Menulis Cerita dengan Latar Tempat yang Kuat

Menulis cerita dengan latar tempat yang kuat bisa dibilang gampang-gampang susah. Keberadaan latar tempat itu sendiri sejatinya sangat bermanfaat membantu pembaca memvisualkan dan mengalami langsung setiap kejadian yang dihadapi tokoh utama cerita. Selain itu, latar tempat juga memberi konteks sehingga pembaca memahami dan bisa bersimpati terhadapi kisah yang dijalani tokoh cerita.

Selain penokohan, menentukan latar tempat yang tepat dapat membantu memperkuat cerita kita. Ingin tahu lebih detail caranya? Yuk simak tips berikut ini:

Perhatikan Relevansi

Menulis cerita dengan latartempat yang kuat akan berhasil jika kamu memperhatikan relevansi pemilihan seting tempat dengan unsur-unsur cerita lainnya, baik alur, penokohan, dan sebagainya. Seandainya kamu sedang menulis novel biografi, tidaklah mungkin kamu memilih seting tempat yang antah berantah. Relevansi lain yang perlu kamu perhatikan adalah bagaimana deskripsi latar tempat sejalan dengan perkembangan tokoh dan alur cerita. Misalnya, untuk menjelaskan konteks keberagaman keyakinan, Tasaro GK memilih Batavia abad ke-17 untuk novel Al-Masih: Putra sang Perawan. Batavia pada masa itu menghadapi pendatang dari berbagai budaya dan keyakinan, yang saling berdinamika. Gambaran itu sejalan dengan spirit yang diusung novel Al-Masih yang ingin menampilkan sosok Nabi Isa dilihat dari tiga perspektif agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.

Yuk, simak Latar Tempat dalam Al-Masih: Putra sang Perawan

Riset untuk Menulis Cerita Berlatar Tempat yang Kuat

Iya, riset memang sangat penting. Tapi, bagaimana jika kita punya keterbatasan untuk riset langsung ke tempat tersebut? Apalagi saat ini sedang pandemi. Tidak mungkin kita bisa bepergian ke mana-mana. Dalam kondisi tersebut, kita bisa memanfaatkan peranti yang sudah banyak tersedia, misalnya Google Street View. Alternatif cara lainnya adalah meminjam mata penduduk setempat untuk melihat dunia di sekelilingnya, misalnya dengan membaca blog, menonton vlog, memperhatikan postingan di medsos, atau dengan membaca buku referensi.

Riset di sini tidak melulu hanya berfokus visual. Cari tahu juga bagaimana suhu tempat itu, ketinggian posisinya dibandingkan dengan tempat lain, dan lain sebagainya. Dengan riset yang kuat, kita tidak akan menuliskan kalimat “meluncur turun dari Malioboro ke Jalan Kaliurang’ saat menulis cerita dengan latar tempat di Yogyakarta.

Latar Tempat bukan Sekadar Tempelan

Mengingat manfaat latar tempat dalam pengembangan cerita, kita harus mampu membuat deskripsi fisik tempat tersebut sehingga menempel di benak pembaca dan mudah diingat. Latar tempat dalam ceritamu harus bisa menunjukkan jati dirinya dalam memengaruhi cerita, atau memberikan kesan kepada pembaca. Pikirkan, sejauh  mana latar tempat tersebut memengaruhi tokoh utama dalam mengambil tindakan. Misalnya, pilihan tindakan tokoh yang tinggal di daerah pedalaman pasti berbeda dengan tindakan tokoh yang tinggal di daerah urban ketika menghadapi serangan pandemi.

Membuat Peta untuk Memudahkan Menulis Cerita

Kita tidak hanya membutuhkan peta di saat bepergian. Bagi penulis, peta juga dibutuhkan untuk memudahkan penulisan deskripsi sebuah tempat. Peta akan membantu kita membayangkan bagaimana mobilitas tokoh utama dan menumpahkannya ke dalam cerita dengan lebih mudah.

 

Bagaimana? Pastinya sekarang kamu tidak bingung lagi menulis seting tempat untuk cerita. Tunggu apa lagi? Segera tuliskan sekarang juga, mumpung idemu sedang meletup-letup.

Ingin referensi tambahan? Silakan baca Al-Masih: Putra sang Perawan karya Tasaro GK. Ada banyak contoh menarik deksripsi tempat yang bisa kita pelajari. Novel yang membahas Isa Al-Masih dari tiga perspektif agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi ini terbit pada Oktober 2020 dan bisa didapatkan di toko terdekat maupun daring.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta