarkan musik.

Inilah 6 lagu yang biasa Trinity dengarkan ketika traveling. Intip judulnya, barang kali kamu bisa ikutan mendengar sambil traveling.

1.Waiting in Vain – Bob Marley 

Lagu pertama yang dipilih Trinity adalah Waiting in Vain oleh Bob Marley. Sejujurnya, Trinity menyukai semua lagu Bob Marley yang mayoritas bergenre reggae. Genre reggae memang tepat untuk diputar di pantai. Berkat lagu tersebut, Trinity sampai nekat meninggalkan rumah untuk pergi ke Jamaika. Mendengarkan lagu ini membuat Trinity membayangkan indahnya pantai tropis, pasir putih, nyiur melambai, matahari terbenam, hingga pria hot yang telanjang dada sambil menikmati bir. Kisah Trinity melakukan perjalanan ke Jamaika bisa dibaca pada buku The Naked Traveler: 1 Year-Round-the-World Trip.

2. It Ain’t Over ’til It’s Over – Lenny Kravitz

Bagi Trinity, semua lagu Kravitz juga keren-keren untuk didengarkan selama traveling. Selain parasnya yang ganteng, Kravitz sukses membuat orang yang mendengarkan lagunya otomatis menggerakkan kepala dan badan. Apalagi ketika traveling, berkenalan dengan orang baru kemudian muncul kekhawatiran akan berpisah, biasanya Trinity akan bilang sambil menyanyikan lirik, ‘Cause baby it ain’t over ‘til it’s over! Baginya, nikmatin dulu aja apa yang ada.

3. Ants Marching – Dave Matthews Band

Trinity mulai menyukai lagu ini karena dua teman dekatnya dahulu menjadi fan berat Dave Matthews Band. Kedua teman dekat Trinity pun bisa memainkan gitar dan bernyanyi persis seperti lagu ini. Seringnya mendengarkan lagu tersebut, membuat Trinity terngiang-ngiang dan akhirnya menyukai lagu ini. Ditambah dengan liriknya yang memang bagus dan pas untuk orang-orang yang ingin keluar dari rutinitas. Seperti pesan pada lagu ini, jangan sampai seperti barisan semut yang mengerjakan aktivitas yang sama setiap hari. Perlu ada suasana baru dan tantangan baru. Lagu ini sangat menginspirasi untuk traveling, patut dicoba!

4. Pure Shores – All Saints

Kali pertama tahu lagu ini dari film The Beach-nya Leonardo DiCaprio. Sejak itu, Trinity jadi sangat suka dengan lagu Pure Shores. Karena lagu ini pula, pada 2003 ia bela-belain ke Pulau Phi-Phi di Thailand. Saat berlibur ke pantai bersama sahabat-sahabatnya, lagu ini kerap ia putar sambil berlagak membuat video klip ala All Saints. Menyenangkan, bukan?

5. Hey Ya! – OutKast

Lagu Hey Ya! dari OutKast selalu membuat Trinity bergoyang setiap mendengar lagunya. Lagu ini mengingatkan pada perjalanannya di New Zealand bersama Sri dan Jane pada 2003. Kalau sedang menikmati hiburan malam, setiap mendengar lagu ini Trinity merajai lantai dengan goyang ngebor khas pendangdut Inul Daratista.

6. Closer – The Chainsmokers

Siapa, sih, yang tidak tahu lagu Closer yang dibawakan oleh The Chainsmokers? Lagu sejuta umat ini sudah menempel di kepala Trinity sejak trip ke Eropa sendirian selama 1,5 bulan. Mendengar lagu ini membuat Trinity menjadi tenang dan percaya diri apa pun sulitnya perjalanan yang ia hadapi.

Masih banyak lagu lain yang Trinity bagikan kepada kalian. Ketahui lebih banyak tentang judul lagu yang asyik saat traveling dalam buku The Naked Traveler 8 karya terbaru dari Trinity. Dapatkan info selengkapnya mengenai buku tersebut, di sini.

Kontributor: Novia Intan

Sumber foto: Phinemo

Trinity Traveler Sebut Tujuan Traveling Saat Ini Sudah Berubah

JAKARTA, KOMPAS.com – Saat ini berwisata jauh lebih mudah dibanding sebelum 2010. Hampir semua kebutuhan wisata seperti tiket transportasi, akomodasi, dan rekreasi bisa dibeli online.

Untuk Free Independent Traveler alias wisatawan yang tidak mengikuti tur, urusan wisata sekarang hampir tidak ada kendala sama sekali.

