Dari Boleh Merokok di Pesawat hingga Jam Beker, Inilah Perbedaan Traveling Zaman Dulu dan Sekarang

Soal traveling, Trinity termasuk yang beruntung. Sejak kecil Trinity telah merasakan berbagai macam pengalaman traveling. Mengenang kisah traveling-nya yang tidak mudah pada zaman dulu, Trinity justru merasa aneh pada zaman sekarang, lebih tepatnya ketika era ponsel dan internet yang membuat traveling lebih mudah dan cepat. Berikut ini adalah kisah menarik Trinity saat merasakan perbedaan travelingzaman dulu yang mungkin tidak biasa terjadi pada zaman sekarang.

1.Merokok di Pesawat

Larangan merokok di pesawat sudah bukan hal yang aneh dan perlu dipertanyakan. Keamanan dan kenyamanan menjadi alasannya. Namun, siapa sangka zaman dulu Trinity sempat merasakan perjalanan menggunakan pesawat yang ada smoking area-nya. Smoking area ada di kursi bagian paling belakang. Bahkan, tidak ada kaca pemisah seperti ruangan merokok di bandara. Kondisi tersebut membuat asap rokok melambung sampai ke langit-langit, bahkan terasa hingga bagian kursi depan.

Trinity juga pernah mengalami merokok bersama pramugara dan pramugari, bahkan konon katanya dahulu pilot juga ada yang ikut merokok. Apa jadinya jika kondisi tersebut terjadi saat ini? Bersyukurlah kini larangan merokok di pesawat sudah diterapkan, ya. Tentu bahaya puntung rokok bisa menyebabkan pesawat terbakar jika peraturan larangan merokok tidak diterapkan.

2. Tiket Pesawat Super Tebal

Berkat kecanggihan teknologi, kini tiket pesawat hanya berbentuk soft file yang dibalut QR Code sehingga mudah dibawa untuk ditunjukkan ke petugas. Bayangkan, dahulu untuk mendapatkan tiket pesawat, calon penumpang harus datang ke kantor maskapai penerbangan atau travel agent. Setelah pembayaran lunas, calon penumpang akan diberikan buku kecil yang berbentuk seperti kuitansi yang berisi nama penumpang, destinasi, tanggal, dan jam keberangkatan. Semua informasi yang tertera ditulis dengan tangan. Meski yang terpenting hanya bagian identitas dan destinasi, tetapi tiket tebal tetap mencantumkan terms & condition secara lengkap. Kebayang, kan, berapa banyak kertas yang sia-sia terbuang saat itu. Hmmm!

3. Bawa Peta Besar

Tidak hanya tokoh Dora yang membawa peta sebagai petunjuk, traveler zaman dulu gampang banget nyasar. Iya, belum ada teknologi GPS atau Google Maps yang akan membantu menunjukkan arah melalui smartphone. Solusinya, dulu banyak orang yang membuat peta dari kertas yang besar dan bisa dilipat. Bahkan ada peta versi buku tebal bewarna kuning seperti buku telepon zaman dulu yang sering disediakan penginapan. Bisa dibilang traveling zaman dulu erat dengan istilah let’s get lost, travelerbenar-benar harus jeli terhadap destinasi yang dituju.

4. Bawa Jam Beker

Zaman dulu belum ada ponsel yang memiliki aplikasi alarm. Alhasil, jam beker menjadi solusi supaya tidak ketinggalan pesawat. Jam beker adalah jam yang harus diputar dulu jarumnya supaya bisa berbunyi sesuai waktu yang diinginkan. Bentuknya yang kecil membuat jam beker gampang dibawa ke mana-mana sehingga pas untuk membangunkan calon penumpang termasuk Trinity ketika harus bangun pagi untuk mengejar pesawat. Trinity bahkan membawa jam beker hingga Eropa agar tidak tertinggal kereta saat sedang traveling di sana. Tahu sendiri kan, negara Eropa terkenal dengan moda transportasinya yang on time.

5. Kamera Film Roll

Kalau sekarang ada beragam jenis kamera mulai dari DSLR hingga mirrorless yang mudah digunakan, dahulu kamera masih menggunakan film roll sekali jepret. Jangan berharap jika hasil kurang memuaskan bisa langsung dihapus, no, kamera film rolltidak dapat melihat hasil secara langsung ataupun menghapus foto.

Cara memasangnya saja ribet. Sekali salah pasang, jangan kaget jika film akan terbakar dan berujung foto terbakar. Untuk bisa mengambil gambar, kamera membutuhkan satu rol yang isinya 24 atau 36 frame. Jika rol habis ya jangan harap bisa foto lagi. Maka ketika traveling jauh, Trinity biasanya membawa 5 rol. Tidak sampai di situ saja keribetan dari kamera jenis ini. Usai liburan, Trinity harus pergi ke toko film untuk mencetak foto. Setelah foto tercetak, nantinya akan dimasukkan ke album foto. Jadi, nggak heran kalau orang zaman dulu punya banyak album yang berisi foto dokumentasi. Berbeda dengan sekarang yang serba-mudah. Tinggal cekrak-cekrek, atur posisi, jika hasil kurang memuaskan bisa langsung dihapus dan mengambil gambar kembali. Makanya, dulu belum ada sindrom selfie seperti sekarang.

Ketahui lebih banyak tentang perbedaan traveling zaman dulu dan sekarang melalui buku The Naked Traveler 8 karya terbaru dari Trinity. Dapatkan info selengkapnya mengenai buku tersebut, di sini!

Kontributor: Novia Intan

Sumber foto: Pinterest

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta