Tag Archive for: Tips Menulis

Menulis Cerita dengan Latar Tempat yang Kuat

Menulis cerita dengan latar tempat yang kuat bisa dibilang gampang-gampang susah. Keberadaan latar tempat itu sendiri sejatinya sangat bermanfaat membantu pembaca memvisualkan dan mengalami langsung setiap kejadian yang dihadapi tokoh utama cerita. Selain itu, latar tempat juga memberi konteks sehingga pembaca memahami dan bisa bersimpati terhadapi kisah yang dijalani tokoh cerita.

Selain penokohan, menentukan latar tempat yang tepat dapat membantu memperkuat cerita kita. Ingin tahu lebih detail caranya? Yuk simak tips berikut ini:

Perhatikan Relevansi

Menulis cerita dengan latartempat yang kuat akan berhasil jika kamu memperhatikan relevansi pemilihan seting tempat dengan unsur-unsur cerita lainnya, baik alur, penokohan, dan sebagainya. Seandainya kamu sedang menulis novel biografi, tidaklah mungkin kamu memilih seting tempat yang antah berantah. Relevansi lain yang perlu kamu perhatikan adalah bagaimana deskripsi latar tempat sejalan dengan perkembangan tokoh dan alur cerita. Misalnya, untuk menjelaskan konteks keberagaman keyakinan, Tasaro GK memilih Batavia abad ke-17 untuk novel Al-Masih: Putra sang Perawan. Batavia pada masa itu menghadapi pendatang dari berbagai budaya dan keyakinan, yang saling berdinamika. Gambaran itu sejalan dengan spirit yang diusung novel Al-Masih yang ingin menampilkan sosok Nabi Isa dilihat dari tiga perspektif agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.

Yuk, simak Latar Tempat dalam Al-Masih: Putra sang Perawan

Riset untuk Menulis Cerita Berlatar Tempat yang Kuat

Iya, riset memang sangat penting. Tapi, bagaimana jika kita punya keterbatasan untuk riset langsung ke tempat tersebut? Apalagi saat ini sedang pandemi. Tidak mungkin kita bisa bepergian ke mana-mana. Dalam kondisi tersebut, kita bisa memanfaatkan peranti yang sudah banyak tersedia, misalnya Google Street View. Alternatif cara lainnya adalah meminjam mata penduduk setempat untuk melihat dunia di sekelilingnya, misalnya dengan membaca blog, menonton vlog, memperhatikan postingan di medsos, atau dengan membaca buku referensi.

Riset di sini tidak melulu hanya berfokus visual. Cari tahu juga bagaimana suhu tempat itu, ketinggian posisinya dibandingkan dengan tempat lain, dan lain sebagainya. Dengan riset yang kuat, kita tidak akan menuliskan kalimat “meluncur turun dari Malioboro ke Jalan Kaliurang’ saat menulis cerita dengan latar tempat di Yogyakarta.

Latar Tempat bukan Sekadar Tempelan

Mengingat manfaat latar tempat dalam pengembangan cerita, kita harus mampu membuat deskripsi fisik tempat tersebut sehingga menempel di benak pembaca dan mudah diingat. Latar tempat dalam ceritamu harus bisa menunjukkan jati dirinya dalam memengaruhi cerita, atau memberikan kesan kepada pembaca. Pikirkan, sejauh  mana latar tempat tersebut memengaruhi tokoh utama dalam mengambil tindakan. Misalnya, pilihan tindakan tokoh yang tinggal di daerah pedalaman pasti berbeda dengan tindakan tokoh yang tinggal di daerah urban ketika menghadapi serangan pandemi.

Membuat Peta untuk Memudahkan Menulis Cerita

Kita tidak hanya membutuhkan peta di saat bepergian. Bagi penulis, peta juga dibutuhkan untuk memudahkan penulisan deskripsi sebuah tempat. Peta akan membantu kita membayangkan bagaimana mobilitas tokoh utama dan menumpahkannya ke dalam cerita dengan lebih mudah.

 

Bagaimana? Pastinya sekarang kamu tidak bingung lagi menulis seting tempat untuk cerita. Tunggu apa lagi? Segera tuliskan sekarang juga, mumpung idemu sedang meletup-letup.

Ingin referensi tambahan? Silakan baca Al-Masih: Putra sang Perawan karya Tasaro GK. Ada banyak contoh menarik deksripsi tempat yang bisa kita pelajari. Novel yang membahas Isa Al-Masih dari tiga perspektif agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi ini terbit pada Oktober 2020 dan bisa didapatkan di toko terdekat maupun daring.

 

Tips menulis sinopsis novel untuk penerbit

Sinopsis Novel untuk Penerbit, Ini Kiatnya!

Sinopsis novel yang menarik merupakan salah satu kunci utama agar dipilih pembaca. Kamu tahu, kan, sinopsis yang ada di sampul belakang buku? Nah, pada umumnya, pembaca akan tertarik pada bukumu setelah mereka membaca sinopsisnya.

Begitu pula dengan editor di penerbit buku. Pertama-tama, mereka akan membaca sinopsis naskahmu dulu. Baru, setelah itu tertarik membaca kelanjutan isi bukunya atau tidak. Namun, sinopsis pada sampul belakang buku dan sinopsis untuk diajukan ke penerbit itu berbeda. Apa bedanya?

Beda Sinopsis Novel Pada Sampul Belakang Buku dengan Sinopsis untuk Penerbit

Pada sinopsis novel sampul belakang buku, penulis dilarang membeberkan semua isi dalam novel. Harus ada poin-poin yang akan membuat pembaca penasaran. Pancingan-pancingan berupa pertanyaan yang mengharuskan pembaca menebak, menjadi poin plus.

Tidak begitu saat kamu meracik sinopsis novel yang akan kamu ajukan ke penerbit. Fungsi sinopsis untuk penerbit adalah pembantu editor mengetahui keunggulan naskahmu dengan cepat. Sehingga, kamu harus menuliskan rangkuman isi ceritamu dengan lengkap sekaligus ringkas. Bagaimana caranya? Berikut ini adalah tips menulis sinopsis novel untuk penerbit.

Tips Menulis Sinopsis Novel untuk Penerbit

  1. Tulislah premis cerita

Premis merupakan isi cerita dalam satu kalimat. Rumus premis yang baik: tokoh, tujuan tokoh, rintangan tokoh, dan solusi. Kamu bisa menempatkan premis ini di bagian awal sinopsismu, setelah judul novel. Ini akan memudahkan editor mengetahui gambaran singkat kisahmu. Ibarat di berita, premis adalah lead berita berupa cuplikan inti tentang isinya.

  1. Tulis keseluruhan sinopsis secara ringkas

Meski harus ditulis secara lengkap, sinopsis novel untuk diajukan ke penerbit tidak boleh terlalu panjang. Maka, kamu bisa menuliskannya sekitar 1-2 halaman saja. Di sinilah tantangannya. Kamu diharuskan menulis lengkap dari awal sampai akhir cerita, tapi secara ringkas. Kembali fokus pada premis, niscaya akan membantumu. Oiya, jangan meminta editor untuk menebak akhir kisahmu di bagian ini, ya! Formula seperti ini tidak cocok dan kurang memudahkan editor untuk menyeleksi naskahmu. Jadi, tuliskan saja dengan gamblang akhir ceritamu. :)

  1. Tonjolkan konflik-konflik utama

Agar tidak meleber ke mana-mana, kamu bisa menonjolkan konflik-konflik utama saja pada ceritamu. Konflik yang dialami oleh karakter utamamu, halangan atau rintangan yang dialami tokoh utama untuk mencapai tujuan.

  1. Pertegas nama karakter

Penulis nama tokoh yang terlalu banyak di sinopsis, terkadang membuat editor kebingungan. Untuk membantu editor, kamu bisa menebalkan font nama-nama tokoh di sinopsis novelmu. Jika perlu, bisa kamu sematkan juga keterangan jenis kelamin tokohmu. Karena kerap kali, nama-nama yang bersifat unisex bisa menimbulkan kebingungan :).

  1. Sentuhan akhir

Bagian akhir ini bisa kamu tambahkan dengan keunggulan naskahmu. Namun, jangan tuliskan keunggulan yang sebetulnya sudah menjadi kewajiban seperti: mudah dibaca dan dipahami. Kamu bisa menggali lagi keunggulan naskahmu, misalnya dengan mengaitkan ide cerita dengan isu yang kini sedang populer. Atau tonjolkan pemilihan karakter, setting, analogi yang unik dari naskahmu.

Demikian tips menulis sinopsis novel untuk penerbit. Semoga membantu dan naskahmu terpilih, ya!

 

Novel Biografi? Kamu Harus Tahu Tips Menulis Ini

Mengapa harus menulis novel biografi? Begini, kamu terkesan dengan kerja keras seorang tokoh dalam membuat perubahan. Dan, kamu ingin orang lain juga merasakan hal tersebut, atau setidaknya menangkap kesan yang sama denganmu. Nah, kenapa tidak mencoba menulis novel biografi? Kamu bisa menuangkan imajinasimu sekaligus membagi semangat untuk mengenal lebih jauh tentang tokoh tersebut. Berikut beberapa tips yang bisa kamu pelajari.

Tentukan Tokoh yang Menarik Minatmu

Sebelum mulai memutuskan menulis novel biografi, pikirkan baik-baik siapa tokoh yang akan ditulis. Untuk itu, temukan dulu apa yang membuatmu ingin menulis novel ini. Cari tahu pesan apa yang ingin kamu bagi kepada pembaca dengan memaparkan kisah tokoh tersebut. Apakah kamu terkesan dengan sang tokoh karena perjuangannya dalam membuat perubahan? Apakah kamu terinspirasi oleh kerja keras seorang kakek berusia enam puluh dua tahun yang menjual ayam goreng buatannya hingga akhirnya dijual di ratusan ribu restoran di seluruh dunia?

Bukan hanya menulis tokoh yang inspiratif. Kamu juga bisa menulis kisah tokoh kontroversial. Misalnya, kisah seorang pembunuh sadis yang ternyata memiliki latar belakang masa kecil yang pilu. Apa pun itu, pastikan kamu tahu alasan menentukan tokoh yang akan menjadi ide utama novel biografi.

Tuangkan Imajinasimu dalam Novel Biografi

Novel biografi, meskipun berasal dari kisah nyata atau sosok yang sungguh hadir dalam hidup ini, bagaimanapun masih merupakan karya imajinatif. Meskipun demikian, memang ada beberapa batasan yang harus dilakukan terkait imajinasi ini. Tentu saja ada batasan dalam berimajinasi ini. Untuk hal-hal yang sudah memiliki kepastian sejarah yang diketahui publik, misalnya Cut Nyak Dien dibuang di Sumedang, Jawa Barat, sebaiknya kita tidak berimajinasi memindahkan tempat pembuangannya di tempat antah-berantah. Imajinasi ini bisa kita mainkan dalam dialog, melukiskan seting tempat dan waktu.

Bermain dengan Plot

Keterbatasan imajinasi juga bisa kita mainkan misalnya dengan memasukkan tokoh fiktif sebagai narator. Misalnya dalam novel Muhammad karya Tasaro GK, kisah Nabi diceritakan dengan sudut pandang Kashva, seorang pemuda Persia yang berkeras ingin mencari jejak Al-Amin yang kelahirannya akan membawa rahmat bagi semesta alam, pembela kaum papa, penguasa yang adil kepada rakyatnya. Tokoh Kashva di sini, berikut segala peristiwa yang dialami, adalah fiktif dan membentuk plot terpisah namun berkelindan dengan kisah hidup Nabi Muhammad.

Lengkapi dengan Data Historis

Agar semakin kuat, novel biografi juga perlu dilengkapi dengan detail historis. Ada banyak sumber yang bisa kita gunakan, utamanya sumber pustaka. Meskipun demikian, selalu fokus pada waktu dan tujuan riset. Yang banyak terjadi, kita sibuk menggali informasi sebanyak-banyaknya hingga ke mana-mana dan melupakan fokus utama kita. Akibatnya, bukan tidak mungkin kita malah melupakan tenggat penulisan yang telah kita tetapkan karena terjerumus asyik menelusuri informasi yang sebetulnya tidak kita butuhkan.

Baca juga: Mengenal Relikui, Benda Peninggalan Orang Suci

Keluarkan Suara Tokoh Novel Biografimu

Menuliskan kisah hidup seorang tokoh yang pernah ada, sudah barang tentu mengharuskan kita mampu mengeluarkan sosoknya lewat dialog, cara berpikir, pengambilan keputusan, maupun caranya bersikap. Suara sang tokoh bisa kita ketahui dengan cermat membaca surat-surat, buku harian, karya-karyanya, rekaman wawancara, atau malah video. Dengan demikian, novel yang kita buat akan terasa lebih natural.

Pelajari Novel Biografi yang Sudah Ada

Untuk mengetahui data tentang tokoh, kita juga bisa lho mencarinya dari novel biografi lain yang sudah pernah terbit. Tidak hanya mencari data tentang tokoh, kita juga bisa menggunakannya sebagai referensi gaya penulisan ataupun plot. Beragam novel biografi yang bisa kita pelajari misalnya serial Al-Masih karya Tasaro GK. Novel yang mengisahkan kehidupan Nabi Isa atau Yesus Kristus banyak memainkan plot dan diksi yang sederhana tetapi indah. Istimewanya lagi, novel ini ditulis dari tiga perspektif agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.

Novel terbaru Tasaro GK ini akan terbit pada Oktober 2020 dan bisa dibeli di toko buku kesayangan Anda maupun toko buku daring. Bagi yang ingin memiliki novel ini dengan tanda tangan basah penulis, bisa mengikuti program pre-order pada 24 September-11 Oktober 2020.

Obat patah hati, menulis saja kapan lagi!

Obat Patah Hati: Menulis Saja, Kapan Lagi?

Patah hati lagi? Ditinggal doi pas lagi sayang-sayangnya? Atau, sudah memberanikan diri menyatakan cinta, tapi dianggap teman saja? Ouch! Sakitnya, tiada tara. Mau tahu nggak, salah satu obat mujarab untuk patah hati? Dwitasari, penulis novel remaja bestseller, membagikan pengalaman patah hatinya. Namun, ini bukan patah hati biasa. Dwita mengolah semua perasaan nggak nyaman tiap kali ia patah hati dan menjadikannya sebuah tulisan.

Hasilnya? Ia kini dikenal sebagai penulis genre roman remaja yang diperhitungkan di Indonesia. Yuk, kita curi ilmu dari Dwitasari!

Kapan mulai menulis?

Aku mulai menulis sejak kelas 4 SD, saat itu puisi. Kan, suka ada tugas bikin puisi, misalnya yang berhubungan dengan bunga atau pekarangan rumah. Ya, aku bikin tentang itu, tentang ibu atau kakak aku. Pas SMP ternyata menyadari suka banget nulis. Puisi-puisiku kutulis dengan tema lebih bebas. Setelah puisi lalu mulai menulis cerpen. Saat itu sering ikut lomba cerpen, sempat jadi finalis lomba cerpen tingkat Kota Depok. Nggak menang, nggak apa-apa, berarti harus usaha lebih banyak. Lalu saat SMA nulis Raksasa dari Jogja, diterbitkan, jadi bestseller dan langsung difilmin.

Kenapa milih tema roman remaja?

Aku yakin Dwitasari ingin juga mencoba genre yang lain. Namun, aku juga sadar pembacaku butuh cerita yang seperti apa. Mereka sering patah hati karena ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Mereka butuh diobati patah hatinya. Ketika orang patah hati, mereka tahu harus move on, tapi nggak tahu caranya. Jadi, aku berharap novel aku akan jadi obat. Masih banyak yang bisa aku gali di genre ini untuk nyembuhin patah hati.

Proses kreatif ala Dwitasari?

Nggak ada yang harus spesial. Yang penting tahu gambaran besarnya. Aku juga bersyukur punya editor untuk teman diskusi. Harus tahu bagaimana awal dan akhir cerita. Sama seperti kita ke terminal dan tahu tujuannya ke mana. Jadi, akan lebih mudah. Aku mulai nulis kerangka hingga selesai. Kalau kita ngalir terus jadinya kadang bisa macet di tengah jalan. Kalau pakai kerangka, jalan cerita kita akan lebih mudah terbentuk banget. Meski bisa saja berubah di tengah jalan, tetap akan lebih mudah.

Tanggapan Dwitasari ketika novel-novelnya difilmkan?

Seneng banget. Ketika tahu judul-judul novelku seperti Raksasa dari Jogja, Spy in Love, difilmkan. Jadi orang yang menonton filmnya akan cari novelnya, dan jadi baca buku. Saat tahu film itu bentuk adaptasi novel, kan perkiraannya bakalan beda beberapa persen dengan versi buku, ya. Novel dan film saling dukung. Seneng banget ketika ada PH tertarik memfilmkan novel aku.

Makna menulis bagi Dwitasari?

Alasan nulis agar pembaca nggak ngerasain luka hati yang kurasain. Orang kalau sedang patah hati, bisa jadi nulis banyak. Kalau aku patah hati, aku nulis novel. Ketika orang baca novel aku, pembaca bisa belajar dari kejatuhanku. Nulis bisa jadi obat. Kalau patah hati coba deh nulis, siapa tahu bisa diterbitin. Kan, malah bisa menghasilkan.

Pesan dari Dwitasari untuk teman yang suka nulis?

Pasti ada orang yang akan bilang tulisan kamu jelek, sampah, dan nge-bully tulisan lo. Aku bilang nggak usah dengerin mereka. Kita punya dua telinga untuk denger kritik yang baik dan membangun. Orang yang memberi kritik jahat belum tentu bisa nulis seperti lo. Oke misal tulisanmu jelek, tapi lo berani menerbitkan. Mereka belum tentu mulai menulis hari ini. Selera orang itu beda-beda, kita nggak bisa maksain selera tulisan kita sama. Misalnya tulisan Dwitasari dan Andrea Hirata, itu beda. Tapi, bukan berarti tulisan Andrea Hirata yang bagus dan Dwitasari jelek atau sebaliknya. Mereka hanya berbeda. Yang paling jelas, tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai.

Nah, itu dia hasil mengorek kisah patah hati Dwitasari yang menghasilkan. Menginspirasi banget, ya! Masih patah hati? Berita bagus! Karena justru amunisimu untuk menulis sedang penuh-penuhnya! Semangat!

Baca juga: PDKT dan Bikin Doi Langsung Nyaman? Ini Dia Tipsnya!

Penasaran dengan karya-karya Dwitasari? Intip di sini, ya!

 

Tips Menulis Nonfiksi Populer

Tips Menulis Buku Nonfiksi ala Dee Lestari

Tips menulis buku nonfiksi mungkin bisa kita temukan di mana-mana. Namun, bagaimana jika tips ini berasal dari Dee Lestari, penulis novel laris Aroma Karsa? Karya terbarunya, Rantai Tak Putus merupakan buku nonfiksi bergenre inspirasi yang mengungkapkan kisah sejumlah pejuang UMKM, dari pengusaha maupun tim pembina. Namun, bagaimanakah cara Dee Lestari menulis buku nonfiksi genre inpirasi berjudul Rantai Tak Putus ini? Yuk, kita simak.

Tips Menulis Nonfiksi Populer

Bagaimana tips menulis nonfiksi dari Dee Lestari penulis Rantai Tak Putus?

Mengikat Tulisan

Tips menulis buku nonfiksi poin pertama adalah mengikat tulisan. Bergantung genre yang dipilih. tulisan harus diikat sedemikian rupa sehingga pembaca mau membagi kepedulian dan atensinya untuk meluangkan waktu membacanya. Untuk itu, tulisan harus memiliki struktur yang baik.
Ketahui dulu bagaimana struktur tulisan yang akan kita kembangkan. Mana bagian pembuka, mana isi, mana kesimpulan, dan sebagainya. Jika sudah memahaminya, kita akan mudah menempatkan materi tulisan sesuai porsinya. Tidak lupa pula, setiap paragraf harus saling berkaitan. Setiap paragraf atau bagian akan mendorong pembaca terus menyimak paragraf atau bagian selanjutnya.

Membuat Kalimat yang Memiliki Rasa

Tips menulis buku nonfiksi poin kedua adalah menyusun kalimat yang tidak sekadar bermakna, tetapi juga punya rasa. Bagaimana caranya? Manfaatkan sebanyak mungkin kosakata. Jangan pernah bosan berlatih membuat kalimat, bahkan bereksperimen dengan struktur kalimat.
Sebagai bahan belajar, kita bisa membaca buku sebanyak-banyaknya. Untuk menulis nonfiksi sekalipun, tidak diharamkan pula untuk belajar dari buku fiksi dengan tujuan memperkaya diksi atau pilihan kata. Selain itu, melalui novel fiksi, kita bisa belajar cara menggunakan kata-kata secara powerful untuk menggambarkan sebuah peristiwa. Kemampuan ini akan berguna untuk membantu menulis buku nonfiksi, antara lain motivasi, inspirasi, biografi, dan autobiografi.
Rantai Tak Putus, sebuah buku inpirasi karya terbaru Dee Lestari, dibuka dengan kisah Agus yang mengalami cedera saat bekerja. Dee Lestari menceritakannya dengan dramatis seperti yang banyak ditemukan dalam novel.

Meminimalkan Distorsi dalam Menulis Nonfiksi

Sering kali apa yang ingin kita sampaikan lewat tulisan justru ditangkap berbeda oleh pembaca. Ada banyak penyebab terjadinya distorsi ini, misalnya pemakaian kosakata yang tidak tepat. Untuk itu, perbanyak membaca buku. Dari situ akan ada banyak kosakata baru yang diperoleh. Sesuaikan juga kosakata yang digunakan dengan target pemmbaca maupun tema. Untuk buku-buku yang sifatnya sangat teknis, penggunaan terminologi yang tepat akan membantu meminimalkan distorsi.

Dalam Rantai Tak Putus, Dee Lestari menggunakan banyak istilah manufaktur, bengkel, hingga manajemen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Namun, mengingat pembaca buku ini pastilah sangat beragam, Dee Lestari tidak sungkan pula untuk menjelaskannya panjang lebar, misalnya untuk istilah manufaktur aftermarket. Dengan demikian, pembaca tidak akan kesulitan mengikuti paparan Dee Lestari mengenai dinamika UMKM di Indonesia, salah satunya dalam sektor manufaktur.

Sering Menulis

Meskipun demikian, dari semua tips di atas, yang terlebih penting adalah sering menulis. Membiasakan diri untuk menulis bisa jadi tidak mudah bagi sebagian besar kita. Dee Lestari memberikan tips untuk membiasakan diri menulis. Jadi, selalu tetapkan sejumlah waktu tertentu, misalnya 15 menit sehari untuk menulis. Jaga selalu komitmen untuk tetap menulis selama 15 menit tersebut. Jika sudah terbiasa, tambahkan lagi waktunya atau bahkan menggantinya dengan target halaman.
Buku nonfiksi yang bagus akan selalu dikenang pembacanya. Biasanya karena ada yang diberikan kepada pembaca, entah informasi, wawasan, perspektif baru, atau malah inspirasi seperti yang dituangkan dalam Rantai Tak Putus. Buku inspiratif ini terbit pada Agustus 2020 dan bisa didapatkan di seluruh toko buku terdekat atau toko buku online kesayangan Anda dengan harga Rp79.000,00.