Namun apa kabar wisatawan yang berwisata sebelum agen perjalanan online muncul? Salah satu wisatawan berkaliber adalah Trinity. Penulis The Naked Traveler ini sudah mulai berwisata sendiri ketika masih duduk di bangku sekolah dan internet masih langka zaman itu.

“Teknologi mengubah semua. Zaman itu harus mengandalkan telepon. Ketika sampai di suatu negara harus telepon hotel satu-satu tanya yang kosong, harganya berapa. Kalau janjian dengan teman harus sebutkan lokasi dan waktu yang rinci, kalau tidak datang saat itu, tidak bisa bertemu lagi,” ujar Trinity.

Bukan hanya proses berwisata, menurut Trinity teknologi terutama media sosial kini juga mengubah cara pandang seseorang untuk berwisata. Jika dahulu tujuan anak muda berwisata adalah untuk mencari jati diri, pengalaman, dan ingin ‘menaklukan’ dunia, sekarang terasa berbeda.

Sesederhana ingin berwisata untuk mengisi konten di Instagram menjadi tujuan banyak anak muda masa kini.

“Jadinya traveling untuk menambah wawasan itu berkurang. Banyak yang tidak tahu mengenai daerah tempat mereka berwisata,” kata Trinity.

Terkadang karena tuntutan konten media sosial juga, Trinity menyebutkan banyak wisatawan yang rela antre untuk foto di destinasi alam sampai ber jam-jam di satu sudut yang ‘Instagramable’.

Padahal dalam waktu tersebut wisatawan dapat memanfaatkan untuk mengeksplor semua sudut dan menambah pengetahuan dari warga lokal.

“Ya tidak apa apa sih, cuma saya sarankan untuk selalu membaca buku, terutama The Naked Traveler. Biar tahu suatu tempat berbeda, bahwa ada budaya, ada bahasa lain. Jangan jadi katak dalam tempurung. Traveling bisa menambah wawasan,” kata Trinity.

Sumber: https://travel.kompas.com/read/2019/01/12/221100427/trinity-traveler-sebut-tujuan-traveling-saat-ini-sudah-berubah

Momen Trinity Putuskan Akhiri Seri Buku Perjalanan ‘The Naked Traveler’

Jakarta – Travel blogger dan penulis Trinity akhirnya meluncurkan buku perjalanan ‘The Naked Traveler 8’ malam ini. Ada momen tertentu yang membuat dirinya memutuskan mengakhiri buku yang melambungkan namanya tersebut.

Momen tersebut diakui Trinity bermula dari tahun lalu ketika ia menerima royalti yang terus menerus menurun. “Apa yang yang bisa aku lakukan untuk menambah pembaca atau subscriber dan itu sudah ada cara strategi kami,” katanya ketika ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (11/1/2019).

Setelah dipikir-pikir, Trinity pun akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan seri tersebut. Yang paling membuat Trinity sedih adalah sebagian besar pembaca ada yang membaca ‘The Naked Traveler’ dari remaja sampai sudah berkeluarga.

“Some of them mereka grow up with my books. Entah mereka akhirnya jadi blogger, penulis, solo traveler juga,” kata Trinity.

“Kalaupun nanti akan bikin buku baru lagi segmennya nggak gitu. Kalau mau fun dan muda ya baca ‘The Naked Traveler’. Mungkin akan bikin market yang lebih tua dan lebih dewasa,” ujarnya.

Buku ke-8 ‘The Naked Traveler’ terjual lebih dari 2500-an eksemplar dalam masa pre-order. Karyanya pun cetak ulang sebelum ‘The Naked Traveler’ terbit di toko buku.

Sumber: https://hot.detik.com/book/4381151/momen-trinity-putuskan-akhiri-seri-buku-perjalanan-the-naked-traveler

Trinity: Dulu Traveling untuk Menambah Wawasan, Kini yang Penting ‘Instagramable’

TRIBUN-BALI.COM – Saat ini berwisata jauh lebih mudah dibanding sebelum 2010.

Hampir semua kebutuhan wisata seperti tiket transportasi, akomodasi, dan rekreasi bisa dibeli online.

Untuk Free Independent Traveler alias wisatawan yang tidak mengikuti tur, urusan wisata sekarang hampir tidak ada kendala sama sekali.

Namun apa kabar wisatawan yang berwisata sebelum agen perjalanan online muncul?