4 Tips Produktif Menulis ala Emha Ainun Nadjib

 

Hingga saat ini, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) telah menghasilkan puluhan judul buku. Dan, dua puluh tiga di antaranya telah diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Dalam setahun, Cak Nun bisa menerbitkan 3 hingga 5 judul buku sekaligus. Tak hanya mencengangkan dari sisi kuantitas, kualitas tulisan Cak Nun pun tak main-main. Genre yang dilakoninya pun beragam, mulai dari esai, syair, puisi, novel, hingga skenario teater. Tentu banyak yang bertanya-tanya, bagaimana kiat Cak Nun bisa sedemikian produktifnya dalam menghasilkan karya? Berikut ini empat tips produktif menulis yang bisa kita pelajari dari Cak Nun.

 

Peka Mengamati Fenomena Terkini

Pada 2020 ini, tercatat Cak Nun telah menerbitkan 2 buku baru, Lockdown 309 Tahun (Juni) dan Apa yang Benar Bukan Siapa yang Benar (Agustus). Memiliki pengalaman sebagai penulis esai dan jurnalis, Cak Nun rupanya begitu mengikuti informasi terkini. Tulisan-tulisan Cak Nun dalam Lockdown 309 Tahun merupakan refleksi atas merebaknya virus Covid di dunia. Buku ini bahkan bisa disebut sebagai buku pertama di Indonesia yang merespons langsung kegelisahan masyarakat ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar diterapkan pada Maret lalu.

 

Terbuka pada Berbagai Macam Pandangan

Sudut pandang yang sempit terbukti menjadi salah satu penghalang dalam upaya untuk produktif menulis. Hal tersebut dikarenakan persepsi yang dimiliki terbatas. Maka, karya yang dihasilkan pun hanya akan berputar-putar pada satu tema. Penulis pun akan kesulitan untuk melihat fenomena baru.

Tulisan-tulisan Cak Nun menunjukkan keluasan berpikirnya terhadap berbagai macam pandangan. Dalam buku Apa yang Benar Bukan Siapa yang Benar, Cak Nun mengkritisi fenomena fanatisme sempit dan penolakan untuk menerima pendapat yang berlainan. Supaya mudah dipahami pembaca, Cak Nun kerap menggunakan tokoh-tokoh imajiner dalam menanggapi suatu peristiwa. Dan, tokoh yang paling terkenal di antara mereka adalah Markesot. Tak jarang dialog yang ada dalam kisah tersebut menunjukkan adanya perbedaan pemahaman yang saling bertentangan. Namun, para tokoh itu selalu menemukan jalan untuk tidak berpedoman pada kebenaran versi tunggal, tetapi kebenaran yang bisa diterima oleh semua orang.

 

Tuliskan Semua yang Ada di Pikiran

Ada beragam teknik menulis yang bisa kita coba. Mulai dari menentukan judul terlebih dahulu, merencanakan outline dengan detail, atau membiarkan semua yang ada di pikiran mengalir deras. Cak Nun rupanya menggunakan metode yang terakhir. Orang-orang terdekatnya mengatakan bahwa ketika menulis, Cak Nun akan sangat fokus. Beliau bahkan tak pernah memencet tombol delete sekalipun. Hal ini menunjukkan kematangan konsep tulisan yang sudah dirancang di dalam pemikirannya.

 

Kreatif dalam Menentukan Judul

Judul yang unik dan ritmis bisa memicu penulis untuk semakin produktif menulis. Ada aura kebahagiaan yang terpancar dari tiap paragraf yang dituangkan. Dan, Cak Nun selalu mampu menemukan judul-judul menarik yang tak lekang waktu. Misalnya, ketika mengamati fenomena pengharaman musik di kalangan umat Islam, Cak Nun menulis esai dengan judul Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai. Esai ini menceritakan seorang kiai yang sangat getol melarang musik diputar di pesantrennya. Namun, suatu ketika terdengar bunyi musik lamat-lamat dari desa seberang, kaki Pak Kiai tak sengaja bergerak secara ritmis.

 

Nah, itu tadi empat tips produktif menulis yang bisa kita pelajari dari Cak Nun. Selamat mencoba!

© Copyright - Bentang Pustaka