Salah satu wisatawan berkaliber adalah Trinity. Penulis The Naked Traveler ini sudah mulai berwisata sendiri ketika masih duduk di bangku sekolah dan internet masih langka zaman itu.

“Teknologi mengubah semua. Zaman itu harus mengandalkan telepon. Ketika sampai di suatu negara harus telepon hotel satu-satu tanya yang kosong, harganya berapa. Kalau janjian dengan teman harus sebutkan lokasi dan waktu yang rinci, kalau tidak datang saat itu, tidak bisa bertemu lagi,” ujarTrinity.

Bukan hanya proses berwisata, menurut Trinity teknologi terutama media sosial kini juga mengubah cara pandang seseorang untuk berwisata.

Jika dahulu tujuan anak muda berwisata adalah untuk mencari jati diri, pengalaman, dan ingin ‘menaklukan’ dunia, sekarang terasa berbeda.

Sesederhana ingin berwisata untuk mengisi konten di Instagram menjadi tujuan banyak anak muda masa kini.

“Jadinya traveling untuk menambah wawasan itu berkurang. Banyak yang tidak tahu mengenai daerah tempat mereka berwisata,” kata Trinity.

Terkadang karena tuntutan konten media sosial juga, Trinity menyebutkan banyak wisatawan yang rela antre untuk foto di destinasi alam sampai berjam-jam di satu sudut yang ‘Instagramable’.

Padahal dalam waktu tersebut wisatawan dapat memanfaatkan untuk mengeksplor semua sudut dan menambah pengetahuan dari warga lokal.

“Ya tidak apa apa sih, cuma saya sarankan untuk selalu membaca buku, terutama The Naked Traveler. Biar tahu suatu tempat berbeda, bahwa ada budaya, ada bahasa lain. Jangan jadi katak dalam tempurung. Traveling bisa menambah wawasan,”kata Trinity.

Sumber: http://bali.tribunnews.com/2019/01/13/trinity-dulu-traveling-untuk-menambah-wawasan-kini-yang-penting-instagramable

Akhiri Buku ‘The Naked Traveler’, Trinity Jumpa Pembaca Setianya

Jakarta – Penulis Trinity akhirnya meluncurkan seri terakhir dari buku perjalanan ‘The Naked Traveler 8’ malam ini. Travel blogger pertama di Indonesia menemui para pembaca setianya yang terpilih melalui sistem pre-order di akhir Desember.

Lulusan Sarjana Komunikasi Universitas Diponegoro itu menuturkan peluncuran ‘The Naked Traveler’ kali ini karena merupakan seri terakhir.

“Hari ini launching karena menjadi seri terakhir. Karena saya juga ingin berkembang. ‘The Naked Traveler’ sudah 11 tahun, kalau dari blog sudah dari 2005. Yang jelas blog akan tetap diteruskan karena itu memang awalnya,” ujar Trinity ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (11/1/2019).

Namun Trinity menegaskan buku terakhirnya adalah awal bagi perjalanan perkembangannya. “Mungkin is not goodbye but see you di versi lain, mungkin akan menulis soal yang lain,” katanya.

Sepanjang dua dekade Trinity telah menjelajahi ke 88 negara dan 14 buku sukses diterbitkannya. Buku-bukunya pun kerap masuk jajaran terlaris di toko buku.

“Saya tidak akan berhenti berkarya, menulis adalah pekerjaan keabadian. Wah ‘The Naked Traveler’ sudah terlalu nyaman di sini, akan lanjut lagi di lain,” tutur perempuan yang dianugerahi Indonesia’s Leading Travel Writer oleh Indonesia Travel & Tourism Awarda 2010.

Menurut Trinity, selesainya seri ‘The Naked Traveler’ merupakan jeda bagi dirinya. “Saya perlu waktu untuk berhenti sebentar, mengakses diri sendiri mau ke mana nih. Untuk hibernasi, mungkin bisa ke sana ke sini. Its not goodbye but see you,” pungkasnya.

‘The Naked Traveler 8’ pun terjual lebih dari 2500an eksemplar di masa pre-oder 13 Desember 2018-3 Januari 2019. Bukunya pun cetak ulang sebelum terbit di pasaran.

Di peluncuran buku ‘The Naked Traveler 8’ ada sekitar 100 pembaca menghadiri acara malam ini. Mereka yang hadir merupakan undangan hasil seleksi dari pre-order buku ke-8 tersebut.

Sumber: https://hot.detik.com/book/4381115/akhiri-buku-the-naked-traveler-trinity-jumpa-pembaca-setianya

© Copyright - Bentang Pustaka